Ikan belida dikenal sebagai salah satu hewan endemik dari Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Ikan ini sempat dinyatakan punah di Pulau Jawa oleh The International Union for Conservation of Nature Redlist pada 2020.
Namun, ikan bernama Latin Chitala lopis ini kembali ditemukan di beberapa daerah di Sumsel dan provinsi sekitar alam kurun beberapa tahun terakhir. Demi membangkitkan lagi ekosistem ikan belida, riset dan penelitian pun dilakukan. Kini ikan belida sudah dalam tahap pengembangbiakan.
Peneliti Pusat Riset Konservasi Sumber Daya Laut dan Perairan Darat BRIN Boby Muslimin mengatakan saat ini ikan belida termasuk dalam jenis ikan dengan status perlindungan penuh berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1 Tahun 2021. Tidak hanya ikan belida, familinya yakni ikan putak pun mengalami nasib yang sama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ikan belida dan putak ini sempat dinyatakan punah. Namun, ternyata ikan ini masih ditemukan nelayan di beberapa wilayah di Indonesia. Karena itu, temuan-temuan itu kami bawa dan teliti lebih dalam," ujar Boby.
Ia menjelaskan ikan belida dulu memang merupakan hewan yang banyak ditemui di Sungai Musi. Namun, jumlahnya terus menurun dan berkurang imbas dari perubahan iklim. Selain itu, ekosistem ikan ini juga terus terdegradasi. Belum lagi dampak dari sulitnya perkembangbiakan mereka di alam serta penangkapan yang masif dilakukan masyarakat.
"Sejauh ini, ikan belida yang kami dapatkan di sini berasal dari Ogan Ilir, Musi Banyuasin dan OKI. Ikan-ikan ini berada di anak Sungai Musi yang ada di daerah tersebut. Ukurannya variasi, ada yang kecil dan besar. Itu semua tangkapan nelayan yang tak disengaja masuk ke jaringnya," ucapnya.
Koleksi-koleksi tersebut langsung dibawa ke Kampus C Universitas PGRI Palembang untuk dikonservasi. Selain dari Sumsel, ikan belida yang dikonservasi di Palembang juga didatangkan dari Riau, hasil tangkapan nelayan di Sungai Kampar.
Sementara untuk ikan belida yang dikonservasi di Cibinong adalah hasil tangkapan nelayan di Sungai Mahakam, Kalimantan Barat, serta Sungai Petai, Kalimantan Timur.
"Indukan ikan belida yang ada di sini (Palembang) berasal dari tangkapan di Sumsel dan Riau," kata dia.
Menariknya, dalam 2 bulan terakhir, indukan ini berhasil bertelur. Sudah ada beberapa yang menjadi larva dan remaja. Jumlah ikan belida secara keseluruhan di Palembang saat ini ada 37 ekor indukan, 64 ekor larva, dan 20 ekor remaja.
"Kita terus berupaya maksimal agar ikan belida yang ada saat ini bisa menghasilkan keturunan yang berkelanjutan, sehingga harapannya nanti status ikan belida dari perlindungan penuh bisa menjadi perlindungan terbatas," kata Boby.
Penelitian ataupun budidaya ikan belida tak bisa sembarangan. Semua harus mendapat izin dari KKP. Karena itu, pihaknya berharap program ini bisa dihilirisasi ke depannya.
"Fokus kita adalah pemeliharaan belida indukan, dan mengembangbiakkan keturunannya. Sebab untuk mendapatkan status perlindungan terbatas, ada beberapa hal yang bisa dilakukan yakni menghasilkan keturunan dan melakukan kajian kembali jika jumlahnya banyak. Namun masalahnya, data ikan belida ini tidak tersedia," jelasnya.
Menurutnya, meski Chitala lopis sempat dinyatakan punah, tapi ikan ini ternyata masih ditemukan di Jawa, Kalimantan dan Sumatera. Pihaknya berharap dengan adanya riset dan penelitian serta pengembangbiakan ikan ini maka status punah tersebut bisa dikaji kembali.
Boby menambahkan ikan belida merupakan ikan yang sensitif dan masuk kategori ikan manja, sehingga proses pengembangbiakan dan penelitiannya tidak mudah.
"Ikan ini termasuk ikan yang sulit dalam hal pemindahan atau transportasinya, sebab ukurannya sekitar 2-3 kilogram, tidak cukup jika dimasukkan plastik dan akan jebol karena gigi dan moncongnya sehingga harus diperlakukan khusus," kata dia.
Selain itu, ikan ini juga tidak bisa digabung dengan ikan lain, sehingga penempatan ikan harus terpisah. Ikan belida dan putak ini juga merupakan ikan yang sensitif dengan suhu dan tingkat keasaman air.
"Karena itu, kita menciptakan ekosistem di sini menyerupai dengan ekosistem aslinya. Baik suhu maupun PH air kita samakan dengan di alam bebas," jelasnya.
Phaknya juga akan melakukan inovasi dari segi lingkungan dengan membuat bak terpal RAS. Ini merupakan wadah pemijahan induk ikan belida menjadi novelty. Bobby menerangkan inovasi ini menjadi salah satu indikator bahwa budidaya induk ikan belida dapat diaplikasikan pada urban farming di perkotaan dengan lahan terbatas.
"Dengan inovasi ini juga, jika biasanya di kolam tanah ikan akan kawin massal, di sini ikan akan kawin semi buatan. Ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Sehingga kita bisa me-managerial keturunan ikan belida di sini dan ovulasi telurnya bisa lebih cepat karena dipicu pemberian hormon," jelasnya.
Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas PGRI Palembang, Indah Anggraini Yusanti, mengatakan pihaknya sangat bersemangat saat mendapat kesempatan melakukan riset dan penelitian terkait ikan belida dan putak. Selain meningkatkan kompetensi dosen dan memberi pengalaman baru, riset dan penelitian ini akan mendukung upaya mencegah punahnya ikan endemik Sungai Musi tersebut.
"Kita selama ini selalu melakukan riset pada ikan komoditas khas Sumsel. Namun, kali ini main (riset) kita lebih jauh lagi. Baru kali ini berkesempatan melakukan ikan belida yang statusnya dilindungi penuh oleh negara. Karena itu, Rektor PGRI sangat mendukung penuh," ucapnya.
Dukungan itu melalui penyediaan sarana dan prasarana untuk kepentingan riset. Seperti ruang hatchery yang suhunya dibuat homogen sebagai lokasi pemijahan induk ikan belida. Ada juga kolam tanah, kolam semen dan kolam terpal, keramba jaring apung, yang digunakan untuk konservasi ikan belida tersebut.
"Di sini kita menciptakan habitat untuk ikan belida agar menyerupai alam dia sebenarnya. Selain sarpras, kita juga menempatkan tenaga ahli dari dosen, teknisi, dan juga mahasiswa untuk membantu jalannya riset ini," kata dia.
Indah mengatakan, ikan belida yang ada di lokasi konservasi tersebut merupakan tangkapan alam dan dibudidayakan khusus. Ia berharap dengan riset tersebut maka ikan yang semula dianggap punah dan sulit ditemukan bisa kembali dipijahkan dan lahir generasi-generasi baru ikan belida, sehingga bisa menjadi restocking nantinya.
"Sejauh ini, memang ikan belida tidak mudah dibudidayakan. Sebab sifatnya teritori, wilayahnya butuh yang luas. Ikan belida juga tidak bisa dipelihara dengan jumlah yang massal, dia karnivora. Namun ini tantangan kita dan harapannya bisa tercapai target kita bersama," jelasnya.
Dalam konservasi ikan belida ini, selain bekerjasama dengan PGRI sebagai lokasi riset dan penelitian, BRIN juga menggandeng PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit III Plaju.
General Manager RU III Hermawan Budiantoro mengatakan kerja sama yang dilakukan itu sebagai upaya mengantisipasi kepunahan ikan belida dan putak. Sejak 2022, pihaknya sudah mencanangkan program yakni Belida Musi Lestari, dengan harapan ikan belida bisa dilakukan restocking kembali ke habitatnya.
"Belida itu diinformasikan sudah punah, namun kita mendapatkan dari nelayan kemudian dibawa ke Palembang dan Cibinong untuk diriset dan dikembangbiakkan. Dan Palembang berhasil melakukannya," ucapnya.
Dengan adanya potensi perkembangbiakan belida ini, pihaknya berharap agar status ikan ini berubah dari perlindungan penuh menjadi perlindungan terbatas. Hermawan menyebutkan dukungan besar dari Pertamina, yakni fasilitas dan dana selama riset dan penelitian.
"Otomatis namanya kegiatan penelitian membutuhkan biaya, kita berikan fasilitas. Ini akan menjadi program kontinyu kita, perjalanannya masih panjang. Selain dana, kita juga melakukan edukasi ke masyarakat terkait potensi kepunahan ikan belida ini, serta lewat jurnal-jurnal," kata dia.
Untuk mendukung itu juga, pihaknya menggerakkan program TJSL pemberdayaan kelompok pembudidaya ikan Barokah dan Tunas Makmur di Sungai Gerong. Pokdakan ini berperan menyediakan benih ikan lele sebagai pakan belida.
"Kita mengajak semua pihak untuk sama-sama menjaga keanekaragaman hayati ini agar ikan belida tidak menjadi legenda, namun bisa kembali berenang bebas di habitatnya di Sungai Musi," tutupnya.