5 Contoh Khutbah Idul Fitri Terbaru Berbagai Judul yang Menyentuh Hati

5 Contoh Khutbah Idul Fitri Terbaru Berbagai Judul yang Menyentuh Hati

Melati Putri Arsika - detikSumbagsel
Kamis, 27 Mar 2025 05:20 WIB
ilustrasi khutbah Jumat
Ilustrasi khutbah Idul Fitri (Foto: Fria Sumitro/detikSumut)
Palembang -

Dalam rangkaian sholat Idul Fitri berlangsung dilakukan pembacaan khutbah oleh khatib. Khutbah Idul Fitri dianjurkan berisi pembahasan mengenai zakat, hukum-hukum seputar hari raya dan tema lain yang menyangkut ketakwaan.

Khutbah Idul Fitri berbeda dengan khutbah salat Jumat. Khutbah Jumat dilaksanakan sebelum salat, sementara saat Idul Fitri dilaksanakan sebelum salat. Selain itu, pembacaan khutbah diselingi dengan gema takbir.

Tak sedikit jemaah yang terhanyut dalam materi khutbah sehingga banyak yang berderai air mata karena Ramadhan telah berakhir. Kemenangan saat Idul Fitri menjadi momen yang disambut dengan suka cita sehingga banyak tema khutbah yang dapat disampaikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kumpulan Contoh Khutbah Idul Fitri 2025 Terbaru

Inilah 5 teks khutbah Idul Fitri berbagai judul yang disadur dari buku Kumpulan Khutbah Jumat dan Hari Raya karya Khairul Hamim, Kumpulan Khutbah Jumat dan Hari Raya Beserta Fiqh Singkat Refleksi Islam Indonesia karya Ahmad Rajafi, dan Buku Khutbah Kontemporer.

Contoh Khutbah 1: Hati yang Suci Berdasarkan Al-Quran dan Hadis Kunci Kebagiaan Dunia Akhirat

Khutbat Pertama

ADVERTISEMENT

الله أكبر ٩ لا إله الا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد، الله أكبر كبيرا وَالْحَمْدُ اللهِ كَثِيرًا وَسُبحان الله بكرة وأصيلاً لا إله الا الله وَاحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَ أَعز جنده وهزم الأحزاب وحده، لا إله الا الله ولا تَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مخلصين له الدين ولو كرة الكَافِرُونَ وَلَوْكَرِهَ الْمُشْرِكُونَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُونَ

الحمد الله رب العالمين الذي جَعَلنا واياكم من عِبَادِهِ الْمُتَّقِينَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ الا الله ، وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدٌ عَبْدُه وَرَسُولُهُ اللهُمَّ صَلَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آله وصحبه والتابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يَوْمِ الدِّينَ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا أَمَّا بعد

فَيا أَيُّهَا النَّاسُ أَوْصِيكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ. الله أكبر ٣ والله الحمد

Kaum muslimin dan muslimat jamaah sholat Idul Fitri yang dimuliakan Allah,

Maha suci Allah, yang telah mengatur perputaran dan proses kehidupan di jagad raya ini, segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kita telah dapat melalui bulan suci Ramadhan tahun ini. Sebagai bulan penuh rahmat, berokah dan ampunan bagi segenap hamba-Nya yang beriman.

Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita dan membimbing kita sebagai cahaya pelita penunjuk jalan. Terbenamnya sang surya di ufuk barat kemarin sore sayup-sayup menyelinap lambaian kesan sahdu bulan suci Ramadhan.

Menyampaikan selamat tinggal kepada kita, tertulis kesan di sebuah monumen, kuberikan piagam penghargaan, dan bintang kehormatan kepada wahai insan yang sudah selesai menunaikan ibadah puasa sebulan penuh dengan predikat insan muttaqin.

Ramadhan telah pergi meluncur membawa buku catatan amal ibadah, melapor indah kepada Maliki Yaumiddin, aja di hari pembalasan. Lengkaplah amal ibadah kita selama bulan suci Ramadhan ini dilaporkan. Kini bagai finalis Ramadhan mendapatkan hadiah kebahagiaan, karena mereka telah menancapkan bendera kemenangan dalam pertempuran melawan hawa nafsu yaitu jihadul akbar.

Bergema suara gemuruh takbir, tahmid, takdir dan tahlil, melintas ruang angkasa menembus lapisan langit ketujuh dan bergetarlah hati setiap insan menyambut hari kemenangan ini. Namun di tengah-tengah kebahagiaan ini, di suatu lembah kehidupan sekelompok umat islam, bermuram durja, sayup-sayup terdengar, rintihan mereka terharu menangisi akan nasibnya yang dirundung malang

Tetesan air matanya berderai membasahi pipi. Di kala cahaya matahari di ufuk timur menampakkan dirinya, pagi hari Raya Idul Fitri itulah suara gundah gulana kumpulan kaum fakir miskin terharu melihat anak-anak tetangganya siap dengan sepatu serta baju barunya. Sedangkan mereka, hartanya sekedar memakai pakaian bertambal pembalut tulang, tercium pula bau makanan di sana sini, beraroma sehat dan lezat. Sedangkan mereka pagi makan namun sore tidak.

Allahhuakbar x3 Walillahilham. Kaum muslimin dan muslimat jamaah sholat Idul Fitri yang dimuliakan Allah.

Dari segudang permasalahan dan cobaan silih bergati yang kita lalui, di pagi hari yang bahagia ini, mari kita bersama-sama lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan memuji, mengagungkan, dan membesarkan nama-Nya.

Bahwa di jagat raya ini hanya Allah lah yang Mahasuci, Mahaagung, Mahabesar, Mahamengetahui, Mahapencipta dan Mahasegala-galanya. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Anbiya ayat 33:

وَهُوَ الَّذِي خلق الليل والنهار والشمس والقمر كل في فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

Artinya: "Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya."

Allahhuakbar x3 Walillahilham. Kaum muslimin dan muslimat jamaah sholat Idul Fitri yang dimuliakan Allah.

Setelah satu bulan penuh kita menjalankan ibadah puasa, hari ini kita merayakan hari raya Idul Fitri. Itu adalah hari raya kesucian hati manusia, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

ليس العيد لمن ليس الجَدِيدَ إِنَّمَا العِيدُ لِمَنْ طَاعَة تريد

Artinya: "Bukanlah yang dimaksudkan dengan berhari raya itu bagi orang yang berpakaian buru, tetapi yang dimaksudkan dengan berhari raya adalah bagi orang yang ketatnya (kepada Allah) semakin bertambah."

Kata fitrah dalam Al-Qur'an juga dikaitkan dengan kata Hanif jika di terjemahkan secara bebas menjadi Cenderung kepada agama yang benar istilah ini dipakai Al-Qur'an untuk melukiskan sikap Nabi Ibrahim AS yang menolak menyembah barhala, bulan ataupun mata hari. Karena semua itu tidak pantas untuk disembah, yang patut disembah hanyalah zat pencipta langit dan bumi, yaitu Allah SWT.

Maulana Muhammad Ali dalam Al-Qur'an karangan Al-Isfani secara lengkap di sampaikan oleh Nasir ahmad ada 5 pengertian kata fitrah yang dihubungkan dengan kata hanif yaitu:

1. Fitrah/ hanif orang yang meninggalkan atau menjauhi kesalahan menuju kepada petunjuk Allah sesuai dengan Al-Qur'an dan hadits.

2. Orang yang secara terus menerus mengikuti kepercayaan yang benar, tanpa ingin kembali kepada yang tidak benar.

3. Orang yang cenderung menata perilakunya secara sempurna menurut syariat Islam.

4. Seorang yang mengikuti agama Ibrahim.

5. Dan orang yang percaya kepada seluruh Nabi-nabi utusan allah.

Kaum muslimin dan muslimat jamaah sholat Idul Fitri yang dimuliakan Allah.

Oleh sebab itu jangan sampai kita salah menerjemahkan hari Idul Fitri, kita pun menyadari banyak saudara-saudara kita yang sedih karena tidak dapat membelikan anaknya sepatu dan baju baru, serta kendaraan baru.Namun mereka tidak pernah sedih kalau anaknya tidak berpuasa di bulan Ramadhan dan tidak menjalankan ibadah sholat lima waktu.

Padahal hari raya idul fitri itu hakikatnya adalah kembali kepada suci dan kebenaran. Secara umum dapat kita maknai mampu merubah sifat yang tidak baik menjadi baik, pemarah menjadi pemaaf, sombong menjadi tawaduk, itulah sebenarnya hakikat hati yang suci.

Oleh karena itu, mudah-mudahan mulai hari ini kita kembali menemukan fitrahnya yaitu kembali kepada suci atau kemabali kepada yang benar. Sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadisnya:

إذا ضاموا شهر رمضان و خرجوا إلى عيدهم يقول الله تعالى : يا ملا يكي كل عامل يطلب أجزه وعِبَادِي الَّذِينَ صَامُوا شَهرَ هُمْ، وَخَرَجُوا إِلَى عِيدِهِمْ يَطْلُبُونَ أجورهم اشْهَدُوا أني قد غفرت لهم فينادي مناد : يا أُمة محمدٍ ارْجِعوا منازلكم قد بذلت سيئاتكم حسنات، فيقول الله تعالى . يا عبادي ضمتم لي وافطرتم لي فَقُومُوا مَغْفُورًا لكم

Artinya: "Apabila orang-orang itu telah selesai berpuasa, pada bulan Ramadhan lalu mereka keluar sholat hari raya, maka Allah SWT berfirman: malaikat-malaikatku, setiap yang heramal tentu mengharap/minta pahalanya, dan sekarang hamba-hambaku telah berpuasa sebulan penuh dan keluar menuju sholat hari raya, juga menita pahula mereka, maka saksikanlah olehmu sekalian balnea aku benar-benar telah mengampuni mereka, Kemudian suatu panggilan memanggil: hai Umat Muhammad kembalilah kalian ke rumah masing-masing sesungguhnya kesalahan-kesalahan kalian telah diganti dengan kebajikan lalu Allah berfirman hamba-hambaku kalian telah berpuasa untuk ku dan dan telah berbuka untuk ku, maka hangkitlah kalian dalam keadaan telah mendapatkan amprunan."

Allahhuakbar x3 Walillahilham. Kaum muslimin dan muslimat jamaah sholat Idul Fitri yang dimuliakan Allah.

Rasulullah bersabdah dalam haditsnya yang artinya:

"Taukah kalian semua, siapakah orang yang bangkerut itu? Tanya Rosulullah kepada para sahabutnya, mereka menjawab orang yang bangkerut menurut kami adalah mereka yang tidak memiliki uang dan harta benda yang tersisa kemudian Rasulullah menyampaikan sabdanya ng yang benar-benar pailit di antara umatku ialah orang yang di hari kiamat dengan membawa seabrak pahala sholat, puasa dan zakat tapi sementara itu datanglah orang-orang menuntutnya karena ketika di dunia ia mencaci ini, menuduh itu, memakan harta si ini, melukai si itu dan memukul si ini, maka di berikanlah pahala-pahala kebaikannya kepada si ini dan si itu. Jika ternyata pahala-pahalanya habis sebelum dipenuhi apa yang menjadi tanggungannya, maka diambilah dosa dosa mereka yang pernah di zolimi dan ditimpahkan kepadanya. Kemudian dicampakkanlah ia ke api neraka. Naudzubillah." (HR Muslim dari Abu Hurairah).

Allahhuakbar x3 Walillahilham. Kaum muslimin dan muslimat jama'ah sholat Idul Fitri yang dimuliakan Allah.

