Mengenang Tragedi Ambruknya Jembatan Ulak Surung yang Tewaskan Belasan Siswa

Sumatera Selatan

Mengenang Tragedi Ambruknya Jembatan Ulak Surung yang Tewaskan Belasan Siswa

Muhammad Rizky Pratama - detikSumbagsel
Rabu, 30 Okt 2024 21:01 WIB
Jembatan Ulak Surung Lubuklinggau
Jembatan Ulak Surung Lubuklinggau (Foto : Muhammad Rizky Pratama)
Lubuklinggau -

Jembatan Ulak Surung menjadi salah satu jembatan ikonik di Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan (Sumsel) kerena memiliki corak warna-warni. Jembatan ini sekarang lebih dikenal dengan Jembatan Pertamina.

Jembatan Ulak Surung berlokasi di Jalan Jendral Sudirman, Kelurahan Ulak Surung, Kecamatan Lubuk Linggau Utara II, Lubuklinggau, Sumsel.

Jembatan ini juga menjadi salah satu objek wisata di Lubuklinggau karena lokasinya bersampingan dengan Kampung Ulung yang memiliki alun-alun untuk nongkrong serta menghadap ke aliran Sungai Kelingi yang dapat memanjakan mata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jembatan Ulak Surung juga menjadi penghubung 2 wilayah Kelurahan Ulak Surung, dengan Kelurahan Lubuklinggau Ilir, yang terpisah oleh Sungai Kelingi.

Meskipun jembatan ini terkesan indah, namun terdapat tragedi kelam yang pernah terjadi di jembatan tersebut hingga menewaskan beberapa pelajar.

ADVERTISEMENT

Peristiwa itu terjadi pada 2 Mei 1991 tepatnya di peringatan Hari Pendidikan Nasional. Saat itu, Jembatan Ulak Surung masih berbahan dasar kayu putus hingga menewaskan belasan pelajar yang tengah melintasi jembatan itu.

Salah satu warga yang tinggal di dekat jembatan bernama Maryati (46) menceritakan, pada waktu itu seluruh perwakilan murid sekolah di Kabupaten Musi Rawas (sebelum pemekaran jadi Kota Lubuklinggau pada 2002) mulai dari SD, SMP dan SMA hendak berangkat menuju Lapangan Merdeka untuk melakukan upacara bendera dalam rangka menyambut Hari Pendidikan Nasional.

"Jadi para siswa yang di Lubuklinggau waktu itu berbondong-bondong menyewa angkot yang dari arah Megang ke Lapangan Merdeka karena mau melakukan kegiatan upacara bendera di Lapangan Merdeka," katanya saat dikonfirmasi detikSumbagsel, Rabu (30/10/2024).

Saat peristiwa itu terjadi, Maryati masih duduk di bangku SMP. Dia mengungkapkan sekitar pukul 07.30 WIB memasuki mata pelajaran pertama, tiba-tiba ia dan teman kelasnya mendengar suara dentuman yang keras serta merasakan adanya goncangan.

"Waktu itu saya berumur 13 tahun dan masih kelas 7 di SMP Budi Utomo yang lokasinya dekat dengan Jembatan Ulak Surung. Pas terdengar suara dentuman keras itu, semua murid tadi langsung keluar karena suara tadi. Pas kami lihat di arah jembatan itu sudah banyak orang-orang berkerumun di sana (Jembatan Ulak Surung)," ungkapnya.

"Pas saya ke sana, banyak orang tua terutama ibu-ibu nangis histeris. Pas saya mendekat ternyata jembatan itu putus dan malangnya beberapa angkot yang membawa murid yang mau upacara itu jatuh ke Sungai Kelingi," sambungnya.

Hal senada diungkapkan warga sekitar bernama Rifat (63). Ia menjelaskan saat kejadian, dirinya hendak mengisi bahan bakar minyak (BBM) di pasar.

"Pas mau ngisi (BBM) itu tiba-tiba dapat kabar kalau Jembatan Ulak Surung putus, jadi langsung ke sana saya. Pas di lokasi itu sudah ramai warga berkerumun. Pas saya mau ngambil gambar itu terlihat ada 3 mobil angkot yang jatuh ke sungai, sementara satu angkot lagi nyaris jatuh," ujarnya yang berprofesi jurnalis.

Rifat menjelaskan para korban yang terjatuh ke Sungai Kelingi tersebut sebagian ada yang tenggelam terbawa arus sungai, sementara sisanya tertimpa puing-puing reruntuhan Jembatan Ulak Surung.

"Di bawah jembatan itu ada sebuah lubuk atau gorong-gorong di dasar sungainya jadi ada korban yang masuk ke sana pas jatuh itu jadi susah evakuasinya. Semua tim diturunkan waktu itu, salah satunya Tim SAR Palembang yang melakukan proses evakuasi," ungkapnya.

Rifat mengungkapkan, terdapat 14 siswa yang meninggal akibat kejadian tersebut, 3 orang tidak ditemukan sampai sekarang.

"Seminggu pencarian dilakukan oleh Tim SAR, tapi ada 3 yang tidak ketemu karena masuk lubuk itu mungkin. Korban yang tewas itu kebanyakan dari SD 46 dan kebanyakan yang meninggal itu yang tertimpa reruntuhan jembatan dibandingkan dengan yang tenggelam," ujarnya.

Hingga saat ini, tragedi nahas tersebut pun terus dikenang oleh masyarakat Kota Lubuklinggau setiap tanggal 2 Mei dengan mengadakan mengheningkan cipta setiap upacara bendera yang diadakan dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional.




(csb/csb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads