Tari Gending Sriwijaya adalah tarian tradisional yang berasal dari daerah Palembang, Sumatra Selatan.
Istilah Gending Sriwijaya berasal dari makna kata "gending" yang artinya alunan/suara, dan "Sriwijaya" yang berarti melambangkan Kerajaan Sriwijaya (kerajaan besar di Pelambang).
Lebih lanjut, simak terkait sejarah, properti, hingga pola lantai yang digunakan pada Tari Gending Sriwijaya di bawah ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Tari Gending Sriwijaya
Dikutip dari buku Ensiklopedia: Seni, Budaya, dan Pariwisata Kota Palembang karya Syarifuddin, dkk, sejarah Tari Gending Sriwijaya muncul dari gagasan dan keinginan menciptakan sebuah tarian dan lagu dari keinginan untuk penyambutan tamu di Sumatra Selatan.
Tari ini tercipta dengan diawali penciptaan lagu/melodi oleh Ahmad Dahlan Mahibat. Lalu, pembuatan syair Gending Sriwijaya dilanjutkan oleh Nungcik AR.
Setelah syair lagu selesai diciptakan, pembuatan gerak Tari Gending Sriwijaya diciptakan oleh Sukaenah A. Rozak dan Tina Haji Gung.
Dikutip dari Buku Panduan Guru Seni Tari Kemdikbud oleh Hani Amalia Hendrajatin dan Ratna Aryani, makna Tari Gending Sriwijaya adalah menggambarkan keagungan dan kejayaan dari kerajaan Sriwijaya. Dulunya, tarian hanya dipentaskan untuk penyambutan bagi tamu kerajaan.
Menurut situs Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatra Selatan, Tari Gending Sriwijaya merupakan tari yang menggambarkan kegembiraan gadis-gadis Palembang saat menerima tamu yang agung atau yang diagungkan, diikuti dengan sikap ramah, terbuka, dan tulus dari tuan rumah.
Kemudian, Tari Gending Sriwijaya pertama kali dipentaskan ke publik pada tanggal 2 Agustus 1945, di halaman Masjid Agung Palembang.
Pementasan tersebut dalam rangka pelaksanaan upacara penyambutan kedatangan M. Syafei Ketua Sumatora Tyuo In (Dewan Perwakilan Rakyat Sumatra) dan Djamaluddin Adinegoro (Ketua Dewan Harian Sumatra) pada saat itu.
Dengan demikian, saat ini bisa disebut kalau fungsi Tari Gending Sriwijaya adalah sebagai tari penyambutan tamu agung yang datang ke Palembang. Misalnya presiden, menteri, gubernur, duta besar, maupun anggota kerajaan, dan sebagainya.
Gerakan Tari Gending Sriwijaya
Gending Sriwijaya sendiri termasuk lagu daerah dan tarian tradisional dari Palembang yang biasanya dibawakan oleh 9 orang wanita.
Disebutkan dalam Buku Siswa Seni Budaya SMP Kelas IX oleh Sri Sudaryati dan Boiman, berikut adalah ciri-ciri dari gerakan Tari Gending Sriwijaya:
- Menggunakan gerakan yang diikuti dengan lentikan jari-jari tangan penari
- Gerakan tangannya kuat
- Gerakannya bisa terkadang mengalun, bisa juga patah-patah
Pola Lantai Tari Gending Sriwijaya
Tari Gending Sriwijaya menggunakan pola lantai lurus garis vertikal berbentuk V. Pola lantai tari sendiri digunakan untuk memperindah pertunjukan sebuah tari yang dilalui oleh penari di atas panggung.
Properti Tari Gending Sriwijaya
Dikutip dari e-paper dalam elib.unikom.ac.id oleh Rahmathida, berikut adalah yang termasuk properti dari Tari Gending Sriwijaya:
- Pakaian adat Aesan Gede
- Selendang Mantri
- Gelang Paksangkong
- Tepak (isinya kapur sirih, pinang, dan ramuan)
- Peridon
- Payung Kebesaran dari Tari Gending Sriwijaya
- Tombak (untuk mengawal penari Gending Sriwijaya
- Gamelan dan Gong (untuk pengisi suara)
Dalam hal ini, penari paling depan Gending Sriwijaya akan membawa tepak sebagai sekapur sirih yang dipersembahkan kepada tamu yang datang.
Kemudian penari depan akan diiringi dua penari yang membawa pridon, wadah yang terbuat dari kuningan. Menurut aslinya, persembahan sekapur sirih tersebut dilakukan oleh putri saja.
Namun saat ini peran penyanyi dan musik pengiring tari sudah lebih banyak digantikan dengan tape recorder. Sedangkan peran pengawal terkadang ditiadakan, terutama jika tarian itu dipertunjukkan dalam gedung atau panggung tertutup.
Itu tadi informasi seputar Tari Gending Sriwijaya yang berasal dari Palembang, sebagai tari penyambutan tamu yang datang.
(des/inf)