Oleh sebab itu kesempatan yang sangat baik di bulan syawal ini, kita saling mengajak melebur dosa, dengan silaturahmi berkunjung ke rumah sanak saudara, teman dan handai tolan, teman sekerja, teman sejawat, teman sekantor, sesama muslim dengan mengucapkan salam, mohon maaf dan memberikan maaf kepada sesama, sehingga terjalin persaudaraan yang akrab dan setia, dengan demikian dosa-dosa kita dan kesalahan-kesalahan kita dapat terampuni sehingga kita dapat kembali kepada fitrah dan suci.

Kepada kaum muslimin dan muslimat kami ucapkan selamat hari raya idul fitri mohon maaf lahir dan batin. Mudah-mudahan Allah swt menerima segala amal kebaikan kita amiin ya robbal alamin.

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، والمَنِي وَإِيَّاكُم بِمَا فِيهِ مِنَ الآيَاتِ والذكر الحكيم، وتقبل الله مني ومنكم تلاوته، إنه هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ. وَاسْتَغْفِرُ الله لي ولكم أقول قولي هذا واستغفر الله العظيم

Khutbah Kedua

الله أكبر (7 مرات) لا إله إلا الله والله أكبر () الله أكبر ولله الحمد () الحمد الله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا () ومن سيئات أعمالنا () من عبد الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له () أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله () اللهم صل على محمد وعلى آله وصحبه أجمعين () وبعد () فيا أيها المسلمون، أصبكم وإياي بتقوى الله وطاعته في كل وقت لعلكم تفلحون، قال تعالى: يا أيها الذين امنوا القوا الله وكونوا مع الصادقين

إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما ( ) اللهم صل على محمد في الأولين وصل على محمد في الآخرين () اللهم اغفر لنا ذنوبنا وكفر عنا سيئات وتوفنا مع الأبرار () اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات إنك غفور رحيم

اللهم أصلح لنا دينا الذي هو عصمة أمرنا وأصلح لنا دنيانا التي فيها معاشنا و أصلح لنا أجزتنا التي فيها معادنا واجعل الحياة زيادة لنا في كُلِّ خَيْرٍ وَ اجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَة لَنَا مِنْ كُلِّ شَر

ركنا أننا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار والخردل الله رب العالمين.

Contoh Khutbah 2: Lima Pesan Moral Setelah Ramadhan Pamit

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الله أكبر (7) الله أكبر كبيرا والحَمْدُ اللَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرة وَأَصِيلًا، لا إله إلا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَ نَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُندَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ ، لَا إِله إِلَّا اللَّهُ وَلَا تَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدين ، وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُونَ ، لا إله إلا الله والله أكبر ، الله أكبر ولله الحمد

الْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرَ الصِّيَامِ لِلْمُؤْمِنِينَ وَجَعَلَ عِيدَ الْفِطْرِ ضِيَافَةُ لِلصَّائِمِينَ وَفَرْحَةٌ لِلْمُتَّقِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِ يكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سيدنا محمدا عبدُهُ وَرَسُولُهُ صَادِقَ الْوَعْدِ الْأَمِينِ ، اللَّهُمَّ فَصَلَ وَسَلَّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ وَعَلَى

التابعين وتابع التابعينَ وَعَلَيْنَا مَعَهُمُ بِرَحْمَكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ أما بعد)

فيا عِبَادَ اللَّهِ اتَّقُوا اللَّهَ حَيْثُ مَا كُنتُمْ، وَأَتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ، قَالَ اللهُ تَعَالَى : شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْمَانَ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الهدى والفرقان فمن شهد منكم الشهر فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سفرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَ لَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلَتَكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَتَكَبَرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَتَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (البقرة : (١٨٥

الله أكبر (5) ، الله أكبر ولله الحمد

Hadirin Jemaah Shalat 'led Yang Dirahmati Allah.

Ramadhan telah berlalu, sabit bulan Syawal datang menjelang, gema takbir, tahmid dan tahlil berkumandang. Tanda insan-insan muttaqin sedang mengucap syukur atas anugerah agung ini. Mereka mengucapkan takbir, pertanda syukur dalam rangka mengamalkan perintah Allah subhanahu wata'ala:

وَتَكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلتَكَبَرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya: "...Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya. dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur."

Takbir, tahmid dan tahlil bergema dengan syahdu, membawa kita kepada suasana kebahagian namun juga membawa nuansa keharuan, bahkan kesedihan. Kita bahagia, karena telah berhasil memenangkan peperangan terbesar yaitu melawan hawa nafsu sebagai markasnya syetan yang terkutuk, yaitu dengan melaksanakan puasa Ramadhan yang penuh rahmat dan ampunan.

Namun kita menjadi sedih, karena hari ini merupakan saat perpisahan dengan Ramadhan, bulan yang kedatangannya selalu kita rindukan. Keharuan ini semakin bertambah ketika hati kita bertanya-tanya "Apakah kita masih sempat bertemu kembali dengan Ramadhan yang akan datang? Apakah masih diberi kesempatan umur panjang dan berapa banyakkah amal ibadah yang kita persiapkan jika kita dipanggil menghadap kepada-Nya?"

Kita pun terkenang dengan orang tua, istri, anak, saudara, dan teman-teman yang pada hari ini tidak bersama-sama kita dalam merayakan kebahagiaan ini. Jika melihat keadaan kita saat ini, di tempat ini, maka hati semakin sedih, karena pada hari yang seharusnya membahagiakan ini ternyata kita terpaksa merayakannya dengan keadaan yang tidak merdeka, yakni di Rumah Tahanan ini.

Namun hadirin, keadaan seperti ini seharusnya masih membuat kita tetap bersyukur, karena banyak dari saudara-saudara kita yang ternyata merayakan hari besar ini di pengungsian akibat perang, atau di penampungan akibat bencana alam atau jadi korban penggusuran bahkan ada pula yang berada di antara hujanan peluru dan bom yang mengerikan.

Semoga Allah SWT memberikan mereka kekuatan iman dan memberikan jalan. demi cepat berlalunya segala musibah penderitaan ini. Amin ya Robbal 'Alamin.

Hadirin jamaah sholat 'Ied, rahimakumullah.

Jika Ramadhan diibaratkan sebagai sebuah perguruan tinggi, maka pada hari ini kita tak ubahnya para mahasiswa yang sedang merayakan kelulusannya. Di pagi ini, kita seperti mahasiswa yang baru saja merampungkan sejumlah ujian mata kuliah. Hari ini kita diwisuda. Hari ini kita menjadi sarjana-sarjana Ramadhan.

Hari ini kita memang merayakan kemenangan. Tapi tidak semua kita merasakan kemenangan. Tidak semua kita lulus dengan hasil memuaskan. Sungguh, tak semua kita pada hari ini berhak diwisuda.

Masih banyak di antara kita yang belum menyelesaikan shoum-nya dengan berbagai alasan yang tak dibenarkan. syariat. Masih banyak di antara kita yang berpuasa hanya menahan lapar dan dahaga semata. Masih banyak di antara kita yang tidak mempuasakan anggota tubuhnya selain mulut dan kemaluan. Merekalah yang dikhawatirkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمْ مِنْ صَائِمِ ليسَ لَهُ مِنْ صِيامه إلا الجوع وَكَمْ مِنْ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَرُ

Artinya: "Dari Abi Hurairah ra berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; Betapa banyak dari orang-orang yang berpuasa kemudian tidak mendapatkan pahala puasanya kecuali hanya merasakan lapar, dan betapa banyak dari orang-orang yang shalat di malam harinya tidak mendapatkan pahala shalatnya kecuali hanya merasakan lelahnya begadang."

Sejatinya, ketika Ramadhan berlalu, ia akan meninggalkan bekas. Inilah di antara ciri diterimanya sebuah ibadah. Seorang ulama pernah berkata, "Ketaatan itu diterima ketika ia melahirkan ketaatan yang lain."

Jika di antara kita banyak yang telah melakukan ibadah, tapi masih sering bergelimang maksiat, kita harus segera mengoreksi diri. Jangan-jangan ibadah kita hanya sebatas kegiatan rutin di mata manusia dan sia-sia di hadapan Allah.
Sejatinya pula, ibadah membawa perubahan pada tingkah laku kita, pada sikap kita, pada moral kita.

Pertama kali disebarkan dengan moral, bukan dengan jabatan dan harta. Dengan berjuluk al-Amin alias terpercaya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdakwah. Sebab semua perilaku bermuara pada moral, maka rangkaian ibadah semestinya melahirkan moralitas yang baik.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Hadirin jamaah shalat 'Ied, rahimakumullah,

Ibadah puasa seharusnya melahirkan serangkaian ketaatan dan moral. Di antara nilai moral yang bisa dilahirkan dari ibadah Ramadhan adalah:

1. Keikhlasan

Sikap inilah yang mulai hilang dari umat Islam negeri ini. Kita terlalu sulit mendapatkan orang-orang ikhlas. Padahal ikhlas adalah napas sekaligus tenaga suatu ibadah. Ibadah hanya akan diterima Allah jika dilandasi keikhlasan. Keikhlasan juga menjadi tenaga penguat untuk melakukan kebaikan.

Suatu amal yang tak dilandasi keikhlasan biasanya tak bisa bertahan lama. la akan segera kehilangan tenaga seiring habisnya faktor pendorong amal tersebut. Karenanya, amat berbeda capaian suatu amal yang dimotori oleh sikap ikhlas dengan amal yang dilandasi oleh riya (ingin dilihat orang lain) dan sum'ah (ingin didengar dan diperhatikan orang lain).
Amal yang dilandasi dengan pondasi keikhlasan akan jauh berkualitas dan bermutu. Sebaliknya, pekerjaan yang dilakukan karena "ingin dilihat orang". "Asal Bapak Senang" atau karena ingin dipuji, hasilnya banyak yang tak memuaskan.
Ramadhan mendidik kita menjadi orang yang ikhlas. Sebab, ikhlas inilah yang menyebabkan kita mendapatkan ampunan Allah SWT. Rasulullah SAW sallam bersabda:

من قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما ما تقدم دم من من من ذنبه ذنبه

Artinya: "Barangsiapa yang melaksanakan shalat di malam ramadhan dengan iman dan keikhlasan, maka akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu." (HR. Muslim).

Keikhlasan dapat memberikan kekuatan rohani. Jiwal orang yang ikhlas tak bisa dikalahkan dengan kekuatan apa. pun. la akan mempunyai benteng pertahanan kokoh dan tak terkalahkan. Apa yang dialami para sahabat saat berperang melawan musuh cukup menjadi bukti. Walaupun juinlah mereka jauh lebih sedikit dibanding lawan, namun kekuatan rohani yang dibentuk oleh keikhlasan, membuat mereka mampu menaklukkan musuh yang berlipat ganda.

Dengan kekuatan tersebut, orang yang berbuat ikhlas mampu melakukan ibadah secara berkesinambungan. Orang yang beramal sebatas untuk mencukupi kebutuhan makannya, akan menghentikannya jika tidak mendapatkan apa yang mengenyangkan perutnya. Orang yang beramal karena mengharap ketenaran atau kedudukan, akan bermalas-malasan jika mengetahui harapannya kandas.

Orang yang beramal lantaran mencari muka di hadapan. pemimpin, akan berhenti jika atasannya dipecat atau meninggal. Sedangkan orang yang beramal karena Allah, tidak akan memutuskan amalnya sampai kapanpun. Sebab yang mendorongnya untuk beramal tak akan pernah punah selamanya.

2. Disiplin

Sikap disiplin bisa kita petik langsung dari ibadah shaum. Meski makanan masih banyak terhidang, perut masih bisa menampung makanan, tapi kalau adzan Shubuh sudah berkumandang, tak satupun dari makanan itu yang berani kita makan. Kita belajar disiplin, tidak berani melanggar. Begitu juga dengan saat berbuka.

Meski perut melilit lapar, kerongkongan kering kehausan, walau waktunya tinggal dua menit dan makanan sudah tersaji, kita takkan memasukkan sedikitpun makanan itu sampai adzan Magrib terdengar. Kita belajar disiplin. Kita "dididik" bagaimana menjadi orang yang taat aturan.

