Respons UMP Mahasiswinya Diduga Dilecehkan Perangkat Desa Saat KKN di Ogan Ilir

Sumatera Selatan

Respons UMP Mahasiswinya Diduga Dilecehkan Perangkat Desa Saat KKN di Ogan Ilir

Irawan - detikSumbagsel
Jumat, 12 Sep 2025 09:00 WIB
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Palembang, Yudha Mahrom (posisi tengah)
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Palembang, Yudha Mahrom (tengah). (Foto: Irawan)
Palembang -

Mahasiswi asal Palembang, Sumatera Selatan, berinisial S, diduga menjadi korban pelecehan oleh perangkat desa saat KKN di Kabupaten Ogan Ilir. Pihak kampus kini bersuara terkait kasus tersebut.

Diketahui peristiwa pelecehan itu terjadi di Desa Srikembang 1, Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel, Jumat (29/8/2025) sekitar pukul 01.00 WIB.

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP) Yudha Mahrom mengatakan pihaknya masih menunggu keterangan langsung dari mahasiswi terkait kabar tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yudha mengaku pihak kampus sudah berupaya meminta klarifikasi dari korban, dengan cara memanggilnya secara resmi. Namun, hingga kini korban belum memenuhi panggilan tersebut.

"Kami sudah mengundang korban untuk dimintai keterangan. Sampai sekarang kami masih menunggu karena keterangan korban sangat penting untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi," kata Yudha, kepada wartawan Kamis (11/9/2025).

ADVERTISEMENT

Menurutnya, sehari setelah insiden tersebut atau pada Sabtu (30/8/2025) malam, pihaknya langsung mendatangi lokasi KKN di Desa Srikembang I. Saat itu, pihak keluarga korban sudah berada di lokasi.

"Pihak keluarga korban menyampaikan akan melakukan rapat internal terlebih dahulu untuk menentukan sikap. Kami pun menghormati keputusan itu, sehingga menunggu hasilnya," ungkapnya.

Tidak lama setelah itu, pihak kampus mendengar kabar bahwa korban S telah melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian. Menindaklanjuti informasi tersebut, kampus juga memanggil Ketua Kelompok KKN serta Kepala Desa Srikembang I untuk dimintai keterangan.

Dalam pertemuan tersebut, kata dia, ketua kelompok KKN yang berada satu posko dengan korban membenarkan bahwa pada malam kejadian. Dua orang perangkat desa memang mendatangi posko KKN. Mereka sempat masuk ke kamar korban pada malam hari.

Hanya saja, menurut keterangan ketua kelompok, tidak terlihat adanya tanda-tanda korban meminta pertolongan.

"Karena posisi kami ada di luar kamar, jika memang ada tindakan tidak senonoh dan korban berteriak minta tolong, pasti kami segera membantu. Tetapi malam itu tidak ada teriakan ataupun permintaan tolong," ungkap Yudha menirukan ucapan ketua kelompok.

Meski demikian, pihak kampus tidak serta merta mengambil kesimpulan. Yudha menegaskan bahwa klarifikasi dari korban tetap menjadi faktor utama untuk menentukan sikap resmi universitas.

"Sekarang kami masih menunggu cerita dari korban. Itu yang paling utama agar terang benderang bagaimana sebenarnya kronologi kejadian ini," ujarnya.

Dia menambahkan, pihaknya berkomitmen memberikan pendampingan kepada korban maupun mahasiswa lain yang sedang melaksanakan KKN di berbagai lokasi.

"Kami tidak ingin ada mahasiswa yang merasa ditinggalkan. Semua langkah akan kami ambil dengan hati-hati agar tidak ada yang dirugikan, baik korban maupun pihak lain, kami juga mengupayakan perdamaian antara mahasiswi kami dan oknum perangkat desa itu," ujarnya.




(csb/csb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads