Ramalan kiamat 29 Juni 2024 dari peramal India terbukti meleset. Berikut ini prediksi kiamat secara ilmiah menurut para ilmuwan.
Dikutip detikInet, tanda kiamat atau kehancuran Bumi menurut ilmuwan, bukan perkara tanggal berapa tapi secara ilmiah mengukur tingkat keparahan pemanasan global yang membuat Bumi makin lama akan semakin tidak layak huni. Meski begitu, sejatinya tidak ada yang tahu pasti kapan kehidupan di Bumi akan berakhir.
Dengan memperhatikan sejumlah aspek, para ilmuwan mencoba menghitung berapa lama lagi Bumi akan mampu bertahan. Menurut para ahli, Bumi akan menjadi tidak layak huni bagi sebagian besar organisme dalam waktu sekitar 1,3 miliar tahun karena evolusi alami Matahari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kematian Matahari
Evolusi dari Matahari merupakan salah satu faktor besar yang mempengaruhi eksistensi Bumi. "Bumi mungkin memiliki waktu 4,5 miliar tahun sebelum Matahari menjadi raksasa merah besar, kemudian menelan Bumi," kata Ravi Kopparapu, ilmuwan planet di Goddard Space Flight Center, NASA, dikutip dari Live Science, Sabtu (29/6/2024).
Raksasa merah terbentuk pada tahap akhir evolusi bintang, ketika bintang tersebut kehabisan hidrogen untuk bahan bakar fusi nuklirnya dan mulai mati. Begitu fusi berhenti, gravitasi akan mengambil alih.
Inti helium akan mulai terkompresi karena gravitasi, yang akan menaikkan suhu. Lonjakan panas akan menyebabkan lapisan plasma terluar Matahari mengembang drastis.
"Matahari akan membengkak setidaknya sebesar orbit Bumi," lanjut Kopparapu.
Bumi Bisa 'Tamat' Lebih Cepat
Apakah harus menunggu 4,5 miliar tahun? Menurut ilmuwan Bumi bisa menyentuh titik akhir lebih awal. Ketika planet ini memanas saat Matahari bertransisi menjadi raksasa merah, lautan akan menguap dan atmosfer akan menghilang.
Menurut Kopparapu, sekitar 1,3 miliar tahun dari sekarang, manusia tidak akan mampu bertahan hidup secara fisiologis di Bumi. Ini dikarenakan kondisi panas dan lembab yang terus-menerus.
Dalam waktu sekitar 2 miliar tahun, lautan mungkin akan menguap ketika luminositas Matahari hampir 20% lebih tinggi dibandingkan sekarang. Beberapa kehidupan mungkin bertahan, seperti 'ekstriofil' yang hidup di dekat ventilasi hidrotermal di dasar laut, tetapi tidak dengan manusia.
Suhu bola basah (wet-bulb temperatures) yang berbahaya menyebabkan manusia tidak dapat lagi mendinginkan tubuh dengan berkeringat, akan segera terjadi. Batas suhu bola basah bagi manusia pertama kali diprediksi sebesar 35°C, namun penelitian terbaru menunjukkan suhu bola basah serendah 30°C dapat mematikan.
Sejumlah tempat di Bumi telah mencapai suhu bola basah melebihi 32°C pada beberapa kesempatan, dan model iklim memperkirakan suhu 35°C akan menjadi peristiwa biasa di wilayah seperti Timur Tengah pada akhir abad ini. Intinya, gas rumah kaca yang kita miliki telah mengancam kehidupan dan masyarakat Bumi jauh sebelum Matahari mati.
"Jika kita berbicara tentang kehidupan manusia, seratus tahun ke depan akan menjadi hal yang menarik," pungkas Kopparapu.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di detikInet dengan judul Ramalan Kiamat 29 Juni 2024 Meleset, Nggak Percaya Ilmuwan Sih.
(sun/dai)