Sejarah Singkat Kerajaan Sriwijaya Beserta Nama Raja-rajanya

Sejarah Singkat Kerajaan Sriwijaya Beserta Nama Raja-rajanya

ilham fikriansyah - detikSumbagsel
Senin, 05 Jun 2023 19:00 WIB
Peninggalan-peninggalan Kerajaan Sriwijaya (Raja Adil Siregar/detikcom)
Foto: Peninggalan-peninggalan Kerajaan Sriwijaya (Raja Adil Siregar/detikcom)
Palembang -

Dahulu kala, ada banyak sekali kerajaan yang berpusat di Nusantara, salah satunya yang terkenal adalah Kerajaan Sriwijaya. Faktanya, Sriwijaya merupakan kerajaan tertua ke-3 di Nusantara, lho.

Selain itu, Sriwijaya juga merupakan salah satu kerajaan terbesar di Nusantara. Saking luasnya wilayah kekuasaannya, sudah banyak ditemukan berbagai artefak, prasasti, hingga candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya.

Penasaran, seperti apa sejarah singkat Kerajaan Sriwijaya? Lalu, siapa saja nama raja-raja yang pernah memimpin Sriwijaya dari masa ke masa? Simak pembahasannya secara lengkap dalam artikel ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Singkat Kerajaan Sriwijaya

Ada sejarah panjang di balik terbentuknya Kerajaan Sriwijaya. Namun, dalam artikel ini detikers akan melihat sejarah singkat terbentuknya Sriwijaya.

Mengutip buku Sejarah 8 Kerajaan Terbesar di Indonesia oleh Siti Nur Aidah, Sriwijaya merupakan kerajaan Budha bercorak maritim yang mengontrol perdagangan di jalur utama Selat Malaka. Kerajaan Sriwijaya mulai berkembang di Nusantara pada paruh kedua abad ke-7 Masehi, seiring dengan banyaknya pendatang dari China dan India.

ADVERTISEMENT

Hanya butuh waktu yang cukup singkat bagi Sriwijaya untuk menjadi kerajaan terbesar di Nusantara. Dalam e-Jurnal berjudul Sriwijaya Kerajaan Maritim Terbesar Pertama di Nusantara oleh H. Budisantoso, dijelaskan bahwa ada seorang peziarah Budha bernama I-Tsing yang menjadi orang pertama dalam membuat catatan mengenai Kerajaan Sriwijaya.

Dalam catatan I-Tsing, hanya dalam waktu kurang lebih 24 tahun Sriwijaya telah menjadi kerajaan terbesar dan terkuat di Nusantara. Ketika I-Tsing datang pertama kali di tahun 671 M, ia menetap selama enam bulan di Sriwijaya dan melihat bahwa kerajaan tersebut hanya berkuasa di sekitar Palembang.

Lalu, I-Tsing kembali lagi ke Palembang pada tahun 689 M. Ia melihat bahwa Kerajaan Sriwijaya semakin berkembang pesat, salah satunya dengan mengambil wilayah Kedah. Kemudian di tahun 775 M, Kerajaan Sriwijaya semakin kuat dengan mampu mendirikan bangunan-bangunan peribadatan di Ligor (Semenanjung Malaka).

Salah satu upaya Kerajaan Sriwijaya agar semakin maju dan makmur adalah dengan menguasai lalu lintas perdagangan dan pelayaran di Selat Malaka. Maka dari itu, Kerajaan Sriwijaya melakukan politik perluasan wilayah hingga ke Semenanjung Malaya, Thailand Selatan, Sumatra, dan sebagian Jawa.

Dengan begitu, setiap pelayaran dari Asia Barat menuju Asia Timur harus melalui wilayah kekuasaan Sriwijaya. Dengan menguasai jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan, Sriwijaya dapat menindas para pembajak kapal dan pesaingnya, serta mendirikan pusat perdagangan yang besar di sepanjang pantai Sumatra.

Letak Kerajaan Sriwijaya

Soal letak pasti Kerajaan Sriwijaya, hal ini masih banyak diperdebatkan oleh para ahli. Mengutip buku Sriwijaya dan Peninggalan di Palembang oleh Riki Andi Saputro, dkk, sejumlah ahli menyimpulkan kalau Kerajaan Sriwijaya yang bercorak maritim memiliki kebiasaan untuk berpindah-pindah pusat kekuasaan.

Seorang peneliti bernama G. Coedes mengungkapkan kalau pusat Sriwijaya terletak di Palembang. Hal tersebut telah dijelaskan dalam bukunya yang berjudul "Le royaume de Crivijaya" yang ditulis pada tahun 1918.