Moral seperti ini seharusnya terus mengalir dalam keseharian kita di berbagai lembaran kehidupan. Sangat disayangkan, akhlak mulia yang menjadi bagian penting dari ajaran Islam ini mulai pudar dalam kehidupan masyarakat kita. Kita sudah terlalu terbiasa melanggar peraturan lalu lintas. Bahkan, ketika melanggar, kita bukannya sadar lalu berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Kita justru merasa bangga telah melanggar peraturan lalu lintas tanpa diketahui aparat.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Hadirin jamaah shalat 'Ied, rahimakumullah.

3. Kepedulian Sosial

Kalau ibadah qurban menjadi sarana orang-orang miskin menikmati kekayaan orang mampu, maka ibadah puasa, menjadi wahana orang-orang kaya merasakan penderitaan si papa. Benar-benar merasakan, bukan sebatas teori dan untuk kepentingan sesaat saja.

Puasa mendidik kita menjadi orang yang peka terhadap kepedulian sosial. Karenanya, sebagaimana diriwayatkan Abdullah bin Abbas, bahwa Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan. Tapi di bulan Ramadhan, kedermawanannya lebih meningkat lagi.

Untuk itu, menjelang Idul Fitri kita diwajibkan membayar zakat fitrah. Tujuannya, agar jangan ada di antara kaum Muslimin yang merasa sedih saat hari kemenangan itu tiba. Kita dianjurkan untuk berbagi karena ciri-ciri orang bertakwa dalam surah Al-Baqarah, Allah menyebutkan bahwa di antara tanda orang muttaqin adalah gemar berinfaq. Allah berfirman:

الم (1) ذلك الكتاب لا ريب فيه هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (٢) الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بالغيب ويُقيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ (۳)

Artinya: "Alif Laam Miim (1) Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa (2) (voitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, (3)" (QS. Al-Baqarah: 1-3).

Ketika kondisi umat sedang terpuruk, kepedulian sosial justru lebih dibutuhkan. Dengan berpuasa, kaum Muslimin diharapkan mampu mengasah kepeduliannya terhadap sesama.

4. Kejujuran

Kita belajar kejujuran dengan melaksanakan ibadah puasa. Berada di manapun, kita tetap memelihara. puasa. Baik saat berada di tengah keramaian, di tempat sepi, di masjid, di kantor, dan tempat-tempat lainnya, kita tetap jujur bahwa kita sedang berpuasa.

Bahkan, saat berada di dalam kamar-kamar blok rutan ini, di mana bayak godaan untuk membuat kita tidak berpuasa, namun kita tetap memelihara puasa. Kendati dalam keadaan haus, meski di atas meja tersedia minuman segar, kita tak meminumnya. Kita jujur di mana pun berada. Moralitas ini seharusnya membekas dalam pribadi kita. Jujur di mana pun, dalam kondisi apa pun.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Hadirin yang dimuliakan oleh Allah,

Begitu pentingnya kita memelihara sikap jujur lantaran ia adalah induk kebaikan. Kejujuran akan membawa kebaika- kebaikan yang lain. Sebaliknya, berbohong merupakan cikal bakal kejahatan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الصدق يهدي إلى البر وإن البر يهدي إلى الجنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ ليُصدق حتى يكون صديقا وإن الكذب يهدي إلى الفجور وَإِنَّ الفُجُورَ يَهْدِي إلى النار وَإِنَّ الرَّجُلَ ليكذب حتى يكتب عند الله كتانا ( رواه البخاري)

Artinya: "Dari Abdullah ra berkata, dari Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan. Dan kebaikan menunjukkan kepada surga. Seorang laki-laki benar-benar telah jujur hingga ia dicatet di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Sesungguhnya kebohongan itu menunjukkan kepada kezaliman. Kezaliman menunjukkan kepada neraka. Seorang laki-laki telah berbuat dusta hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai pendusta." (HR. al-Bukhari).

Hadirin, ironisnya kini kejujuran seperti barang langka yang kian sulit ditemukan. Kita sudah sangat terbiasa dengan kebohongan. Dari hal yang paling kecil hingga kebohongan besar. Kita sadari atau tidak, saat menyuruh anak kecil kita masuk rumah karena hari sudah sore dan Maghrib segera menjelang, kita sering berkata "Nak, lekas masuk, di luar ada anjing!" Padahal, tak ada anjing di luar.

Kita tak hanya mendidik anak agar takut dengan anjing, tapi juga telah mengajarkan kepadanya kebohongan. Betapa sejahteranya masyarakat ini, jika kejujuran. menjadi naungannya. Sebab dalam payung sistem yang jujur itu, tentu takkan ada korupsi. Para pejabat dalam jajaran birokrasinya (baik pemerintah maupun swasta) takkan berani memanipulasi angka dalam anggaran untuk mengeruk uang haram.

Meskipun mereka memiliki siasat canggih untuk berkelit sehingga kejahatannya tidak akan terdeteksi. Ada tidaknya orang lain, tidak akan mempengaruhi kejujurannya dalam mengelola amanah uang perusahaan, uang rakyat, atau uang negara. Mereka sadar betul bahwa Allah Maha Hadir dan mengawasi perbuatannya.

Dengan merasakan pengawasan dari Allah, insya Allah kita akan terjaga dari perbuatan-perbuatan tercela dan sebaliknya termotivasi untuk selalu berbuat kebaikan. Kita akan bekerja dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati, karena kita sadar sedang dilihat Tuhan. Betapa senangnya saat bekerja diawasi oleh Allah subhanahu wa ta'ala, Tuhan pemilik jagad raya ini.

5. Sabar

Ketika disebutkan kata sabar, sering kali yang terlintas di benak kita adalah keteguhan menghadapi penderitaan. Padahal, dalam bukunya "Umdatul ash-Shobirin wa Umdatu asy-Syaakiriin, Ibnu Qayim al-Jauziyah menyebutkan, medan sabar terletak pada tiga tempat. Sabar terhadap ketaatan kepada Allah, sabar dari larangan, dan sabar terhadap musibah yang ditakdirkan Allah.

Ketiga dimensi kesabaran tersebut pernah diwasiatkan oleh Luqman kepada anaknya, sebagaimana difirmankan oleh Allah:

يابني أقم الصلاة وأمرُ بِالْمَعْرُوفِ وَإِنَّهُ عَنِ الْمُنكَرِ وَاصْيرُ عَلَى مَا
أصابك ... (لقمان : ۱۷)

Artinya: "Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhich (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu." (QS. Lukman: 17).

Sabar terhadap perintah Allah dapat diwujudkan dalam tiga tahapan. Sabar sebelum memulai pekerjaan, sabar saat melaksanakannya dan sabar ketika selesai mengerjakannya. Sebelum melakukan sebuah pekerjaan, kita dituntut untuk meluruskan niat dan melepaskan diri dari noda-noda riya Tanpa membebaskan diri dari dua jeratan itu, mustahil ridha Allah bisa dicapai. Allah berfirman:

إلا الذين صبروا وعملوا الصَّالِحَاتِ أُولك لهم مَغْفِرَةً وَأَجْرٌ كبير ... (هود : ۱۱)

Artinya: "kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar."

Setelah melepaskan diri dari jerat riya' dan sum'ah, saat melakukan ketaatan hendaklah dilaksanakan dengan sempurna, sesuai dengan syariat yang ditentukan Allah subhanahu wa ta'ala. Kemudian, usai melakukan suatu pekerjaan, campakkan sifat ujub (bangga diri), sehingga apa yang telah dikerjakan tidak sia-sia begitu saja.

Sungguh, kita membutuhkan sifat sabar dalam segala kondisi. Seorang Muslim tidak bisa melaksanakan ibadah dengan benar tanpa kesabaran yang penuh. Siapa pun tidak mungkin mampu hidup tenang kala mendapat cobaan musibah, tanpa kesabaran. Karena, takdir yang ditentukan Allah terhadap hamba-Nya tak mungkin bisa dihindari. Hanya dengan kesabaran itulah semuanya bisa dinikmati. Hanya dengan kesabaran dan ketakwaanlah, keberuntungan bisa diraih.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ آل عمران : ۲۰۰

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap singa (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung."

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Hadirin jamaah shalat 'Ied, rahimakumullah,

Lima pesan moral itu hanyalah sebagian dari hikmah shaum yang sejatinya tetap melekat pada diri kita saat Ramadhan berlalu. Jika lima pesan itu bisa kita pelihara, kita berharap negeri ini akan bangkit dari keterpurukan.

Hadirin jamaah shalat 'Ied,

Marilah kita akhiri khutbah ini dengan pembacaan doa. Semoga kita bisa tetap mempertahankan kemenangan yang telah kita raih di bulan Ramadhan serta memohon agar dapat dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan yang akan datang.

اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمِنينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاء مِنْهُمْ والأموات إنك سميع قريبٌ مُحِيبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِي الْحَاجَاتِ

Ya Allah, berilah petunjuk, rahmat dan karunia kepada kami dalam menempuh kehidupan ini. Berilah kami kekuatan dan kemampuan agar kami senantiasa dapat berpegang teguh kepada ajaran-ajaran-Mu kapanpun dan dimana pun kami berada. Tumbuhkanlah kecintaan, keikhlasan dan ketulusan di dalam hati kami untuk saling memaafkan, mencintai dan melindungi.

Ya Allah ya Rahman ya Rahim, Engkaulah Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami pada hari ini berkumpul untuk merayakan kemanangan ini, namun merasakan sakit yang begitu pedih di dalam hati ini, kami merasakan kesusahan dan ketidak bebasan di tempat ini, kami iri ya Allah dengan saudara-saudara kami yang lebih dahulu. bebas dari tempat ini dan merayakan kemenangan ini dengan keluarga besar mereka ya Allah.

Oleh karenanya ya Allah, dihari yang mulia Ini turunkanlah kepada kami cahaya yang menyinari hati kami dan yang memberi kekuatan dalam menjalani hari-hari ini dan dalam menempuh hari-hari yang akan datang.

Ya Rabb, berilah petunjuk dan kemampuan kepada para pemimpin kami agar dapat membawa bangsa ini keluar dari segala kesulitan menuju ke dalam suasana kedamaian dan kemakmuran di bawah ampunan dan keridhaan-Mu.

اللهمَّ اصْلِحُ لَنَا دِينَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحُ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيهَا مَعَاشِنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرِّ . اللَّهُمَّ أَعِزَ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِينَ وَاخْدُلِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِينَ أَعْدَائِكَ أَعْدَاءَ الدِّينِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قَنَا عَذَابَ النَّارِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Contoh Khutbah 3: Mengurai Makna Fitrah di Tengah Perubahan dan Dinamika Kehidupan

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله أكبر (7) الله أكبر كبيرا والحَمْدُ اللَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ الله بكرة وأصيلاً، لا إله إلا الله وحدَ : صَدَقَ وَعْدَهُ وَ نَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُندَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَة ، لا إله إلا اللَّهُ وَلَا تَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدين ، ولو كره الكافرون ولو كره المُشْرِكُونَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُونَ ، لا إله إلا الله والله أكبر ، الله أكبر ولله الحمد

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرَ الصِّيَامِ لِلْمُؤْمِنِينَ وَجَعَلَ عِيدَ الفِطر ضَيَافَة لِلصَّائِمِينَ وَفَرْحَةٌ لِلْمُتَّقِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَريكَ له وأَشْهَدُ أَنَّ سيدنا محمدا عَبْدَهُ وَرَسُولُهُ صَادِقَ الْوَعْدِ الْأَمِينِ ، اللَّهُمَّ فَصَلَّ وَسَلَّمَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ وَعَلَى

التابعين وتابع التابعينَ وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ أَمَا بعد
فيا عِبَادَ اللَّهِ اتَّقُوا الله حيث مَا كُنتُمْ، وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ، قَالَ الله تَعَالَى : شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَ إِنْ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَ لَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلَتَكْمِلُوا العدة ولتكبروا الله عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (البقرة : (١٨٥
الله أكبر (5) ، الله أكبر ولله الحمد

Hadirin Jema'ah Shalat led yang Dirahmati oleh Allah,

Dalam suasana pagi hari yang khidmat berselimut rahmat dan kebahagiaan ini, marilah kita senantiasa memanjatkan puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, atas segala curahan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua, sehingga di pagi hari ini kita dapat menunaikan ibadah sholat idul fitri dengan khusyu' dan terlatih.

