Para pedagang di pasar tradisional dan mal di Bandar Lampung mengeluhkan sepinya pembeli. Hal ini dikarenakan maraknya fenomena penjualan secara online yang disediakan di beberapa aplikasi.
Pantauan detikSumbagsel di Pasar Bambu Kuning dan Mall Simpu pada Senin (2/10/2023), terlihat beberapa pedagang hanya duduk-duduk menunggu pembeli. Beberapa toko juga tampak tutup karena sepinya pembeli.
Erma, salah satu pedagang baju ditemui di Pasar Bambu Kuning mengatakan maraknya pedagang online berimbas kepada tokonya yang telah berjualan sejak 10 tahun lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sepi terus sekarang ini. Ini yang hilir mudik yang cuma kami-kami aja pedagang di sini. Karena makin banyak jualan online jadi kita kena dampaknya," kata dia.
Menurut dia, dalam seminggu dagangan belum tentu terjual akibat jarang ada yang pembeli yang datang.
"Kalau masih 1 dalam sehari barang keluar sih udah bagus, ini nggak ada sama sekali. Bahkan seminggu itu nggak ada yang beli," urai dia.
Menurut dia, para pedagang yang masih bertahan ini bukan tidak mengikuti perkembangan zaman. Mereka mengaku telah mencoba untuk berjualan secara online namun terkendala dengan minimnya followers.
"Sudah itu mah, kita sudah coba. Tapi ya karena followers kita ini sedikit, bahkan ada yang nggak punya followers jadi nggak ada yang beli," terangnya.
Sementara, Sinta pedagang baju di Mall Simpur, Bandar Lampung berharap pemerintah secara tegas bisa mengatur regulasi e-commerce.
"Harapan kami ini peran pemerintah bisa mengatur toko online. Ini banyak artis, selebgram yang memang sudah terkenal ikut jualan juga. Kami yang belum punya followers jelas kalah, nggak sanggup kalau mau endorse. Buat nutupin biaya sewa ruko aja sudah susah payah," ujarnya.
Sinta menuturkan jika kondisinya seperti ini dengan tidak adanya peran pemerintah secara tegas membatasi regulasi e-commerce, maka akan semakin banyak toko-toko akan terancam tutup.
"Kalau terus begini ya pasti sudah banyak toko tutup, karena sudah kebingungan buat bayar sewa toko nya," tandasnya.
(des/des)