Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel melaporkan Sumatera Selatan (Sumsel) mengalami deflasi sebesar 0,12 persen secara month to month (mtm) pada Sepetember 2024, dan tingkat inflasi year to date (y to d) sebeaar 0,04 persen. BBM menjadi salah satu komoditas penyumbangnya.
Statistisi Ahli Madya Statistik Distribusi BPS Provinsi Sumsel Intan Yudistri Pebrina mengatakan, penyumbang utama deflasi September 2024 secara mtm yakni kelompok makanan, minuman, tembakau dengan andil 0,15 persen. Kata dia, adapaun komoditas penyumbang utama deflasi pada kelompok ini, yaitu cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, tomat, kentang dan BBM.
"Lima komoditas utama penyumbang deflasi September 2024 terbesar adalah cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, tomat, kentang dan bensin," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, target deflasi di tahun 2024 tercapai. Namun, diperkirakan pada Desember mendatang akan terjadi inflasi yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan akan ada hari besar keagamaan, musim penghujan dan di tambah lagi November akan ada Pilkada.
"Inflasi tertinggi terjadi di bulan Desember, karena di bulan itu ada Natal dan Tahun Baru. Namun pengendalian inflasi harus tetap dilakukan secara konsisten, kita kan tidak tahu karena ini juga sudah memasuki pilkada," ujarnya.
Selain karena ada Pilkada dan hari besar keagamaan saat ini sudah mulai masuk musim penghujan. Sekarang juga sudah memasuki musim hujan, jadi harus hati-hati terhadap distribusi.
"Biasanya di musim hujan pendistribusian ini terganggu karena pernah ada jembatan putus seperti tahun lalu, ada juga karena banjir, itu bisa menjadi kendala dan bisa menjadi terjadinya inflasi," ujarnya.
Baca juga: Siap-siap! Tarif Tol Terpeka Bakal Naik |
Sementara itu, pada bulan September 2024 lalu harga Pertamax Series dan Dex Series mengalami penurunan. PT Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian berkala untuk harga BBM Non-subsidi.
Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari mengatakan, harga BBM Non subsidi akan terus disesuaikan mengikuti tren harga rata-rata publikasi minyak yakni Mean of Platts Singapore (MOPS) atau Argus dan juga mempertimbangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.
"Evaluasi dan penyesuaian harga untuk BBM Non-subsidi akan terus kami lakukan secara berkala setiap bulannya. Bisa tetap, bisa naik dan bahkan bisa turun, tergantung trend harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah. September ini, semua harga BBM Non Subsidi Pertamina mengalami penurunan barga" jelas Heppy.
Untuk Pertamax Turbo (RON 98), terdapat penyesuaian harga menjadi Rp 14.800, untuk Pertamax (RON 92) menjadi Rp 13.250. Sedangkan untuk Dexlite (CN 51), terdapat penyesuaian harga menjadi Rp 14.400 dan Pertamina Dex (CN 53) harganya menjadi Rp 14.900 per liternya.
Harga ini berlaku untuk provinsi dengan besaran pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) sebesar 7,5% seperti di wilayah Sumatera Selatan, Jambi, Lampung dan Bangka Belitung.
Untuk di wilayah Bengkulu, Pertamax Turbo (RON 98), terdapat penyesuaian harga menjadi Rp 15.100, untuk Pertamax (RON 92) menjadi Rp 13.550.
Sedangkan untuk Dexlite (CN 51), terdapat penyesuaian harga menjadi Rp 14.700 dan Pertamina Dex (CN 53) harganya menjadi Rp 15.200 per liternya. Harga ini berlaku untuk provinsi dengan besaran pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) sebesar 10%.
(csb/csb)