Hari ini, takbir dan tahmid berkumandang di seluruh penjuru dunia, mengagungkan asma Allah subhanahu wa ta'ala. Gema takbir yang disuarakan oleh lebih dari satu setengah milyar umat manusia di muka bumi ini, menyeruak di setiap sudut kehidupan, di masjid, di lapangan, di suatu, di kampung-kampung, di gunung-gunung, di pasar, dan di seluruh pelosok negeri umat Islam.

Pekik suara takbir itu juga kita bangkitkan di sini, di bumi tempat kita bersujud dan bersimpuh kepada-Nya. Iramanya memenuhi ruang antara langit dan bumi, disambut riuh rendah suara malaikat nan khusyu' dalam penghambaan. diri mereka kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Getarkan qalbu mukmin yang tengah dzikrullah, penuh mahabbah, penuh ridha, penuh raja akan hari perjumpaannya dengan Sang Khaliq, Dzat yang mencipta jagat raya dengan segala isinya.

Kumandang takbir dan tahmid itu sesungguhnya adalah wujud kemenangan dan rasa syukur kaum muslimin kepada Allah subhanahu wa ta'ala atas keberhasilannya meraih fitrah (kesucian diri) melalui mujahadah (perjuangan lahir dan batin) dan pelaksanaan dalam ibadah selama bulan suci Ramadhan yang baru berlalu. Allah subhanahu wa ta'ala telah menegaskan:

ولتكملوا العدة وتكبَرُوا اللَّهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تشكرون ( البقرة : 185)

Artinya: "Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." [QS. al-Baqarah: 185].

Islam sesungguhnya telah mengajarkan takbir kepada umatnya, agar ia senantiasa mengagungkan asma Allah SWT kapanpun dan di manapun, saat adzan kita kumandangkan takbir, saat iqamah kita lafalkan takbir, saat membuka shalat kita ucapkan takbir, saat bayi lahir kita perdengarkan takbir, bahkan saat di medan laga perjuangan kita juga memekikkan suara takbir.

الله اكبر الله أكبر الله اكبر ولله الحمد

Dalam suasana kemenangan ini, marilah kita menghayati kembali makna kefitrahan kita, baik sebagai hamba Allah maupun sebagai khalifatullah fi al-ardhi. Idul Fitri yang dimaknai kembali kepada kesucian ruhani, atau kembali ke agama yang benar, sesungguhnya mengisyaratkan bahwa setiap orang yang merayakan Idul Fitri berarti dia sedang merayakan kesucian ruhaninya, mengurai asal kejadiannya dan menikmati sikap keberagamaan yang benar, keberagamaan yang diridhai oleh Allah subhanahu wa ta'ala.

Di sinilah seungguhnya letak keagungan dan kebesaran hari raya Idul Fitri, hari di mana para hamba Allah merayakan keberhasilannya mengembalikan kesucian diri dari segala dosa dan khilaf melalui pelaksanaan amal shaleh dan ibadah puasa di bulan Ramadhan, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam:

"Bagi siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan atas dasar keimanan dan dilaksanakan dengan benar, maka diampuni (oleh Allah subhanahu wa ta'ala) dosa-dosanya yang terdahulu." (HR. Muslim, Kitab Shahih Muslim, Juz 5, him. 131].

Namun patut diingat, bahwa dosa atau kekhilafan antar sesama manusia, ia baru terampuni apabila mereka saling memaafkan, dan karena itulah, mari kita jadikan momentum. Idul Fitri yang suci ini untuk saling meminta dan memberi maaf atas segala kesalahan antar sesama, kita buang perasaan dendam, kita sirnakan keangkuhan dan kita ganti dengan pintu maaf dan senyum sapa yang tulus penuh dengan persaudaraan dan kehangatan silaturahmi antar sesama.

الله اكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Terkait dengan kemuliaan orang yang mampu mensucikan dirinya ini, Allah subhanahu wa ta'ala menggambarkan dalam firman-Nya:

وَمَنْ تَزَكَّى فَإِنَّمَا يَتَزَكَّى لِنَفْسِهِ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ (18) وَمَا يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ (19) وَلا الظُّلُمَاتُ وَلَا الْنُّورُ (20) وَلَا الضَّلُ وَلَا
الحرور (21)

Artinya Dan barangsiapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah kembali (mu). Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat. Dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya. Dan tidak (pula) sama yang teduh dengan yang panas.

Pada ayat tersebut, Allah SWT membandingkan antara orang yang mampu mensucikan jiwanya dengan yang suka mengotorinya, laksana orang yang melihat dengan orang yang buta, laksana terang dan gelap, laksana teduh dan panas. Sungguh sebuah metafora yang patut kita renungkan.

Allah seolah hendak menyatakan bahwa manusia yang suci, manusia yang baik, manusia yang menang dan beruntung itu adalah mereka yang mau dan mampu melihat persoalan lingkungannya secara bijak dan kemudian bersedia menyelesaikannya, mereka yang mampu menjadi lentera di kala gelap, dan menjadi payung berteduh di kala panas dan hujan. Mereka inilah pemilik agama yang benar, agama yang hanafiyyah wa al-samhah, terbuka, toleran, pemaaf dan santun. Inilah agama tauhid, agama Nabi Ibrahim dan keturunannya Ismail, Ishaq, Ya'qub, Yusuf, dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

الله اكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Idul Fitri pada hakikatnya memberikan pesan kepada kita, bahwa syari'at Islam mengajarkan kepada kesucian, keindahan, kebersamaan dan mengarahkan umatnya memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Rukun dalam kebersamaan dan bersama dalam kerukunan.

Segala kelebihan yang melekat di dalam diri manusia dalam bentuk apapun, hendaknya disadari bahwa selain merupakan nikmat, ia juga sekaligus sebagai amanat. Merupakan nikmat agar senantiasa disyukuri, dan sebagai amanat supaya digunakan dengan sebaik-baiknya sesuai ketentuan allah subhanahu wa ta'ala.

Hal yang demikian karena fitrah pada hakikatnya adalah gabungan dari tiga unsur kehidupan sekaligus, yakni keindahan, kebenaran, kebaikan. Seseorang yang beridul fitri berarti telah mampu mengembalikan fitrahnya sehingga dapat berbuat yang indah, baik dan benar.

Perebutan yang indah akan melahirkan seni dan estetika, dan seni akan menghasilkan kreatifitas yang membangun dan menyejukkan. Perbuatan baik akan menimbulkan etika dan. menciptakan tatanan kehidupan yang tertib dan harmonis.

Sementara kebenaran akan menghasilkan ilmu pengetahuan yang mengantarkan kemajuan peradaban umat manusia. Karenanya, perubahan ke arah yang lebih baik hanya dapat diwujudkan oleh pribadi-pribadi yang dalam dirinya telah bersemi kefitrahan.

الله اكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Oleh karena fitrah manusia dapat berubah dari waktu ke waktu karena pergaulan, karena pengaruh budaya dan lingkungan, karena latar belakang pendidikan dan faktor-faktor lainnya. Maka, agar fitrah itu tetap terpelihara kesuciannya, hendaknya ia selalu mengacu pada pola kehidupan Islami yang berlandaskan Al-Qur'an, Al-Sunnah dan teladan para ulama Pola kehidupan yang bersendikan nilai-nilai agama dan akhlak mulia, sehingga dirinya diharapkan mampu membangun manusia seutuhnya, insan kamil yang memiliki keutuhan iman, keluasan ilmu pengetahuan serta tangguh menjawab berbagai peluang dan tantangan kehidupan.

Karena itu, segala kebiasaan baik yang telah kita lakukan di bulan suci Ramadhan baik ibadah puasa, tarawih, membaca dan memahammi al-Qur'an, peduli kaum dhu'afa mengendalikan amarah dan hawa nafsu, menjaga kejujuran, hendaknya tetap kita lestarikan dan bahkan kita tingkatkan sedemikian rupa agar dapat menjadi tradisi yang mulia dalam diri, keluarga dan lingkungan masyarakat kita, sehingga fitrah yang telah kita raih di hari yang agung ini akan tetap terpelihara hingga akhir kehidupan kita. Marilah kita jadikan spirit ibadah puasa sebagai perisai diri kita dari godaan dan ujian kehidupan di masa-masa mendatang.

الله اكبر الله أكبر الله اكبر ولله الحمد

Adapun tujuan final disyariatkannya ibadah puasa adalah untuk membentuk pribadi muttaqin yang memiliki karakter seperti disinyalir Allah subhanahu wa ta'ala dalam surat Ali Imran ayat 134-135:

الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّراءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ والله يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134) وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ ذكروا الله فَاسْتَغْفَرُوا لد تو يهمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَ لَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Artinya: "(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orung. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. [134] Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui."

Dengan menghayati pesan ayat tersebut, maka segala aktifitas ibadah yang kita laksanakan hendaknya tidak hanya terjebak pada rutinitas ritual yang kering makna, akan tetapi amaliyah ibadah yang kita jalankan seharusnya mampu menangkap hikmah syari'ah di balik pelaksanaan ibadah itu, yakni memperbaiki kepribadian dan perilaku kita dari ke-thalih-an menuju ke-shalih-an, dari kekotoran menuju kesucian, dari kebrutalan menuju keramahan, dari kekikiran menuju kedermawanan, dari kezaliman menuju keadilan, dari ketidaktahuan menuju pencerahan, dan seterusnya. Sebab, seluruh amal ibadah yang disyariatkan Islam sesungguhnya dimaksudkan dari, oleh dan untuk umat manusia itu sendiri.

Ibadah shaum pada hakikatnya merupakan suatu proses penempaan dan pencerahan diri, yakni upaya yang secara sengaja dilakukan untuk mengubah perilaku setiap muslim, menjadi orang yang semakin meningkat ketakwaannya. Melalui ibadah shaum, sebagai manusia yang memiliki nafsu dan cenderung ingin selalu mengikuti hawa nafsu, kita dilatih untuk mengendalikan diri supaya menjadi manusia yang dapat berperilaku sesuai dengan fitrah aslinya.

Fitrah asli manusia adalah cenderung taat dan mengikuti ketentuan Allah SWT. Melalui proses pencerahan yang terkandung di dalam ibadah shoum, diharapkan setiap muslim menjadi manusia yang di manapun kehadirannya, terutama dalam masyarakat yang bersifat plural ini dapat memberi manfaat kepada sesama.

Risalah Islam sesungguhnya bukan hanya diperuntukkan bagi umat Islam saja, tapi ajarannya juga sarat dengan nilai-nilai yang universal. Seperti ajaran yang menekankan pentingnya setiap muslim agar mau dan mampu memberi manfaat kepada sesama (simbiosis mutualisme).

