Fenomena 'Resign Berjemaah' Setelah Lebaran dan Sederet Penyebabnya

Fenomena 'Resign Berjemaah' Setelah Lebaran dan Sederet Penyebabnya

Ignacio Geordi Oswaldo - detikSumbagsel
Rabu, 17 Apr 2024 13:29 WIB
Ilustrasi resign
Ilustrasi resign setelah Lebaran/Foto: Getty Images/Prostock-Studio
Palembang -

Setelah Lebaran biasanya ada fenomena yang tampak seperti resign berjemaah. Momen di mana banyak pekerja yang berhenti atau keluar dari tempat kerja.

Dikutip detikFinance, Praktisi dan Konsultan Sumber Daya Manusia (SDM) Audi Lumbantoruan mengatakan fenomena resign setelah Lebaran bukanlah hal baru di Indonesia. Fenomena tersebut rutin terjadi hampir setiap tahun.

Audi menyebut fenomena resign berjemaah terjadi karena banyak karyawan yang sebenarnya sudah berniat untuk mengundurkan diri, namun dengan sengaja menunda pengunduran diri tersebut sampai Lebaran agar bisa mendapatkan tunjangan hari raya (THR) lebih dulu. Sehingga pengunduran diri para karyawan 'menumpuk' jelang atau sesudah Lebaran, yang membuat fenomena ini tampak seperti resign berjemaah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah menerima THR, para karyawan yang ingin mengundurkan diri tadi merasa memiliki modal lebih untuk mencari kerja baru, sebelum benar-benar keluar dari perusahaannya. Selain itu, dengan penerimaan THR itu, para pekerja juga merasa tidak ada lagi yang perlu ditunggu untuk menunda pengunduran diri.

"(Pengunduran diri setelah Lebaran) itu akan selalu ada, jadi yang namanya kesempatan dalam kesempitan (mengundurkan diri setelah dapat THR Lebaran) itu selalu ada," kata Audi saat dihubungi detikcom, Rabu (17/4/2024).

ADVERTISEMENT

"Karena gini, kalau menunggu THR, itu kan artinya ini peluang untuk saya mencari pekerjaan baru. Sebenarnya bisa saja keluar kapan saja, tapi kan nggak dapat THR. Nah, ini kesempatan mereka merasa semua sudah saya dapatkan, 'ah kalau saya memang sudah nggak nyaman, sudah nggak sesuai dengan harapan, yaudah lah saya cari tempat baru' gitu," terangnya lagi.

Fenomena resign berjemaah setelah Lebaran juga tak lepas dari banyaknya perusahaan yang mencari karyawan baru. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya membuka lowongan kerja baru untuk mengisi jabatan yang ditinggal para karyawan tadi.

Sehingga menurut Audi, fenomena ini membuat momentum setelah Lebaran menjadi puncak perputaran tenaga kerja di Indonesia. Artinya, pada momen ini jumlah karyawan yang mengundurkan diri serta perusahaan yang membuka lowongan kerja baru merupakan yang tertinggi dalam setahun.

"Ini momentumnya sama kaya tahun lalu, mirip-mirip lah. Tahun lalu kan THR, terus juga bonus itu juga jadi satu atau bahkan sekalian gajian. Nah kalau tahun ini kan THR dan gajian, kalau bonus mungkin sudah duluan lah di Februari atau mungkin di Maret," terang Audi.

Secara umum, Audi melanjutkan, jumlah karyawan yang mengundurkan diri pada momentum ini sekitar 10-20% dari total karyawan usia produktif (25-40 tahun). Karena karyawan usia produktif inilah yang masih mudah untuk mencari pekerjaan baru setelah resign.

Ia menambahkan fenomena ini biasanya hanya terjadi di kota-kota besar. Sebab mayoritas peluang kerja atau karier baru ini hanya tersedia di kota-kota besar yang memiliki banyak perusahaan.

"Hitung saja angkatan kerja yang produktif, ambil yang usia produktif dari umur 25, 30 sampai 40, itulah yang biasanya lebih mudah cari kerja. Ambil 10-20% dari jumlah itu, khususnya untuk di kota besar ya," tutupnya.




(sun/des)


Hide Ads