Pemerintah menargetkan Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Target itu harus dicapai, meski cadangan batu bara Sumatera Selatan baru habis pada 2121 atau sebanyak 8,6 miliar ton.
Pemprov Sumsel menargetkan 20 tahun ke depan atau pada 2045 sudah bisa menerapkan ekonomi hijau terutama dalam pengelolaan dan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) sesuai dengan RPJPD 2025-2045. Periode itu akan dilakukan transisi energi dari batu bara ke EBT.
Kepala Bidang Perekonomian dan Pendanaan Pembangunan Bappeda Sumsel Hari Wibawa mengatakan, produksi batu bara Sumsel akan terus digenjot dalam beberapa tahun ke depan. Bahkan target 2025 naik menjadi 147,33 juta ton dari sebelumnya 113,29 juta ton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Transisi energi sedang berproses untuk peralihan dari energi fosil ke EBT. Targetnya (NZE) tetap 2060 nanti. Tapi, sesuai prediksi 2030 akan mulai terjadi penurunan karena ada peralihan pemakaian listrik dari batu bara ke EBT. Full-nya akan terjadi ketika nilai ekonomisnya turun," ujar Hari, Kamis (31/7/2025).
Menurutnya, penurunan nilai ekonomis akan terjadi ketika permintaan ekspor dari berbagai negara berkurang. Kemudian biaya penggunaan solar panel akan lebih murah jika dibandingkan menggunakan batu bara untuk listrik.
"Jika nilai ekonomis tercapai, akan ada peralihan. Sama seperti penggunaan minyak bumi ke batu bara dan batu bara ke EBT. Ditambah lagi PLTU di Inggris, China, India yang selama ini memakai batu bara juga mulai beralih ke EBT. Maka kita harus bersiap dari sekarang," katanya.
Dampak peralihan itu disebutnya akan menimbulkan persoalan baru. Mulai dari pengurangan pegawai sektor tambang, menurunnya pendapatan warga, berkurangnya pendapatan daerah dan sebagainya.
"Kita punya konsep ketika transisi ini terjadi melalui pengembangan sektor pertanian dan perkebunan. Alternatif bisa kopi, kelapa atau lainnya dari lahan bekas tambang. Memang ada perbedaan upah, jika di tambang bisa Rp 300 ribu sedangkan pertanian Rp 100 ribu. Itu bukan untuk mengembalikan taraf hidup dari penghasilan tambang, tapi untuk bisa bertahan hidup," katanya.
Menurutnya, peran batubara dalam perekonomian Sumsel cukup besar. Kontribusinya 15% dari PDRB Sumsel 2024, 12% menyumbang pendapatan Sumsel dan 2,26 persen tenaga kerja di sektor tersebut.
Sementara Direktur Eksekutif Yayasan Mitra Hijau Doddy S Sukadri menambahkan transisi energi di Sumsel sebagai penghasil batu bara terbesar kedua nasional tidak mudah. Peralihan ini juga berdampak luas, sehingga harus ditangani perlahan tak bisa sekaligus.
"Sumsel punya cadangan batu bara 36,78% dari total nasional. Sementara Sumsel dan daerah lain harus bisa melepas ketergantungan dari batu bara dan melakukan transformasi ekonomi ke arah yang lebih hijau dan berkelanjutan," katanya.
Pwmerintah juga dinilainya serius untuk mempercepat transisi energi ini. Dia menyebut sudah ada keputusan presiden terkait percepatan transisi itu. Menurutnya, transisi energi membutuhkan sinergi banyak pihak.
"Kita berharap penggunaan baru bara secepatnya bisa diselesaikan, karena ini menyangkut lingkungan. Kita tak hanya bicara soal daerah penghasil saja, tapi bicara secara global, 3P (planet, people, profit)," tukasnya.
(csb/csb)