Dalam pandangan Islam, salah satu indikator kualitas kepribadian seseorang adalah seberapa besar kahadirannya mampu memberi manfaat kepada sesama, atau dalam bahasa lain, semakin besar kemampuan seseorang memberikan manfaat kepada orang lain, maka semakin unggul pula kualitas keberagamaannya. Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : خَيْرُ الناس أنفعهم للناس ( رواه الشهاب القضاعي)

Artinya: "Dari Jabir RA, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Sebaik-baiknya manusia (muslim) adalah orang yang paling (banyuk) memberi manfaat kepada manusia." (HR. Syihab al-Qadha'i, Kitab Musnad Syihab al-Qudha'l, Juz 4, him. 365]

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Hal lain yang perlu kita sadari dalam mengarungi samudra kehidupan ini adalah, bahwa telah menjadi sunnatullah bila kehidupan ini diwarnai dengan susah dan senang, tangis dan tawa rahmat dan bencana, menang dan kalah, peluang dan tantangan, yang acap kali menghiasi dinamika kehidupan kita. Orang bijak sering berkata "hidup ini laksana roda berputar", sekali waktu bertengger di atas, pada waktu yang lain tergila di bawah.

Kemarin sebagai pejabat, sekarang kembali menjadi rakyat, suatu saat pernah menjadi kaya dan pada saat yang lain hidup sengsara, kemarin sehat. bugar, saat ini berbaring sakit tidak berdaya, bahkan mungkin tetangga kita, saudara-saudara kita, orang tua kita, suami/istri kita, anak-anak kita tahun kemarin masih melaksanakan nikmatnya shalat 'ied di samping kita, sekarang mereka, orang-orang yang kita cintai itu telah meninggalkan kita kembali ke haribaan Allah SWT. Kehidupan ini tidak ada yang kekal, semua akan terus bergerak sesuai dengan kehendak dan ketentuan robbul 'alamin, Allah Jalla Sya'nuhu.

Hadirin, sebagai seorang mukmin tentu tidak ada celah untuk bersikap frustasi dan menyerah kepada keadaan, akan tetapi harus tetap optimis, bekerja keras dan cerdas seraya tetap mengharap bimbingan Allah subhanahu wa ta'ala, karena sesungguhnya rahmat dan pertolongan Allah akan senantiasa mengiringi hamba-hamba-Nya yang sabar dan teguh menghadapi ujian.

Sebagai seorang mukmin, kita juga tidak boleh hanyut dalam godaan dan glamornya kehidupan yang menipu dan fana ini. Justru sebaliknya, orang mukmin harus terus menerus berusaha mengobarkan obor kebajikan, menebarkan marhamah, menegakkan dakwah, merajut ukhuwah dan menjawab segala tantangan dengan penuh kearifan dan kesungguhan. Bukankah Allah subhanahu wa ta'ala telah berjanji:

وَلَا تَهنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأنتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِلى كُنتُمْ مُؤْمِنِينَ (آل عمران :

Artinya: "Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman."

Ayat tersebut menegaskan kepada kita agar kita senantiasa berupaya memanfaatkan umur yang kita miliki dengan sebaik-baiknya, usia yang masing-masing kita punyai pasti akan tetap menghadapi tantangan, ujian dan selera kehidupan yang menggoda, karenanya kita harus tetap mawas diri dan tidak terbuai dengan nafsu angkara murka yang suatu saat dapat menjerumuskan kita dalam lembah kenistaan, kita pergunakan kesempatan dan sisa umur yang kita tidak pernah tahu kapan akan berakhir ini untuk memperbanyak bekal dan amal shaleh guna meraih keselamatan dan kebahagiaan hidup, baik di alam dunia yang fana ini maupun di alam akhirat yang kekal abadi.

Suatu saat Lukman Al-Hakim, seorang shalih yang namanya diabadikan Allah di dalam al-Qur'an pernah menyampaikan tausiyah kepada putranya:

يا بَنِيَّ ، إِنَّ الدُّنْيَا بَحْرٌ عَمِيقٌ ، وقد غرق فيها ناس كثير فلكن سفينك
تقوى اللهِ وَحَشْوُهَا الْإِيمَانَ وَشِرَاعُهَا التَوَكَّلَ لَعَلَّكَ تَجُو

Artinya: "Wahai anakku, sesungguhnya dunia ini laksana lautan yang sangat dalam dan telah banyak manusia yang tenggelam di dalamnya, oleh karenanya, jadikanlah takwa kepada Allah sebagai kapal untuk mengarunginya, iman sebagai mantannya, dan tawakal sebagai layarnya, niscaya engkau akan selamat sampai tujuan."

Hadirin, pada akhirnya marilah kita tampil pada hari ini dengan sebaiknya untuk saling memaafkan. Maka sebarkan rasa damai dan kasih sayang, hapuslah luka lama, tinggalkan dendam permusuhan dan kita hapus rasa kebencian. Idul fitri hanya pantas dirayakan oleh orang-orang yang telah berpuasa Ramadhan dan orang-orang yang ikhlas untuk saling memaafkan, dan mau berlapang dada menerima kembali kehadiran orang-orang yang dulu sangat dibencinya.

Sebaliknya bersedihlah orang-orang yang gagal memenuhi undangan Ramadhan, orang-orang yang tidak mau meminta maaf atau enggan memberi maaf pada orang lain. Allah SWT selalu memanggil hamba-hamba-Nya yang beriman agar mau membuka diri dan toleran seperti firman-Nya dalam surat an-Nuur ayat 22:

وَلِيَعْقُوا وَلَيَصْفَحُوا أَلا تَحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ النور

Artinya: "Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Kaum muslimin dan muslimat yang mulia,

Untuk menutup khutbah Idul Fitri ini, marilah kita. bersama-sama menengadahkan tangan berdo'a dan bermohon kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan penuh harapan dan keikhlasan:

اللهم اغفِرُ المُسلمين والمسلمات والْمُؤْمِنِينَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ والأموات إنك سميع قريبٌ مُحِيبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِي الحَاجَاتِ

Ya Allah, berilah petunjuk, rahmat dan karunia kepada kami dalam menempuh kehidupan ini. Berilah kami kekuatan dan kemampuan agar kami senantiasa dapat berpegang teguh kepada ajaran-ajaran-Mu kapanpun dan dimana pun kami berada. Tumbuhkanlah kecintaan, keikhlasan dan ketulusan di dalam hati kami untuk saling memaatkan, mencintai dan melindungi.

Ya Allah, dihari yang mulia ini turunkanlah kepada kami cahaya yang menyinari hati kami dan yang memberi kekuatan dalam menjalani hari-hari ini dan dalam menempuh hari-hari yang akan datang, Ya Rabb, berilah petunjuk dan kemampuan kepada para pemimpin kami agar dapat membawa bangsa ini keluar dari segala kesulitan menuju ke dalam suasana kedamaian dan kemakmuran di bawah ampunan dan keridhaan-Mu.

اللهم اصلح لنا ديننا الَّذِي هُوَ عِصْمَةً أَمْرِنَا وَأَصْلِحُ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيهَا معاشنا واجعل الحياة زيادة لنا في كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَة لَنَا مِنْ كل شر. اللهم أعز الإسلام وَالْمُسْلِمِينَ وَاحْدَّلِ الْكَفَرَةِ وَالْمُشْرِكِينَ أَعْدَائِكَ أَعْدَاءَ الدِّينِ

اللهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ سُبْحَانَ رَبَّنَا رَبَ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَ سَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رب العالمين.
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Contoh Khutbah 4: Puasa Ramadhan Sebagai Terapi Fisik, Mental dan Sosial

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله أكبر {7} الله أكبر كبيرا وَالْحَمْدُ اللَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً، لا إله إلا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُندَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَ ، ، لا إله إلا اللَّهُ وَ لَا تَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدين ، وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُونَ ، لا إله إلا الله والله أكبر ، الله أكبر ولله الحمد

الْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرَ الصِّيَامِ لِلْمُؤْمِنِينَ وَجَعَلَ عِيدَ الْفِطْرِ ضِيَافَةُ لِلصَّائِمِينَ وَفَرْحَةٌ لِلْمُتَّقِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سيدنا محمدا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ صَادِقَ الْوَعْدِ الْأَمِينِ ، اللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلَّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ وَعَلَى

التابعين وتابع التابعينَ وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ أما بعد}
فَيَا عِبَادَ اللَّهِ اتَّقُوا اللَّهَ حَيْثُ مَا كُنتُمْ، وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ، قَالَ الله تَعَالَى : شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الهدى والفرقان فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمُهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَ لَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلَتَكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلَتَكْبَرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (البقرة : ١٨٥
الله أكبر (5) ، الله أكبر ولله الحمد

Hadirin Jema'ah Shalat 'led Yang Dirahmati Allah,

Pagi hari ini umat Islam di berbagai penjuru dunia merayakan 'Idul Fitri, sebagai hari kemenangan. Sejak terbenamnya matahari kemarin sore, suara takbir, tahmid dan tahlil bergema dengan syahdu, membawa kita kepada suasana kebahagian namun juga membawa nuansa keharuan, bahkan kesedihan.

Kita bahagia, karena telah berhasil memenangkan peperangan terbesar yaitu melawan hawa nafsu sebagai markasnya syetan yang terkutuk, yaitu dengan melaksanakan puasa Ramadhan yang penuh rahmat dan ampunan. Namun sedih, karena hari ini merupakan saat perpisahan dengan Ramadhan, bulan yang kedatangannya selalu kita rindukan.

Keharuan ini semakin bertambah ketika hati kita bertanya-tanya apakah kita masih sempat bertemu kembali dengan Ramadhan yang akan datang? Apakah masih diberi kesempatan umur panjang dan berapa banyakkah amal ibadah yang kita persiapkan jika kita dipanggil menghadap kepada-Nya? Kita pun terkenang dengan orang tua, saudara, teman yang pada hari raya ini telah tiada lagi.

Jika melihat keadaan saudara kita seiman di tempat lain, maka hati semakin terharu, karena pada hari yang seharusnya membahagiakan ini ternyata masih banyak saudara kita seiman tersebut yang terpaksa merayakannya dengan terbaring di rumah sakit, di pengungsian akibat perang, atau di penampungan akibat bencana alam atau jadi korban penggusuran bahkan ada pula yang berada di antara desingan peluru dan dentuman bom yang mengerikan. Semoga Allah subhanahu wa ta'ala memberikan mereka kekuatan iman dan memberikan jalan demi cepat berlalunya segala musibah penderitaan ini. Amin ya Robbal 'Alamin.

Jemaah Shalat 'Ied yang Berbahagia,

Puasa Ramadhan yang baru kita lalui tidak hanya sebagai upaya menahan lapar, haus dan hubungan biologis saja, tetapi ada tujuan lebih tinggi dan mulia yang ingin kita peroleh lewat puasa, yaitu menjadi insan yang bertaqwa. Namun untuk mencapai tingkat muttaqin tidak semudah membalikkan telapak tangan. Selama Ramadhan orang harus berjuang menundukkan hawa nafsu dan terus berkelanjutan di bulan-bulan lainnya.

Perang melawan hawa nafsu inilah perjuangan paling panjang, paling lama dan paling berat, sebab perang ini tidak di batasi oleh waktu dan tempat. Perang model ini tidak akan selesai hanya dalam sebulan seperti Ramadhan, dalam beberapa tahun seperti perang dunia, beberapa bulan seperti perang Timur Tengah. Perang melawan hawa nafsu berlangsung selamanya sepanjang waktu dan di seluruh jagad raya ini selama dunia masih terbentang.

Dan yang lebih berat lagi, musuh yang dihadapi dalam perang ini tidak kelihatan oleh mata, tetapi selalu mengintai dan ada di dalam jiwa manusia itu sendiri. Oleh karena itu, musuh berupa hawa nafsu ini tidak bisa dihancurkan oleh senjata paling modern dan tidak dapat di terapi oleh alat kedokteran yang paling canggih, melainkan hanya hanya dapat ditundukkan dengan cara pendidikan spiritual keagamaan, yaitu puasa baik secara fisik jasmani dan mental rohani.

Puasa yang dijalankan dengan benar akan menjadi terapi yang paling efektif dan obat yang paling mujarab untuk menundukkan hawa nafsu. Jika hawa nafsu itu dapat dikendalikan maka akan tercipta kehidupan yang penuh kedamaian, keadilan dan keindahan. Namun sebaliknya jika hawa nafsu yang menang dan keimanan dibuang maka malapetaka besar akan terjadi dan bencana mengerikan akan datang.

