Kisah Pilu PMI Asal Kalbar Kerja di Malaysia, Dikurung Majikan Selama 16 Tahun

Regional

Kisah Pilu PMI Asal Kalbar Kerja di Malaysia, Dikurung Majikan Selama 16 Tahun

Ocsya Ade CP - detikSumbagsel
Sabtu, 02 Agu 2025 21:30 WIB
Isahbella saat tiba di PLBN Entikong, Sangau
Foto: Isahbella saat tiba di PLBN Entikong, Sangau (dok PDRI Kalbar)
Kubu Raya -

Seorang perempuan bernama Isahbella (30) akhirnya bisa kembali ke Tanah Air setelah bekerja di Malaysia. Pekerja Migran Indonesia (PMI) ini berasal dari Kubu Raya, Kalimantan Barat (Kalbar) yang mendapat perlakuan tak adil selama bekerja di sana.

Dilansir detikKalimantan, Isahbella sempat dikira sudah meninggal dunia. Namun perjuangan pihak keluarga dan orang-orang yang mendukungnya, tak sia-sia. Isahbella akhirnya dijemput dan dibawa pulang ke Indonesia.

Kini Isahbella sudah kembali ke rumahnya di Dusun Betutu Raya, Desa Punggur Kapuas, Kecamatan Sungai Kakap. Dia pulang setelah dijemput langsung oleh adiknya, Marniah (26), beserta keluarga dari Kuching, Sarawak, Malaysia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka pulang ke Tanah Air melalui jalur darat di Entikong, Kabupaten Sanggau yang berbatasan dengan Tebedu, Sarawak. Kepulangan Isahbella tak lepas dari perjuangan awal oleh Sri Cahyawati, pegiat sosial dan advokat dari Kantor Cahaya Keadilan.

Tiba di Pontianak, Isahbella dibawa langsung ke DPD Partai Demokrat Kalbar di Jalan Parit Haji Husein II, yang juga sebagai kantornya Sri Cahyawati. Di sana, Isahbella menceritakan semua yang dialaminya.

ADVERTISEMENT

Isahbella menyebut sudah belasan tahun bekerja di Malaysia. Paspornya ditahan oleh agen yang tidak bertanggung jawab, hingga akhirnya bekerja pada majikan yang tidak memperbolehkannya pulang dan tak menerima gaji selama bertahun-tahun.

"Awalnya saya mendapat pekerjaan yang cukup baik. Mulai dari bekerja di kopi tiam hingga sebagai asisten rumah tangga (ART), sekitar dua tahun. Tapi gaji saya diambil oleh agen yang ada di Malaysia," kisah Isahbella, Sabtu (2/8/2025).

Kemudian Isahbella dipindahkan ke majikan yang baru. Majikan ini suka memarahi Isahbella. Walaupun tidak memukul, namun Isahbella tidak digaji.

"Katanya disimpan di rekening, tapi saya tidak pernah dikasih dan tidak pernah lihat," ungkapnya.

Pintu Isahbella untuk berhubungan dengan dunia luar pun ditutup, ia takl bisa memberi kabar kepada keluarganya di Indonesia. Kemudian pada Oktober 2024, Isahbella dievakuasi dari rumah majikannya.

"Pernah saya minta pulang, tapi tidak diperbolehkan. Katanya kalau lapor polisi, saya akan ditangkap dan tidak dapat gaji, karena paspor saya ditahan agen. Alhamdulillah, saya sangat gembira hari ini bisa bertemu keluarga saya, walaupun ibu saya ternyata sudah tiada," kata dia.

Isahbella mengucapkan terima kasih atas semua pihak yang membantunya kembali ke keluarga. Ia mengaku tidak tahu kapan bisa pulang ke Indonesia jika tidak mendapat bantuan.

"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Mbak Cahya yang telah membantu saya. Saya tidak tahu harus membalas seperti apa. Kami sangat bersyukur. Kalau tidak ada Mbak Cahya dan Partai Demokrat, saya tidak tahu kapan bisa pulang," ucapnya.

Isahbella diketahui mulai bekerja ke Malaysia pada tahun 2008. Sejak saat itu, Isahbella tak bisa dihubungi ataupun memberi kabar ke keluarga. Pada akhirnya, keluarga putus asa dan menyatakan Isahbella hilang dan dianggap meninggal dunia.

Kemudian pada September 2024, adik Isahbella, Marniah, mencari informasi tentang keberadaannya. Ia dibantu Sri Cahyawati, pegiat sosial yang juga sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Perempuan Demokrat Republik Indonesia (PDRI) Kalbar.

"Awalnya tahu dari media sosial. Melihat medsos Bu Cahya yang sering bantu orang, saya merasa tersentuh. Melalui DM (direct message), saya minta bantuan dan alhamdulillah langsung direspons. Saya ke rumah beliau, menceritakan soal kakak saya, dan akhirnya Bu Cahya mengusahakan bantuan melalui Konsulat Jenderal RI di Kuching," cerita Marniah.

Penantian selama belasan tahun untuk bertemu kembali dengan kakak tercinta pun akhirnya tercapai. Setelah melewati berbagai dinamika dan drama, Isabella bisa pulang dan berkumpul dengan sanak saudara.

Sementara itu, Sri Cahyawati mengatakan dirinya membantu Isahbella adalah panggilan hati sekaligus sejalan dengan visi misi Partai Demokrat untuk hadir dan berkontribusi nyata bagi masyarakat.

"Setelah mendapat informasi ini dari saudaranya Isahbella, saya langsung berkoordinasi dengan Ketua DPD Partai Demokrat, Ibu Ermin Elviani, dan Sekretaris, Pak Usman. Alhamdulillah, mendapat respons positif karena kebetulan kasus ini berada di dapil mereka berdua," kata Cahya.

Cahya yang mendapat informasi keberadaan Isahbella langsung mengambil langkah cepat dan melaporkan kepada pihak Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Kuching, tentang keberadaan Isahbella di salah satu rumah warga Malaysia pada September 2024. Selain itu, pihaknya juga melaporkan kejadian itu kepada pihak yang berwajib di Kuching Sarawak.

"Isahbella berhasil dievakuasi dari rumah majikannya pada Oktober 2024," kata Cahya.

Dia menuturkan, proses penjemputan Isahbella di rumah majikan dan pemulangan ke Tanah Air harus menghadapi beragam kendala. Namun semua bisa diatasi dengan melibatkan KJRI di Kuching dan Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Entikong.

"Misi penyelamatan ini dibantu KJRI Kuching dan BP2MI Entikong. Termasuk Mas Ridho Maulana, Anggota DPRD Kubu Raya yang memfasilitasi transportasi dan akomodasi dari Entikong ke rumah Isahbella. Karena saya sampaikan bahwa ada warga dari Kubu Raya yang butuh bantuan. Kita semua bersyukur Isahbella bisa pulang," ucap Cahya.




(dai/dai)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads