Momen perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), identik dengan penjualan miniatur kendaraan, seperti kapal dan pesawat. Hari-hari menuju bulan Agustus, perajin miniatur mulai meraup cuan.
Salah satunya adalah Salim (48). Bertempat di rumah adiknya, Lorong Chodijah, Kelurahan Silaberanti, Kecamatan Jakabaring, Palembang, tahun ini membuat sekitar 600 miniatur kapal dan pesawat. Dari sana, ia meraup omset setidaknya Rp 10 juta.
"Tahun ini buat 600 buah. Untuk miniatur kapal harganya Rp 15 ribu sedangkan pesawat Rp 20 ribu per buah," ungkapnya saat ditemui, Minggu (27/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perbedaan harga tersebut, kata Salim, berdasarkan kerumitan dan bahan yang digunakan. Menurutnya, kerangka miniatur kapal dibuat menggunakan campuran akar gabus dan kardus bekas. Sedangkan pesawat murni dibuat murni dengan akar gabus.
![]() |
Salim bercerita, kuantitas yang ia buat tiap tahunnya bergantung pada kesediaan akar gabus di lapangan. Punti Kayu Palembang hingga Muara Enim pernah ia jelajahi demi mencari bahan baku pembuatan miniatur tersebut.
"Semuanya sudah kami jelajahi untuk mencari akar gabus. Punti Kayu, wilayah Tanjung Api-api, dan tahun ini ambil di daerah Bakung, Gelumbang," katanya.
Pencarian itu ia lakukan sejak bulan Februari setiap tahunnya. Setelah bahan terkumpul, Salim akan mulai mencicil kerangka miniatur setiap harinya dari bangun tidur hingga siang hari.
"Dari Bulan 2 (Februari) itu sudah cari bahan. Buat kerangkanya dilakukan sendiri dari mengasah hingga menyatukan. Nanti bendera-bendera hiasannya baru dibantu keluarga lain," jelasnya.
Sudah melakoni aktivitas turun menurun ini selama 20 tahun, kini Salim tak perlu lagi berkelana menjajakan hasil karyanya. Namun, pelanggan dari berbagai pasar di Palembang lah yang akan memesan dan datang menjemput miniatur tersebut. Sekali terjual, ratusan miniatur diangkut oleh para pembeli.
Penjualan setiap tahunnya, kata Salim, akan menyesuaikan kapasitas bahan yang ia miliki. Satu akar gabus sebesar kurang lebih 1 meter dapat dijadikan 6 buah miniatur badan pesawat.
"Pelanggan yang datang ke sini setiap tahunnya. Biasanya mereka untuk jualan di Pasar Lemabang, Pasar Palimo, Pasar Perumnas, Pasar Kuto, sampai Pasar 26 Ilir," rincinya.
Salim bercerita, ia pernah meraup omset hingga Rp 45 juta pada tahun 2016. Menurutnya, saat itu belum banyak perajin hingga semua penjual datang padanya. Sempat meredup karena pandemi, ia kembali merangkak dengan mengantongi Rp 8 juta tahun lalu.
"Uangnya untuk biaya sehari-hari. Selesai Agustusan, balik lagi jadi sopir bentor dan buruh atau kuli bangunan untuk modal lagi di tahun depan," sambung dia.
Dia menyebut, model miniatur yang ia buat biasanya ia ukir di dalam kepalanya. Setelah itu, ia baru melakukan trial dan error sebelum akhirnya membuat yang asli.
Salim menambahkan dirinya juga menerima pesanan khusus jika ada yang ingin dibuatkan model tertentu seperti kepala naga atau perahu bidar.
"Bisa juga buat kapal dengan kepala naga, perahu bidar, pesawat tempur atau yang model tertentu. Tapi peminatnya sedikit, harus sesuai negosiasi harga dan kuantitas dengan (calon pembeli)," ujarnya.
![]() |
Ia berharap, perajin miniatur lebih diperhatikan pemerintah mengingat ini sudah terbilang budaya di Kota Palembang.
"Harapannya kami lebih diperhatikan (oleh pemerintah). Karena miniatur ini kan memang sudah tradisi setiap Agustusan di Palembang," harapnya.
"Tapi apa daya, lorong rumah kami saja belum di aspal. Padahal lorong lain sudah mulus semua jalannya," kelakar Salim.
Simak Video "Video: Pramono Pastikan TransJ-MRT-LRT Gratis saat HUT RI & HUT Bhayangkara"
[Gambas:Video 20detik]
(dai/dai)