الله اكبر الله أكبر الله اكبر و الله الحمد

Akibat hawa nafsu yang tidak terkendali, berbagai bencana dan mala petaka datang silih berganti. Pangkal bencana ini tidak lain adalah hawa nafsu bernama tamak atau rakus. Dalam sejarah umat manusia, telah ribuan singgasana yang tumbang, banyak penguasa yang jatuh dan berbagai bangsa musnah menderita akibat ketamakan atau keserakahan.

Bahkan literatur keagamaan mencatat, Nabi Adam dan Hawa terusir dari surga, Iblis berubah menjadi makhluk terkutuk, dan Qabil melakukan pembunuhan pertama di muka bumi ini, tidak lain karena faktor tamak atau serakah. Ibnu Asakir menuturkan riwayat ini melalui sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya:

"Jauhilah sifat sombong karena sesungguhnya Iblis tidak mau sujud kepada Adam akibat sombong, dan jauhilah sifat tamak karena Adam telah melanggar larangan memakan buah pohon khuldi akibat ketamakannya. Dan jauhilah sifat dengki, karena seorang anak Adam bernama Qabil telah membunuh saudaranya Habil akibat dorongan kedengkiannya. Tiga sifat ini adalah sumber segala kejahatan.

Jama'ah Shalat 'Ied yang mulia,

Karena di dorong sifat serakah maka seseorang akan menjadi kikir (bakhil) atau sebaliknya menjadi pemboros. (mubazir). Orang kikir karena tidak mau saling memberi dan membagi kelebihan yang di milikinya kepada orang lain yang membutuhkan, padahal ia mampu melakukan itu. Sifat kikir sangat tercela, tidak saja di larang oleh Allah subhanahu wa ta'ala tetapi juga di benci oleh manusia. Nabi SAW bersabda:

Artinya: Sesungguhnya orang pemurah dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dan dekat dengan surga. Sedangkan orang kikir jauh dari Allah, jauh dari manusia, tapi dekat dengan neraka. (HR. Bukhari).

Si kikir harus menyadari bahwa kekayaan dan keberhasilan yang telah diraihnya tidak di dapat sendirian, melainkan lewat proses panjang yang melibatkan banyak orang atau karena pernah dibantu oleh orang lain betapapun kecil peranannya. Mungkin disana ada jasa seorang buruh, atau karyawan kecil, bantuan pedagang kaki lima dan lain sebagainya. Sudah menjadi hukum alam atau sunnatullah, tidak ada orang yang bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.

الله اكبر الله أكبر الله اكبر و الله الحمد

Serakah juga membawa orang menjadi pemboros demi untuk mencari kesenangan, pujian dan kehormatan. Pemboros menggunakan harta miliknya tidak sesuai dengan tingkat kebutuhan, untuk kemewahan atau hanya poya-poya. Baik kikir maupun boros merupakan tanda manusia yang buruk. Padahal Allah menyatakan di dalam al-Qur'an bahwa di antara sifat hamba Allah yang baik adalah:

وَالَّذِينَ إِذَا أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوْ اما (٦٧)

Artinya: Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (QS. Al-Furqon: 67).

Jama'ah Shalat 'Ied yang mulia,

Orang serakah juga berpotensi besar menjadi manusia takabur. Karena merasa dirinya paling hebat, paling benar, dan malu menerima saran kebaikan dan panggilan kebenaran. Maka orang serakah menjadi sombong yang tertutup mata dan. hatinya. Dirinya selalu merasa untuk harus di hormati dan lebih layak dari siapapun. Duduk tidak boleh sama rendah dan berdiri tidak boleh sama tinggi.

Dan akibat keangkuhannya itu, bukan kehormatan yang di dapat, bukan pula pujian yang diperoleh, justru kebencian, permusuhan, celaan dan hindaran yang datang dari setiap orang. Bahkan yang lebih fatal lagi, Allah subhanahu wa ta'ala akan menyiksa mereka yang sombong, Firman Allah subhanahu wa ta'ala:

وَأَمَّا الَّذِينَ اسْتَكفُوا وَاسْتَكْبَرُوا فَيُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَلَا يَحِدُونَ لَهُمْ مِنْ دون الله وليا ولا نَصِيرًا (۱۷۳)

Artinya: "Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain daripada Allah.

Kaum muslimin dan muslimah yang di Muliakan oleh Allah,

Karena orang serakah ingin selalu pusing memikirkan banyaknya persaingan, maka akan timbul penyakit mental yang lain yakni hasad dan dengki. Yang lebih menyedihkan ialah bahwa semua amal kebaikan yang dilakukan orang dengki menjadi sia-sia, tidak berbekas, tidak bermakna dan tidak berpahala. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:

اياكُمْ وَالحَسَد فَإِنَّ الحَسَد يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب

Artinya: Jauhilah sifat dengki, sesungguhnya kedengkian akan selalu menghancurkan kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar. [HR. Ibnu Majah).

Jama'ah shalat 'Ied yang berbahagia,

Karena sifat kikir dan serakah orang akan terjangkit penyakit mental dan sosial yang tidak kalah besar bencana yang dapat ditimbulkannya, yaitu penyakit bohong dan dusta. Apabila sifat pendusta ini ada pada diri seorang pemimpin maka siapa yang ada di bawah kepemimpinannya pasti akan dibohongi. Apabila kebohongan ini berada di jiwa rakyat, maka rakyat akan hidup dalam suasana saling membohongi, dan pemimpinnya pun akan di bohongi.

Apabila kebohongan ini telah bersarang di hati kita, maka jalan ke neraka telah terbentang di hadapan kita dan jalan ke surga sudah tidak terlihat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِيَّاكُمْ وَالكَذِبَ فَإِنَّ الكَذِبَ يَهْدِي إلى الفجور وَإِنَّ الفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ وَتَحَرَّى الكذب حتى يكتب عند الله كذابًا وَعَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقِ يَهْدِي إلَى الْبَرِّ وَإِنَّ الْبَرَّ يَهْدِي إِلى الجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ وَتَحَرَّى الصداق حَتَّى يُكْتَبَ عِندَ اللَّهِ صديقا

Artinya: "Jauhilah olehmu sifat dusta karena sesungguhnya dusta itu akan membuka jalan untuk kalian berbuat keji, dan perbuatan keji itu akan membuat terbentangnya jalan ke neraka. Seseorang ang yang suka berdusta dan berupaya memperluas kebohongannya maka akan di sebut oleh Allah sebagai pendusta. Dan wajib bagi kalian semua untuk berlaku jujur, karena kejujuran itu akan memberi petunjuk untuk berbuat baik dan perbuatan baik itu akan membuka jalan menuju surga." [HR. Abu Daud].

الله اكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Sifat serakah akan semakin berbahaya kalau telah ikut mempengaruhi keputusan dan kebijakan untuk publik, maka akan terjadi krisis sosial yang menjadi malapetaka bagi umat manusia. Disini keserakahan akan menyebabkan tiga macam ketimpangan sosial dalam struktur masyarakat, yaitu suburnya KKN (korupsi, kolusi, nepotisme). Terjadinya praktek monopoli dan meningkatnya eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam, pemerasan manusia atas manusia.

Karena serakah ini, maka ada orang yang membabat hutan secara berlebihan sampai habis tanpa memperhitungkan keselamatan semua manusia dan lingkungan. Akibatnya kehidupan alam tidak seimbang, maka hewan kehilangan habitat sumber kehidupan, dan hutan menjadi gundul, karenanya tidak heran jika gajah, harimau dan habi pun masuk kampung mencari makan, serta bencana banjir dan longsor pun datang menimpa. Di lain pihak, eksploitasi manusia atas manusia sebagai contoh, betapa banyak tenaga kerja menjadi korban para majikan yang tidakį berprikemanusiaan.

Jama'ah shalat ed yang berbahagia,

Bulan Ramadhan memang telah pergi dan belum tentu kita akan bertemu dengannya lagi. Namun nilai-nilai Ramadhan yang mulia harus kita hidupkan dalam diri dan keluarga kita. Puasa Ramadhan menuntut kita untuk hidup sederhana. meninggalkan nafsu serakah dan egois.

Nilai-nilai Ramadhan seperti ini membekas dihati dan terus dibawa dalam kehidupan diluar kehidupan Ramadhan maka tidak akan terjadi penyakit kekikiran, kesombongan, kedengkian dan kebohongan didalam jiwa kita. Selanjutnya dalam kehidupan umum tidak perlu terjadinya KKN, tindakan monopoli dan eksploitasi. Inilah hikmah dari sikap hidup sederhana dan tidak serakah.

Ma'syiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.

Ramadhan adalah bulan penuh rahmat (kasih sayang) maghfirah (ampunan) dari Allah subhanahu wa ta'ala. Karena puasa akan membersihkan diri kita dari dosa. Segala dosa yang dihapuskan adalah dosa kita kepada Allah SWT.

Sedangkan dosa kepada sesama manusia hanya terhapus melalui permintaan maaf kepada manusia juga. Oleh karena itu, maka ibadah puasa ditutup dengan membayar zakat dan perayaan satu hari yang disebut 'Idul Fitri, artinya kembali kepada fitrah kesucian.

Pada hari inilah kita harus tampil dengan sebaiknya untuk saling memaafkan. Maka sebarkan rasa damai dan kasih sayang, hapuslah luka lama, tinggalkan dendam permusuhan dan kita hapus rasa kebencian. Idul fitri hanya pantas dirayakan oleh orang-orang yang telah berpuasa Ramadhan dan orang-orang yang ikhlas untuk saling memaafkan, dan mau berlapang dada menerima kembali kehadiran orang-orang yang dulu sangat dibencinya. Sebaliknya bersedihlah orang-orang yang gagal memenuhi undangan Ramadhan, orang-orang yang tidak mau meminta maaf atau enggan memberi maaf pada orang lain.

Allah SWT selalu memanggil hamba-hamba-Nya yang beriman agar mau membuka diri dan toleran seperti firman-Nya dalam surat An-nur ayat 22:

وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلا تَحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (22)

Artinya: "Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Kaum muslimin dan muslimat yang mulia,

Akhirnya, Untuk menutup khutbah Idul Fitri ini, marilah kita bersama-sama menengadahkan tangan berdoa kepada Allah SWT dengan penuh harapan dan keikhlasan:

اللهمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيعٌ قَريبٌ مُحِيبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِي الْحَاجَاتِ

Ya Allah, berilah petunjuk, rahmat dan karunia kepada kami dalam menempuh kehidupan ini. Berilah kami kekuatan dan kemampuan agar kami senantiasa dapat berpegang teguh kepada ajaran-ajaran-Mu kapanpun dan dimana pun kami berada. Tumbuhkanlah kecintaan, keikhlasan dan ketulusan di dalam hati kami untuk saling memaafkan, mencintai dan melindungi.

Ya Allah, di hari yang mulia ini turunkanlah kepada kami cahaya yang menyinari hati kami dan yang memberi kekuatan dalam menjalani hari-hari ini dan dalam menempuh hari-hari yang akan datang. Ya Rabb, berilah petunjuk dan kemampuan kepada para pemimpin kami agar dapat membawa bangsa ini keluar dari segala kesulitan menuju ke dalam suasana kedamaian dan kemakmuran di bawah ampunan dan keridhaan-Mu.

