Misi dagang antara Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan Pemprov Sumatera Selatan, mencapai Rp 1 triliun. Transaksi itu bersumber dari 18 komoditi. Angka itu melampaui target Rp 500 miliar dan capaian 2020 sebesar Rp 302 miliar.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan misi dagang tak hanya sebatas perdagangan antardaerah, tapi juga bentuk kerja sama mendukung pembangunan nasional.
"Kita ingin merajut merah putih, jangan semuanya dihitung secara ekonominya saja. Kita bangsa yang besar, dan persambungan persaudaraan bisa dengan beragam format, salah satunya melalui dagang dan investasi ini," ujar Khofifah, Senin (29/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ke-18 komoditi itu terdiri dari olahan unggas, susu, daging ayam, rokok, ikan beku, gula merah tebu, beras, kerupuk, dori fillet, mesin las dan paket dapur MBG (makan bergizi gratis). Kemudian sepatu olahraga, pembersih lantai, bibit bawang merah. Lalu, kelapa, veneer kayu, madu, dan ayam fillet.
Dalam program ketahanan pangan, produksi pertanian dan peternakan antara kedua provinsi juga bisa saling membantu. Dia menyebut, Sumsel baru mencapai indeks pertanian 1,7, sedangkan Jatim sudah 3.
"Bahkan kita sudah 7 kali panen dalam 2 tahun. Makanya kita ajak Gapoktan Sumsel untuk training di Gapoktan Jatim. Kita juga sudah tanda tangan kerja sama antardinas terkait untuk sambung program," katanya.
Khofifah juga mengajak petugas inseminasi Sumsel untuk training di Jatim. Saat ini, populasi sapi di Jatim mencapai 3,2 juta ekor, sedangkan Sumsel hanya 300 ribu ekor. Diketahui, Jatim memiliki Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB)
"Banyak negara juga mengirim timnya ke Jatim, untuk training. Kita berharap provinsi-provinsi lain juga berupaya meningkatkan peternakannya agar kita bisa swasembada," tambahnya.
Sementara itu, Gubernur Sumsel Herman Deru mengakui Jatim unggul dalam pertanian dan peternakan. Deru juga akan mengirimkan SDM untuk ikut pelatihan agar dapat meningkatkan kelahiran ternak, memperbaiki pola pemeliharaan dan penggemukan.
Selain itu, Sumsel yang masuk lima besar penghasil beras nasional akan berupaya meningkatkan produktivitas. Panen padi Sumsel saat ini masih di kisaran 5-6 ton per hektare, sementara Jatim sudah 9 ton per hektare. Deru menyebut hal itu karena kondisi kesuburan tanah yang berbeda.
"Kedisiplinan dan etos kerja petani Jatim dengan kita juga beda. Itu yang akan kita kejar juga. Tapi, di beberapa daerah tertentu kita juga sudah mampu 7 kali panen dalam 2 tahun. Memang belum menyeluruh, karena irigasi teknis kita ada yang rawa, ada yang masih tadah hujan. Tapi, kita harapkan ada bisnis matching antara Jatim dan Sumsel," tukasnya.
(dai/dai)