Kementan Gelar Program Petani Milenial, Penghasilan Rp 15-20 Juta!

Nasional

Kementan Gelar Program Petani Milenial, Penghasilan Rp 15-20 Juta!

Retno Ayuningrum - detikSumbagsel
Sabtu, 01 Feb 2025 13:00 WIB
Ilustrasi Sawah dan Petani
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Kementerian Pertanian (Kementan) mengadakan program Brigade Pangan yang melibatkan petani milenial. Untuk menarik minat anak-anak muda, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono pun mengungkapkan keuntungan menjadi petani milenial dalam program ini. Salah satunya penghasilan hingga Rp 20 juta per bulan.

Dilansir detikFinance, program Brigade Pangan ini bermaksud untuk memberdayakan anak-anak muda lokal untuk menggarap lahan pertanian. Kementan yang menyediakan sarana produksi pertaniannya.

"Kita ada optimalisasi lahan rawa dan juga cetak sawah, kan enggak ada orangnya di situ. Maka kita membentuk satu brigade dari pemuda lokal situ. Kalau bisa, kita beri sarana produksi pertanian, kita beri alat, supaya dia bisa mengolah tanah itu," papar Sudaryono, Jumat (31/1/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Partisipan program ini akan digabung dalam sebuah kelompok atau brigade yang terdiri atas 15 orang. Setiap kelompok menggarap 200 hektare lahan. Sudaryono mengatakan saat ini sudah ada sekitar 1.000 brigade yang tersebar di seluruh Indonesia, termasuk Sumatera Selatan dan Jambi. Ada juga di Kalimantan Selatan dan Papua.

"Dari olahan itu, 15 orang mengelola 200 hektare, maka pendapatannya setelah dihitung, hasil panen dan seterusnya, dikurangi beban biaya dan seterusnya, itu 15 orang itu masing-masing sebulannya rata-rata dapat Rp 15 juta sampai Rp 20 juta," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Sudaryono berharap program ini dapat menjawab tantangan kebutuhan pangan dan lapangan kerja di Indonesia. Dia membandingkan kondisi lahan dan lapangan kerja dengan tahun 1960-1970 ketika petani masih menjadi mata pencaharian mayoritas.

"Kalau kita bandingkan tahun 60-70, ya dulu lapangan pekerjaan kan tidak sebanyak, diversifikasi lapangan pekerjaan kan tidak sebanyak sekarang. Artinya orang zaman dulu ya tahunya pertanian. Makin ke sini, tanah pertaniannya juga kan enggak pernah nambah. Ini memang menjadi tantangan bagi kita," pungkasnya.




(des/des)


Hide Ads