اللهمَّ اصْلِحْ لَنَا دِينَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةً أَمْرِنَا وَأَصْلِحُ لَنَا دنيانا التي فيها معاشنا واجعل الحياة زيادة لنا في كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ المَوْتَ رَاحَة لَنَا مِنْ كل شر. اللهم أعز الإسلام وَالْمُسْلِمِينَ وَاحْذَلِ الكفرَة وَالْمُشْرِكِينَ أَعْدَائِكَ أَعْدَاء الدين
اللهمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، سُبْحَانَ وَنَارَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَ سَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ للهِ رب العالمين.
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Contoh Khutbah 5: Menuju Hari Esok yang Lebih Baik

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله أكبر (۳) الله أكبر (۳) الله أكبر (۳) اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا والحَمْدُ للهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً، لا إله إلا الله وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَ نَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وحده ، لا إله إلا الله ولا نَعْبُدُ إلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدَيْنِ ، وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُونَ . لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد

الحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرَ القِيَامِ لِلْمُؤْمِنِينَ وَجَعَلَ عيد الفطر ضِيَافَةً لِلصَّائِمِينَ وَفَرْحَةٌ لِلْمُتَّقِينَ أَشْهَدُ أَنْ لا إله إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا محمدا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الوَعْدِ الْأَمِينِ ، اللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ أما بعد

فيَا عِبَادَ اللَّهِ إِتَّقُوا اللهَ حَيْثُ مَا كُنتُمْ، وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ . قَالَ اللهُ تَعَالَى : شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أَنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى للنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ الله بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكْبَرُوا الله عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Ma'asyiral muslimin wal muslimat, rahimakumullah!

Dalam suasana pagi hari yang khidmat dan bahagia ini, marilah kita senantiasa memanjatkan puja serta puji syukur kita ke hadirat Allah swt, atas segala curahan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua, sehingga di pagi hari yang cerah ini kita dapat menunaikan ibadah sholat Idul fitri dengan penuh khusyu khudu dan tawaddhu.

Pada hari ini, kaum muslimin seluruh dunia berkumpul melakukan sholat Idul Fitri bersama-sama sesudah semalaman mengagungkan Asina Allah dengan membaca takbir, tahmid, dan tahlil Kumandang suara takbir, tahmid, dan sablil sesungguhnya adalah wujud kemenangan dan rasa syukur kita kepada Allah swt atas keberhasilan menjalankan ibadah puasa, meraih fitrah (kesucian diri) kita. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah SWT.

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكْبَرُ الله عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya: "Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadaın, supaya kamu bersyukur."

Dalam hal ini Rasulullah SAW juga bersabda:

زَيْنُوا أَعْيَادَكُمْ بِالتَّكْبِيرِ

Artinya: "Hiasilah hari rayamu dengan takbir."

Dengan alunan Takbir kita tanamkan ke dalam lubuk hati kita sebagai pengakuan dan ungkapan atas kebesaran dan keagungan Allah SWT sedangkan selain Allah semuanya kecil dan tidak berdaya. Miskin dan tidak punya apa-apa (Allahul ghaniy wa antumul fuqara) Allah-lah yang paling kaya sementara kamu sekalian adalah miskin tidak punya apa apa.

Kita tidak diperkenankan secara diam-diam membangun tahta kesombongan dalam hati kita. Ketampanan atau kecantikan yang ada pada diri kita, pengetahuan atau keterampilan yang kita miliki, demikian juga kekayaan, gelar, dan kedudukan yang kita miliki, tidak boleh dijadikan sebagai alat membangun kesombongan pada diri sendiri. Karena semua yang kita miliki atau kita peroleh, adalah berasal dari Allah. dan hanya Allah sajalah yang pantas untuk sombong dalam kehidupan ini. Allah SWT berfirman:

وَلَا تُصَغِرُ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (۱۸)

Artinya: "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. Lukman: 18).

Demikian juga Rasulullah saw bersabda:

لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقال ذرة من كبر

Artinya: "Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong, walaupun hanya sebesar biji zarrah." (HR. Muslim).

Kalimat Tasbih dan Tahmid yang kita lantunkan, adalah semata-mata kita tujukan untuk mensucikan Allah. Dia adalah Tuhan yang maha segala-galanya, kita kagum dan terpesona akan keindahan ciptaannya. Kita juga bersyukur mengucap tahmid (al-hamdulillahi wassyukur) atas segala nikmat yang diberikan.

Sementara tahlil kita gemakan untuk memperkokoh keimanan kita bahwa Dia-lah zat yang Maha Esa dan Maha Kuasa. Seluruh alam semesta tunduk dan patuh kepada perintah-Nya. La ilaha illallah, tiada Tuhan Selain Allah.

اللهُ أَكْبَرُ (۳) وَاللَّهِ الْحَمْدُ

Hadirin-Hadirat Jamaah Shalat 'Ied Rahimakumullah!

Alhamdulillah, di hari yang fitri ini, kita semua senang dan gembira, karena kita telah berhasil melewati sebuah ujian maha berat yaitu mengendalikan hawa nafsu selama sebulan penuh. Dalam waktu yang bersamaan, kita pun bersedih karena hari ini kita telah ditinggalkan oleh bulan yang mulia, bulan yang agung, bulan yang penuh keberkahan dan ampunan yaitu bulan suci Ramadhan. Hari-hari selama sebulan penuh dipadati dengan ibadah, malam-malam yang diramaikan dengan shalat tarawih dan tadarus al-Qur'an.

Dini hari yang diisi dengan tasbih dan istigfar. Saat sore menjelang maghrib, kita hiasi dengan dzikir dan tilawatul Qur'an. Dan kini Ramadhan telah berlalu. Tinggal harapan dan doa, semoga Allah SWT Yang Maha Pengampun berkenan mencurahkan maghfirah atas segala dosa dan kesalahan kita. Sehingga sejak pagi ini, kita memulai kehidupan baru, kehidupan yang diwarnai dengan kebersihan dan kesucian jiwa.

Berakhirnya bulan Ramadhan, bukan berarti berakhirnya suasana ketakwaan kita kepada Allah SWT. Tetapi justru tugas berat kita adalah membuktikan dan mengaktualisasikan keberhasilan ibadah Ramadhan itu dengan peningkatan ketakwaan kita kepada Allah swt pada bulan-bulan berikutnya.

Kaum muslimin-muslimat, aidin-aidat Rakimakumullah!

Sekurang-kurangnya, ada lima nilai ibadah Ramadhan yang harus kita lestarikan, paling tidak hingga Ramadhan tahun yang akan datang.
Pertama, Menjauhi Harta Haram (al-Ibtida Anil Haram).

Selama Ramadhan kita telah berpuasa, menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang halal apalagi yang haram. Maka tidak ada alasan bagi kita untuk memilih yang haram. Masyarakat yang hidup di atas harta haram adalah masyarakat yang rapuh. Dalam sejarah kita membaca, hancurnya raja-raja terdahulu adalah karena kedzaliman mereka terhadap rakyatnya. Banyak hak rakyat yang tidak dipenuhi. Akibatnya Allah swt. menghancurkan mereka. Dalam Al Qur'an kita membaca firman Allah:

قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ فَاتَّقُوا اللهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Katakanlah tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah bagi orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan," (QS. Al Maidah: 100).

Dalam ayat ini Allah berfirman bahwa harta haram itu ayat sebagai al-khabiz (kotoran yang menjijikan). Artinya seandainya harta haram itu ditampakkan Allah berupa kotoran maka niscaya manusia yang berakal tidak akan mengambilnya. Karenanya, tidak akan pernah sama antara al khabir yang jumlahnya banyak dengan ath thayyib (yang halal dan baik) sekalipun jumlahnya jauh lebih sedikit. Mengapa? karena yang khabin itu merusak tatanan kehidupan, sementara yang thayyib mendatangkan kebaikan.
Oleh sebab itu Allah kemudian memerintahkan agar kita bertaqwa Fattaqulladha yaa ulil alhaab. Ini mengandung makna bahwa taqwa tidak akan tercapai, selama seseorang masih mengkonsumsi harta haram. Dengan kata lain, hanya dengan menjauhi harta haramlah seseorang dapat meraih predikat takwa. Bila masing-masing pribadi bertakwa, maka otomatis rumah tangga akan bersih dari hatta haram. Bila rumah tangga bersih dari harta haram, maka masyarakat akan aman damai dan sejahtera dan pada akhirnya Allah akan melimpahkan keberkahan bagi mereka. Allah berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al A'raf: 96).

Kedua, nilai ibadah Ramadhan yang harus kita lestarikan adalah hati-hati dalam bersikap dan bertindak (al-liniraz fi al-Muamalah). Selama beribadah Ramadhan, kita cenderung berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Hal itu karena kita tidak ingin ibadah Ramadhan kita menjadi sia-sia akibat kekeliruan yang kita lakukan. Ramadhan juga berarti mengasah, yakni mengasah ketajaman hati agar dengan mudah bisa memilah dan memilih serta dapat membedakan antara yang haq dengan yang bathil.

Ketajaman hati itulah yang akan membuat seseorang menjadi sangat berhati-hati dalam bersikap dan bertingkah laku. Sikap seperti ini merupakan sikap yang sangat baik sehingga dalam hidupnya, seorang muslim tidak asal melakukan sesuatu, apalagi sekadar ikut ikutan untuk hanya sekedar mendapat kesenangan duniawi.

Sikap kehati-hatian dalam hidup ini menjadi amat penting karena apapun yang kita lakukan akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah swt. Sebagaimana firman Allah SWT:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

Artinya: "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (QS Al Isra [17]:36).

اللهُ أَكْبَرُ (۳) وَاللَّهِ الْحَمْدُ

Nilai ibadah Ramadhan Ketiga yang harus kita lestarikan dalam kehidupan sesudah Ramadhan adalah bersikap jujur (al-Mudawamatu bi al Shidqi).

Ketika kita berpuasa Ramadhan, kejujuran mewarnai kehidupan kita sehingga kita tidak berani makan dan minum meskipun tidak ada orang yang mengetahuinya. Hal ini karena kita yakin Allah swt yang memerintahkan kita berpuasa selalu mengawasi diri kita. Kita tidak mau membohongi Allah swt dan tidak mau membohongi diri sendiri.

Karena itu, setelah berpuasa Ramadhan, semestinya kita mampu menjadi orang-orang yang selalu berlaku jujur, baik jujur dalam perkataan, maupun jujur dalam perbuatan. Dalam kehidupan masyarakat dan bangsa kita sekarang ini, kejujuran merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Banyak kasus di negeri kita yang tidak cepat selesai bahkan tidak selesai selesai karena tidak ada kejujuran.

Orang yang bersalah sulit untuk dinyatakan bersalah, karena belum bisa dibuktikan, sementara pembuktian memerlukan waktu yang cukup panjang. Padahal kalau yang bersalah itu mengaku saja secara jujur bahwa dia bersalah, tentu dengan cepat persoalan bisa terselesaikan.

Tetapi karena kejujuran itu sudah langka, yang terjadi kemudian adalah saling curiga mencurigai bahkan saling tuduh menuduh sehingga membuat persoalan semakin sulit dan rumit. Ibadah puasa. telah mendidik kita untuk berlaku jujur kepada hati nurani kita. Bila kejujuran ini tidak mewarnai kehidupan kita sebelas bulan mendatang, maka pendidikan ibadah Ramadhan belum berhasil kita capai.

اللهُ أَكْبَرُ (۳) وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Kaum Muslimin Yang Berbahagia!
Keempat yang merupakan nilai ibadah Ramadhan yang harus kita lestarikan adalah memiliki semangat berjamaah (al-Mubafazatu Alal Jama'ah).

Berjamaah berarti kebersamaan yakni kebersamaan dalam melakukan hal-hal kebaikan. Berjamaah dapat mendatangkan keberkahan sebagaimana ungkapan yang berbunyi al-Barokatu ma'al jamaah. Banyak hal yang telah kita lakukan secara berjamaah pada bulan Ramadan antara lain; buka puasa bersama, tadarus al-Qur'an, membayar sekaligus membagikan zakat, dan yang tidak kalah pentingnya adalah shalat secara berjamaah.

