Dinas Kesehatan Sumatera Selatan dan kabupaten/kota berupaya meminimalisir kejadian keracunan pada program makan bergizi gratis (MBG). Namun, pertumbuhan jumlah SPPG (stasiun pelayanan pemenuha gizi) yang signifikan belum diimbangi dengan pelatihan penjamah makanan.
"Kita, dinkes provinsi dan kabupaten/kota sudah berkoordinasi melakukan pelatihan-pelatihan untuk penjamah makanan di seluruh SPPG. Di kabupaten/kota ada yang sudah kita latih dan ada yang akan dilatih terkait syarat-syarat penjamah makanan ini," ujar Kepala Dinkes Sumsel Trisnawarman, Rabu (24/9/2025).
Menurutnya, peran penjamah makanan cukup penting untuk mengetahui kualitas makanan yang akan diberikan kepada siswa penerima.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentunya ini untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti keracunan makanan dan lain-lain," katanya.
Hingga saat ini, jumlah SPPG yang ada di Sumsel sebanyak 342 unit. Dari jumlah itu, belum seluruhnya memiliki penjamah makanan.
Trisnawarman mengungkapkan, sejumlah kejadian keracunan MBG di Sumsel disebabkan beberapa faktor. Di antaranya kejadian di PALI yang diakibatkan oleh suhu pada pendingin bahan makanan tidak sesuai dan dapur yang kurang memenuhi syarat.
"Ada juga SPPG yang belum melatih penjamah makanan karena penambahannya yang cepat. Inilah yang kita minta ke kabupaten/kota agar berkoordinasi dengan SPPG dalam mengecek kesiapan dapur," katanya.
Diketahui, kejadian keracunan MBG di Sumsel sudah terjadi beberapa daerah. Selain di PALI, juga pernah terjadi di OKI, Muba, OKU, dan Empat Lawang.
(dai/dai)