Permasalahan pengelolaan sampah hingga ini masih menjadi tantangan besar khususnya masyarakat perkotaan, seperti yang terjadi di Kelurahan Talang Betutu, Kecamatan Sukarami Palembang. Masalah ini semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan perkembangan ekonomi wilayah tersebut.
Salah satu indikatornya terlihat dari berkembangnya pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) seperti pedagang gorengan, ayam krispi, pecel lele, dan berbagai usaha kuliner lainnya. Aktivitas usaha tersebut turut menghasilkan limbah berupa minyak jelantah dalam volume besar yang belum dikelola secara optimal, sehingga berpotensi mencemari lingkungan.
Rusli (48), warga Kelurahan Talang Betutu, melihat peluang dari permasalahan tersebut dengan menginisiasi pengolahan sampah organik, khususnya minyak jelantah dan ampas, menjadi produk bernilai ekonomi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Program inovatif disebut sebagai UMKM "Pakan Ampas dari Minyak Jelantah " PASTA 30, yang sekaligus menjadi bagian dari salah satu program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel melalui Aviation Fuel Terminal (AFT) Sultan Mahmud Badaruddin II.
Sejak tahun 2023, Pertamina memberikan dukungan komprehensif berupa bangunan rumah produksi, peralatan pengolahan modern, modal awal, serta pembinaan dan pelatihan berkelanjutan untuk memastikan keberlanjutan usaha.
Program ini memberikan dampak positif ganda, tidak hanya berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan melalui pengelolaan limbah yang tepat, tetapi juga menciptakan manfaat ekonomi riil bagi masyarakat sekitar.
Dalam implementasinya, Rusli mengembangkan konsep pemberdayaan tersebut dengan menggandeng berbagai elemen masyarakat di RT 30 Kelurahan Talang Betutu, mulai dari ibu rumah tangga, pemuda, hingga Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) untuk berpartisipasi aktif dalam proses produksi.
Keterlibatan ODGJ ini semakin strategis mengingat keberadaan Yayasan Rehabilitasi ODGJ di kelurahan tersebut yang menjadi mitra dalam pengembangan program, sehingga terciptalah model pemberdayaan yang tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi dan lingkungan, tetapi juga kepedulian sosial terhadap kelompok rentan.
Melalui dedikasi Rusli, sebanyak dua orang ODGJ berhasil menjalani proses terapi melalui kegiatan pengolahan minyak jelantah ini. Kini, selain mampu bersosialisasi kembali dengan masyarakat, mereka juga memperoleh penghasilan masing-masing sebesar Rp1.500.000 per bulan.
Inovasi ini telah mengubah stigma masyarakat terhadap ODGJ, membuktikan bahwa setiap individu memiliki potensi untuk berkontribusi positif bagi lingkungan dan ekonomi masyarakat.
"Berkat dukungan Pertamina, program ini bisa berjalan dengan baik dan memberikan harapan baru bagi teman-teman ODGJ yang kini sudah bisa hidup mandiri dan kembali diterima dengan hangat oleh masyarakat," tutur Rusli.
Selama satu tahun terakhir, kelompok yang dipimpin oleh Pak Rusli telah berhasil mengolah sampah organik sebanyak 6,7 ton per tahun atau sekitar 560 kg per bulan. Dari jumlah tersebut, dihasilkan dua produk utama, yaitu minyak jelantah sebanyak 196 kg dan dedak sebanyak 364 kg setiap bulan.
Minyak jelantah yang diperoleh diolah lebih lanjut sebagai bahan baku biosolar, sementara ampasnya dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang berkualitas.
Sedangkan dedak yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai bahan campuran pakan ikan oleh Kelompok Pemuda Tani Milenial yang menjalankan budidaya ikan di area bekas galian tambang. Upaya kolaboratif ini menciptakan pakan ikan berkualitas sekaligus ramah lingkungan.
"Pengolahan minyak jelantah dan ampas menjadi pakan ikan merupakan salah satu solusi untuk menekan dampak lingkungan akibat sampah sekaligus menciptakan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat," ungkap Rusli.
"Kami ingin membuktikan bahwa sampah yang selama ini dianggap tidak berguna, ternyata bisa menjadi berkah bagi kehidupan masyarakat dan kelestarian lingkungan," tambahnya.
Dengan dukungan Pertamina, langkah yang diambil oleh Pak Rusli menunjukkan komitmen yang mendalam terhadap pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.
Inovasi yang ia kembangkan berhasil mengurangi timbulan sampah sekaligus menciptakan nilai ekonomi bagi masyarakat lokal. Kepedulian dan kontribusi Rusli terhadap isu lingkungan telah mendapat pengakuan resmi melalui prestasi yang diraih Kelurahan Talang Betutu, yaitu penghargaan Program Kampung Iklim (Proklim) dengan predikat Utama dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, Rusminto Wahyudi, menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif yang dijalankan oleh Rusli, yang memberikan dampak signifikan bagi masyarakat sekitar dalam aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial.
"Rusli merupakan sosok inspiratif yang berhasil mentransformasi permasalahan menjadi peluang nyata di lingkungannya. Melalui inovasinya, tercipta nilai ekonomi sekaligus memberdayakan seluruh lapisan masyarakat, termasuk teman-teman ODGJ. Pertamina berkomitmen untuk terus mendampingi dan mendukung setiap upaya positif yang dilakukan masyarakat demi terciptanya lingkungan yang berkelanjutan," kata Rusminto.
Inovasi ini menjadi inspirasi bagi masyarakat luas untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan mengembangkan solusi kreatif dalam pengelolaan limbah. Program ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya Tujuan 11 (Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan), Tujuan 12 (Pola Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), serta Tujuan 13 (Penanganan Perubahan Iklim).
(dai/dai)