Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sumsel mengungkap saat ini Sumsel sedang berada pada musim pancaroba. Masa pancoraba ini merupakan masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau.
Koordinator BMKG Sumsel Wandayantolis mengatakan bulan Mei merupakan penghujung musim hujan. Sebelum memasuki musim kemarau pada Juni 2025, secara bertahap Sumsel sedang berada dalam masa pancaroba.
"Pola cuaca pada masa pancaroba juga cenderung berubah dengan cepat. Pemanasan intensif pada pagi hari bisa memicu pembentukan sistem konvektif kuat di siang hingga sore hari. Hal ini dapat menyebabkan angin kencang, puting beliung bahkan hujan es," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wandayantolis pun mengimbau masyarakat Sumsel untuk menghindari aktivitas luar ruangan berlebih pada siang hari untuk mencegah paparan suhu tinggi dan menggunakan pakaian pelindung dan tabir surya bila berada di luar ruangan. Lalu, mencukupi asupan air putih untuk mencegah dehidrasi.
"Lalu waspada terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat mendadak dan angin kencang, khususnya pada siang hingga sore hari," tuturnya.
Dijelaskan Wandayantolis, untuk kondisi terkini iklim Sumsel curah hujan pada dasarian III April 2025 menunjukkan kondisi yang beragam yakni kategori menengah 51 - 150 mm sebagian besar wilayah Sumsel. Lalu kategori tinggi 151-300 mm sebagian kecil terjadi di wilayah Lahat, Muara Enim bagian barat, dan OKU Selatan bagian utara.
Lalu kategori rendah kurang dari 50 mm terjadi di wilayah Musi Banyuasin, Banyuasin bagian selatan, Palembang, Ogan Ilir, Prabumulih, sebagian Muara Enim, OKI bagian selatan, OKU Timur, OKU bagian timur, OKU Selatan bagian barat, sebagian kecil Lahat, Pagar Alam, Empat Lawang, sebagian Lubuk Linggau, dan Musi Rawas.
"Pada fase pancaroba biasanya diikuti dengan peningkatan suhu udara harian. Ini adalah puncak suhu udara maksimum pertama dalam setahun (puncak kedua terjadi sekitar akhir September-Oktober), yang terkait dengan pelepasan panas dari daratan dan lautan setelah matahari bergerak semu melintasi wilayah Sumsel," katanya.
Selama masa ini, kata dia, jeda hujan akan memanjang menjadi 3-6 hari tanpa hujan (HTH). Saat HTH terjadi, suhu udara akan terasa lebih menyengat, akumulasi dari pelepasan panas karena turunnya kelembaban udara di mana lebih sedikit uap air untuk menyerap dan memantulkan panas. Minimnya pembentukan awan yang biasanya melindungi dari radiasi matahari langsung.
(dai/dai)