Sejumlah komika ikut berorasi di depan gedung DPR saat aksi tolak revisi UU Pilkada. Mereka prihatin dengan situasi demokrasi bangsa saat ini.
Salah satu komika, Abdur Asyrad mengatakan kehadiran para komika saat ini bukan untuk panggung tawa. Mereka ikut turun ke jalan sebagai bentuk kepedulian anak bangsa.
"Jangan berharap kami lucu, karena lebih lucu yang di dalam sana (gedung DPR)," kata komika Abdur Arsyad saat orasi di atas mobil komando depan gedung DPR, Jakarta Pusat, Kamis (22/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, komika lainnya, Ari Kriting, menyampaikan aksi para komika di DPR adalah bentuk keprihatinannya terhadap kondisi bangsa saat ini. Dia menyebut anggota Dewan tidak mewakili suara rakyat.
"Kita hadir di sini untuk menuntut aksi solidaritas, karena kita sudah capek. Sudah capek. Kita melihat dengan gamblang, bagaimana wakil rakyat kita tidak mewakili suara rakyat," ujar Ari.
Sedangkan Bintang Emon meminta DPR memberikan ruang pilkada sebagai kompetisi yang baik. Dia juga menyinggung terkait batas usia minimal dalam pencalonan sebagai gubernur dan wakil gubernur.
"Berikan kami kompetisi yang baik untuk hasilkan pemimpin-pemimpin yang baik buat kita. Tadi ada titipan dari teman-teman di bawah, buat teman teman yang nggak bisa hadir di sini, tanamkan ini dalam kepala kalian, 'kalau belum umur 30, jangan nyalon dulu, jangan ya dek ya', hidup rakyat!" teriak Bintang Emon.
Sementara itu, Mamat Al Katiri dalam orasinya meminta seluruh masyarakat kompak bersatu dalam aksi menyampaikan pendapat kali ini.
"Saya cuma minta, kita jangan lagi mau dipecah belah oleh mereka. Kita tinggalkan segala ego dalam diri kita, kita bersatu, karena mereka takut kalau kita bersatu," pungkasnya.
(mud/mud)