Dalam berjamaah terkandung di dalamnya unsur silaturrahim. Orang yang tidak mau berjamaah (hidup dalam kebersamaan) adalah orang yang memutus tali silaturrahim. Mereka adalah orang yang egois yang hanya mementingkan kehidupan pribadinya tanpa memperhatikan orang lain.

Islam menganjurkan untuk memperkuat tali silaturrahim karena dapat memperpanjang usia dan memperbanyak rizki. Sebaliknya Islam melarang umatnya untuk memutus tali silaturrahim karena tidak akan masuk syurga orang yang memutus tali silaturrahim.

Karena itu, semangat berjamaah kita sesudah Ramadhan ini. semestinya menjadi sangat baik, apalagi kita menyadari bahwa kita tidak mungkin bisa hidup sendirian. Sehebat apapun kekuatan dan potensi diri yang kita miliki, kita tetap memerlukan orang lain. Itu pula sebabnya, dalam konteks perjuangan, Allah swt mencintai hamba-hamba-Nya yang berjuang secara berjamaah, yang saling kuat menguatkan sebagaimana firman-Nya:

انَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانُ مرصوص

Artinya: "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam satu barisan yang tenten, seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokub." (Q.S. Ash-Shaft).

Nilai ibadah Ramadhan Kelima yang harus kita lakukan sesudah Ramadhan adalah Meninggalkan Dosa dan Kemakriatan (Al-Hijrazu Minadz Deunubi wal Manachi).

Ibadah Ramadhan yang kita kerjakan dengan sebaik-baiknya membuat kita mendapatkan jaminan ampunan dari Allah swt. sebagaimana sabda Rasulullah saw:

من صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ إِرواء مسلم

Artinya: "Bagi siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan anar keimanan dan dilaksanakan dengan benar, maka diampuni (oleh Allah swt) dosa-dosanya yang wrdahulu." (HR. Muslim).

Insya Allah dengan kita ber'ldul Fitri sekarang ini, kita kembali suci dan bersih. Kita berharap kondisi bersih ini tetap terjaga. Kita tidak mau kesucian ruhani kita ternoda. Ramadhan yang berarti membakar, telah memb akar semua dosa dan kesalahan kita. Sehingga serelah Ramadhan kita hijrah untuk tidak mau lagi melakukan perbuatan dosa. Kalau dosa itu kita ibaratkan seperti pohon, maka bila sudah dibakar, pohon itu tidak mudah tumbuh lagi, bahkan bisa jadi mati, sehingga dosa-dosa itu tidak mau kita lakukan lagi.

Dengan demikian, jangan sampai dosa yang kita tinggalkan pada bulan Ramadhan hanya sekedar ditahan-tahan untuk selanjutnya dilakukan lagi sesudah Ramadhan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih besar. Kalau demikian adanya, maka pohon yang kita umpamakan sebagai dosa tersebut bukan kita bakar, akan tetapi kita hanya tebang cabang-cabangnya sehingga satu cabang ditebang, tumbuh lagi tiga, empat, bahkan lima cabang dalam beberapa waktu kemudian. Kondisi seperti ini mirip seperti kisah yang digambarkan daları Firman Allah Surah An-Nahl: 92:

وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا

Artinya: "Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali."

Ini sebuah pelajaran yang sangat mahal dari Allah SWT. Pada ayat dii atas, Allah merekam kisah seorang wanita yang hidupnya sia-sia. Dari pagi sampai sore ia hanya memintal benang. Sore hari ketika pintalan itu selesai, ia cerai-beraikan kembali. Dari awal Ramadhan telah berupaya menjaga dirinya dari perbuatan doss dan maksiat, setelah Ramadhan ia kembali berbuat dosa dan menjadi sesat. Betapa nestapa dan sia-sia hidup seseorang ini jika demikian adanya.

Imam Ibn Qayyim Al Jauziyah dalam bukunya yang sangat terkenal "al Jawaab al-kaafii Liman Sa'ala 'anid Dawaaisy Syaafi" menyebutkan beberapa bahaya dosa. Di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Perbuatan Dosa memperlemah kesadaran akan keagungan Allah

Artinya seorang yang penuh dengan dosa tidak akan bersungguh-sungguh lagi mengagungkan Allah. Kakinya akan terasa berat untuk melangkah ke masjid. Badannya terasa sulit untuk bangun shalar subuh. Telinganya tidak suka lagi mendengarkan suara azan dan lantunan ayat-ayat Al-Quran. Lama kelamaan hatinya akan menjadi keras seperti batu bahkan bisa lebih keras dari batu. Dan pada akhirnya in tidak sensitif atau tidak tergetar lagi dengan keagungan Allah.

2. Perbuatan Dosa membuat seseorang tidak lagi mempunyai rasa malu

Artinya bahwa seseorang yang biasa berbuat dosa, lama-kelamaan ia tidak lagi merasa berdosa. Bahkan ia tidak merasa malu berbuat dosa di depan siapapun. Bahwa yang membedakan antara manusia dan binatang adalah rasa malu. Dalam sebuah hadits Nabi saw. bersabda: Fainlam Tastahi Fashna' Ma Syi'ta.

Kalau kamu tidak mempunyai rasa malu kerjakan apa saja yang kamen suskai. Artinya bahwa seorang yang terbiasa berbuat dosa ia tidak akan mempunyai rasa malu. Bila rasa malu hilang maka hilanglah kebaikan, semakin kuat rasa malu dalam diri seseorang akan semakin menyebar darinya kebaikan. Dengan demikian masyarakat yang mempunyai rasa malu adalah masyarakat yang baik dan penuh nuansa kemanusiaan. Sebaliknya masyarakat yang penuh dosa-dosa adalah masyarakat yang jauh dari kemanusiaan dan penuh nuansa kekejaman, kedzaliman dan kebinatangan.

3. Dosa menghilangkan nikmat dan menggantikannya dengan bencana

Allah swt selalu menceritakan bahwa diazabnya umat-umat terdahulu adalah karena mereka berbuat dosa dan kemaksiatan. Dalam surah Al-Ankabuut ayat 40 Allah SWT berfirman:

فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan bam kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang menggelegar, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah swkali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

Demikianlah kaum muslimin dan muslimat, 5 (lima) pelajaran penting dari bulan suci Ramadhan yang baru saja berlalu. Ramadhan adalah contoh kehidupan hakiki dan kepribadian hakiki seorang muslim sejati. Itulah rahasia mengapa Allah swt. menjadikan amalan-amalan Ramadhan sebagai tangga menuju taqwa, la'allakum tattaquun.

Itu tidak lain karena dari Ramadhan akan lahir kesadaran maksimal seorang muslim sebagai hamba Allah. Kesadaran yang menebarkan kasih sayang kepada seluruh manusia, menyelamatkan mereka dari kezaliman dan aniaya, mengajak mereka kembali kepada Allah, karena itulah fitrah manusia yang hakiki.

الله أَكْبَرُ (۳) اللهُ أَكْبَرُ (۳) اللهُ أَكْبَرُ كبيرا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَأَصْيلاً لا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَاللهِ الحَمْدُ الحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشَّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَائِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيمًا لِشَأْنِهِ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمْ تَسْلِيمًا كَثِيرًا. أَمَّا بَعْدُ فَيا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا الله حق تقاته ولا تموتن الا و انتم مسلمون. قَالَ الله تَعَالَى إِنَّ اللهَ وَمَلَا نِكَتَهُ يُصَلَّوْنَ عَلَى النَّبِي يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

اللهُ أَكْبَرُ (۳) وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia!
Mengakhiri khutbah ini, marilah kita syukuri nikmat Allah SWT kepada kita hari ini, dimana kita telah sampai dan dapat berlebaran dengan penuh limpahan rahmat dan anugerah-Nya. Marilah pula kita panjatkan doa kehadirat Allah SWT, mengakui segala kekurangan dan kelemahan kita sembari memohon ampun dan taubat atas segala dosa dan kesalahan yang kita lakukan di masa-masa silam.

Bismillahirrahmanirrahim

Ya Allah, Ya Rabbana, kami berkumpul di masjid ini datang karena memenuhi seruan-Mu. Melaksanakan salah satu perintah-Mu, mensyiarkan agama-Mu dan mengagungkan Nama-Mu.
Duhai Allah yang Maha Melihat, Sungguh Engkau Tahu, betapa banyak kesalahan telah kami lakukan, betapa banyak kekhilafan dan kealpaan pernah kami perbuat, betapa banyak dosa-dosa pernah kami kerjakan. Baik yang diketahui orang lain, maupun dosa-dosa yang hanya Engkau Yang Mengetahui-Nya.

Dosa-dosa yang kami kerjakan sejak kami masih kecil, dosa yang kami kerjakan pada masa remaja dan dosa yang kami lakukan hinggalah dewasa kini. Ampunilah semua dosa-dosa kami Ya Allah, Sebab, kepada siapa lagi kami hendak memohonkan Ampun, kecuali kepada Engkau Ya Allah.
Ya Allah Yang Maha Menyaksikan.

Ampunilah dosa kedua orang tua kami, yang telah membesarkan dan mendidik kami sejak dari kecil sampai kami berumah tangga. Bahkan setelah berumah tanggapun kadang kami masih merepotkan mereka berdua. Kasihilah kedua orang tua kami yang telah melakukan berbagai pengorbanan demi kebahagian kami, meskipun kadang kami masih menyakitinya, meskipun kadang kami kurang memperhatikannya, meskipun kadang kami melukai hatinya. Apabila mereka berdua telah meninggal dunia Ya Allah, terangilah kuburnya, mudahkan hisabnya, bebaskan dosanya dan masukkanlah kedua orang tua kami ke dalam surga Mu Ya Allah.

Ya Allah Ya Rabbana, Ampunilah dosa kakak dan adik kami. dosa keluarga dan kerabat kami, baik yang dekat maupun kerabat yang jauh. Ampunilah dosa guru-guru kami, yang mengajari kami mengenal huruf hijaiyah, yang mengajari kami mengenal huruf latin dan mampu mengeja kata, yang mengajari kami berbagai pengetahuan, yang mengajari kami kesalehan dan ketakwaan, yang kadang-kadang namanya sudah kami lupakan. Yang mungkin pernah kami sakiti atau yang penah kami benci. Ampunilah dosa-dosa mereka Ya Allah, hapuskan dosa-dosa mereka karena kebaikan yang pernah diberikan kepada kami.

لا اله الا انت سبحانك انا كنا من الظالمين

Ya Allah lindungi kami, masyarakat kami, keluarga kami, Anak cucu kami dari berbuat dosa. Berikanlah waktu kepada kami. Kami masih ingin bertemu dengan bulan Ramadhan lagi. Kami masih ingin shalat 'Idul Fitri kembali.
Ya Allah, lepaskanlah dan jauhkanlah kami dari penguasa-penguasa yang zhalim, fasik, dan kafir.

Anugerahkanlah kepada kami pemimpin-pemimpin yang beriman dan bertakwa, jujur dan amanah, yang menjadikan Kitab-Mu sebagai landasan kepemimpinannya, menerapkan Syariat-Mu, dan membawa kami ke jalan yang benar, jalan yang Engkau ridhai dan berkahi.

Ya Allah, selamatkanlah kami, anak-anak kami, keluarga kami, desa kami, negeri kami dari badai krisis, fitnah, bencana. dan dosa yang membinasakan.

ربنا لا تزغ قلوبنا بعد اذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة انك انت الوهاب
ربنا ظلمنا انفسنا وان لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين ربنا هب لنا من از واجنا وزرياتنا قرة اعين واجعلنا للمتقين اماما

ربَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
او السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Demikian itulah kumpulan contoh khutbah Idul Fitri terbaru berbagai judul dan tema untuk disampaikan kepada jemaah. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah, detikers.




(mep/mep)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads