Seorang warga negara Amerika Serikat bernama Aysenur Esgi Eygi (26) dilaporkan tewas ditembak militer Tel Aviv, Israel. Pihak militer Israel mengaku tak sengaja menembak aktivis AS tersebut di tengah aksi protes di Tepi Barat pekan lalu. Aksi militer Tel Aviv ini pun mendapat kecaman dari pemerintah AS
Dikutip detikNews dari CNN, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken murka atas kejadian tersebut dan mengecam Israel yang merupakan sekutu mereka. Menurut Blinken, pembunuhan tersebut "tidak bisa dibenarkan".
"Tidak seorang pun, tidak seorang pun boleh ditembak dan dibunuh karena menghadiri aksi protes. Tidak seorang pun boleh mempertaruhkan nyawanya hanya karena mengutarakan pandangan mereka," tegas Blinken dalam pernyataannya, disampaikan di London, Inggris pada Selasa (10/9/2024) waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Blinken menambahkan sejauh ini sudah ada dua warga negara AS yang menjadi korban tewas akibat perbuatan pasukan Israel. Dia pun menuntut adanya "perubahan mendasar" pada standar operasi Israel di Tepi Barat.
"Sekarang ada warga Amerika kedua yang terbunuh di tangan pasukan keamanan Israel. Itu tidak bisa diterima. Itu harus berubah. Dan kita akan memperjelas hal ini kepada anggota-anggota paling senior dalam pemerintahan Israel," tegasnya.
Adapun warga AS pertama yang tewas bernama Rachel Corrie. Corrie tewas pada 2003 saat berusaha menghentikan buldoser Israel yang menghancurkan permukiman warga Palestina di Jalur Gaza.
Israel Klaim Penembakan "Tidak Disengaja"
Angkatan Bersenjata Israel (IDF) sebelumnya menyatakan telah melakukan penyelidikan awal atas insiden penembakan yang menewaskan Eygi tersebut. Menurut mereka, Eygi "sangat mungkin terkena tembakan IDF secara tidak langsung dan secara tidak sengaja".
IDF menegaskan tembakan tidak ditargetkan kepada Eygi sebagai aktivis, melainkan kepada "penghasut utama kerusuhan dengan kekerasan" di Persimpangan Beita. Namun, tidak disebutkan siapa penghasut utama yang dimaksud.
Eygi sendiri tergabung sebagai sukarelawan di Gerakan Solidaritas Internasional (ISM). Kelompok ini pernah menggelar protes di Tepi Barat pada 6 September lalu dan saat itu berjalan dengan damai.
Keluarga Korban Ragukan Investigasi Israel
Sementara itu, pihak keluarga Eygi meragukan hasil investigasi Israel yang menyebutkan Eygi tak sengaja tertembak. Menurut mereka, tidak masuk akal jika tembakan tersebut tak disengaja karena dilakukan oleh pasukan yang seharusnya sudah terlatih. Mereka pun pemerintah AS melakukan penyelidikan independen.
"Kami sangat tersinggung dengan anggapan bahwa pembunuhannya oleh seorang penembak jitu terlatih adalah hal yang tidak disengaja," ungkap pihak keluarga.
"Ini tidak boleh disalahartikan sebagai apa pun kecuali serangan yang disengaja, ditargetkan, dan terarah oleh militer terhadap seorang warga sipil yang tidak bersenjata," lanjut mereka.
Eygi diketahui baru lulus dari Universitas Washington dan langsung bergabung dengan gerakan solidaritas yang aktif memprotes pendudukan warga Israel di dekat Beita, Tepi Barat, Palestina. Semua permukiman Yahudi yang dibangun Israel di Tepi Barat dianggap ilegal menurut hukum internasional.
(des/des)