Namun, teori Coedes tentang letak pusat Kerajaan Sriwijaya dibantahkan oleh seorang ahli bernama Ir. L. Moens. Mengutip buku Sriwijaya karya Slamet Muljana, Moens merombak hampir semua teori yang telah disusun oleh Coedes.

Moens mengemukakan teori baru yang berdasarkan dari pengetahuan geografi dari berita Tionghoa dan Arab. Menurutnya, Kerajaan Sriwijaya tidak pernah berpusat di Palembang. Jadi, awal mulayanya kerajaan ini terletak di pantai timur Malaya, kemudian berpindah ke Sumatra Tengah dekat Muara Takus.

Meski masih jadi perdebatan, namun hingga sekarang letak pusat Kerajaan Sriwijaya ditetapkan di Palembang. Jadi, teori Coedes lewat bukunya yang terbit di tahun 1918 masih dianggap sebagai yang paling relevan.

Nama-nama Raja Sriwijaya

Di dalam sebuah kerajaan tentu ada seorang raja yang memimpin, termasuk juga di dalam Kerajaan Sriwijaya. Namun, sejumlah ahli mengungkapkan bahwa struktur genealogis raja-raja Sriwijaya banyak yang terputus dan hanya didukung oleh sejumlah bukti yang terbilang kurang kuat.

Mengutip buku Mengenal Kerajaan-kerajaan Nusantara oleh Deni Prasetyo, raja pertama Sriwijaya dipimpin oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Lalu, raja paling besar dan terkenal adalah Balaputradewa.

Biar nggak penasaran, berikut nama-nama raja yang pernah memimpin Sriwijaya dari masa ke masa setelah masa kekuasaan Dapunta Hyang Sri Jayanasa.

1. Dharmasetu Sriwijaya

2. Sri Indrawarman

3. Raja Dharanindra

4. Raja Samaratungga

5. Rakai Pikatan

6. Balaputradewa

7. Sri Udayadityawarman

8. Sri Culamaniwarman atau Cudamani Warmadewa

9. Sri Marawijayatunggawarman

10. Sri Sanggaramawijayatunggawarman.

Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Seperti yang dijelaskan di atas bahwa raja Sriwijaya yang paling terkenal adalah Balaputradewa. Sebab, di masa kepemimpinannya, Sriwijaya berhasil menjadi kerajaan terbesar dan terkuat kala itu.

Masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya terjadi pada abad ke-8 hingga ke-9 di bawah kepemimpinan Raja Balaputradewa. Ia dinobatkan sebagai raja pada tahun 850 M dan langsung bergerak cepat untuk memperluas kekuatan Sriwijaya.

Di masa kepemimpinannya, ia berhasil memperluas wilayah kekuasaan Sriwijaya hingga ke sebagian Jawa, Kalimantan, Malaysia, Thailand Selatan, dan Singapura. Selain itu, Raja Balaputradewa juga membangun armada laut yang kuat, sehingga jalur pelayaran dan perdagangan menjadi aman.

Kesuksesan Raja Balaputradewa terus berlanjut hingga masa kepemimpinan Raja Sri Marawijaya. Di masa kekuasaannya, Sriwijaya terus berkembang menjadi negara maritim yang semakin kuat.

Titik Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Sayang, selepas masa kekuasaan Raja Sri Marawijaya, kekuataan Sriwijaya perlahan mulai melemah dan akhirnya runtuh. Sebab, raja-raja yang memimpin setelah Sri Marawijaya disibukkan dengan peperangan melawan Jawa pada 992 M dan 1016 M.

Lalu, Kerajaan Sriwijaya juga harus berjibaku melawan Kerajaan Cola (India) di tahun 1017-1025 M. Sayangnya, Raja Sri Sanggramawijaya yang saat itu memimpin Sriwijaya berhasil ditawan.

Mengutip buku Sejarah oleh Nana Supriatna, pada abad ke-13 salah satu kerajaan taklukan Sriwijaya, yakni Kerajaan Malayu, telah berhasil dikuasai oleh Singasari. Sedikit informasi, Singasari merupakan kerajaan dari Jawa yang dipimpin oleh Kertanegara.

Lantas, Sriwijaya tak bisa berbuat apa-apa karena kekuatan militernya yang semakin lemah. Kemudian, kelemahan tersebut dimanfaatkan oleh Kerajaan Sukhodaya (Thailand) untuk merebut wilayah Sriwijaya di Semenanjung Malaysia.

Pada akhirnya, Kerajaan Sriwijaya benar-benar runtuh di abad ke-14. Kala itu, Sriwijaya mendapat serangan dari Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa.

Nah, itu dia pembahasan singkat mengenai Kerajaan Sriwijaya. Semoga artikel ini dapat membantu menambah wawasan dan ilmu pengetahuan detikers!




(fds/des)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads