RI Unggul soal Ini, Jepang Saja Sampai Mau Belajar

RI Unggul soal Ini, Jepang Saja Sampai Mau Belajar

Ilyas Fadilah - detikSumbagsel
Minggu, 12 Mei 2024 15:30 WIB
Ilustrasi Qris
Ilustrasi QRIS/Foto: Shutterstock
Palembang -

Mengenai digitalisasi dan data transfer, Jepang mengakui keunggulan Indonesia. Itu seperti yang disampaikan Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto.

Dikutip detikFinance, Menurut Airlangga negara ASEAN telah mengembangkan pembayaran menggunakan mata uang lokal tanpa dolar Amerika Serikat (AS). Atau local currency settlement (LCS). Sehingga negara seperti Singapura, Thailand, Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Indonesia bisa melakukan transaksi tanpa dolar AS.

Indonesia bisa melakukan transaksi menggunakan QRIS. Menurut Airlangga, Jepang ingin belajar dari Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"ASEAN sudah masuk di dalam LCS, dengan beberapa local currency settlement, di mana untuk berbelanja di 5 negara ASEAN cukup dengan QR dari Indonesia. Demikian pula secara lokal antara di Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand dan Vietnam. Nah itu sangat diapresiasi," ujar Airlangga saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu (11/5/2024).

"Bisa payment di luar negeri dengan QRIS, sehingga kita tidak menggunakan broker yang namanya US$. Nah ini, kalau ini dilakukan kita termasuk dalam transfer data dengan trust karena sudah ada BI dan lain-lain, dan itu OECD pun bahkan Jepang mau belajar dari Indonesia," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Selain itu soal Artificial Intelligence (AI) yang sudah digunakan startup di Indonesia. Terlebih Indonesia memiliki 2 decacorn, salah satunya GoTo yang juga diapresiasi Jepang.

"Kenapa mau belajar dari Indonesia? Saya katakan kita punya 2 decacorn, termasuk Pak Patrick (Patrick Walujo Presiden Direktur GoTo). Jepang, menteri digitalnya mengatakan dia ingin belajar dari Indonesia. Kenapa bisa beroperasi di international market, Jepang tidak bisa," tuturnya.

Airlangga kemudian menjelaskan salah satu alasannya yakni masalah bahasa. Ia menyebut Indonesia lebih siap dengan pasar global. Sebab, semua aplikasi digitalnya menggunakan bahasa Inggris.

"Jawabannya satu, Jepang kan specific country, semuanya dengan Kanji (bahasanya), sedangkan Indonesia siap dengan global market karena semua aplikasi digital dengan bahasa Inggris. Di situ Jepang mau belajar dari Indonesia," bebernya.

Menurut Airlangga, ekonomi digital Indonesia tahun 2025 bisa tembus US$ 17 miliar, dan US$ 400 miliar pada 2030. Sementara di ASEAN, dengan digital framework yang ada ekonomi digital bisa tembus US$ 1 triliun hingga US$ 2 triliun.

"Ekonomi digital Indonesia 2025 US$ 174 miliar, dan tahun 2030 US$ 400 billion. Tapi dengan digital economy framework ASEAN yang biasa business as usual US$ 1 triliun akan jadi US$ 2 triliun, bayangkan Indonesia berapa," tutupnya.




(sun/csb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads