Salat Jumat minggu pertama bulan Dzulhijjah berlangsung pada 14 Juni 2024. Umat Islam laki-laki akan menjalankan salat sunah 2 rakaat setelah pembacaan khutbah Jumat oleh khatib.
Pada bulan Dzulhijjah ini akan disampaikan khutbah Jumat tentang Idul Adha dan perayaan kurban. Momen yang pas untuk mengingatkan umat Islam mengenai ibadah haji serta peristiwa Nabi Ibrahim dan Ismail sebagai awal mula anjuran kurban. Idul Adha juga termasuk hari raya besar umat Islam selain Idul Fitri.
Berikut detikSumbagsel sajikan kumpulan khutbah Jumat tema Idul Adha dan ibadah kurban yang dikutip laman NU Online dan Masjid Istiqlal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
5 Khutbah Jumat Tema Idul Adha dan Perayaan Kurban
1. Tiga Siasat Nabi Ibrahim Memperjuangkan Agama Tauhid
Khutbah I
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ هَدَى أَوْلِيَاءَهُ لِدِيْنِ الْإِسْلَامِ، وَوَفَّقَهُمْ لِزِيَارَةِ بَيْتِهِ الْحَرَامِ، وَخَصَّهُمْ بِالشَّوْقِ إِلَى تِلْكَ الْمَشَاعِرِ الْعِظَامِ، وَحَطَّ عَنْ وَفْدِهِ جَمِيْعَ الْأَوْزَارِ وَالآثَامِ ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ عَلَى جَزِيْلِ الْفَضْلِ وَالْإِنْعَامِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى مَا أَوْلَاهُ مِنَ التَّوْفِيْقِ وَالْإِلْهَامِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، الْمَلِكُ الْحَقُّ السَّلَامُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرُ مُعَلِّمٍ وَإِمَامٍ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْبَرَرَةِ الْكِرَامِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
أَمَّا بَعْدُ: أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ وَاعْبُدُوْهُ، فَإِنَّ اللهَ خَلَقَكُمْ، لِذَلِكَ قَالَ تَعَالَى: ﴿يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾ وَقَالَ: ﴿قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ، ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ ، لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ ، وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدُۢ ﴾ صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمِ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ الْحَبِيْبُ الْكَرِيْمُ وَنَحْنُ عَلَى ذَلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشّاكِرِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Hadirin rahimakumullah ad Pertama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah swt. Dzat yang tak henti-hentinya melimpahkan karunia nikmat-Nya kepada kita semua, termasuk nikmat taufik, hidayah, dan nikmat berjamaah seperti sekarang ini. Shalawat teriring salam semoga tercurah kepada Baginda Alam, Habibana Muhammad saw.
Shalawat dan salam juga semoga terlimpah kepada para sahabat, para tabi'in, tabi tabiinnya, hingga kepada kita semua selaku umatnya. Mudah-mudahan kita semua mendapatkan hidayah untuk senantiasa mengikuti ajarannya dan kelak di akhirat mendapatkan syafaatnya.
Sebelumnya, khatib berwasiat khusus kepada pribadi khatib dan umum kepada jamaah sekalian, marilah kita sama-sama mempertahankan serta meningkatkan keimanan serta ketakwaan kepada Allah swt. Sebab, hanya dua hal itu yang paling berharga bagi kita nanti saat menghadap kepada-Nya.
Hadirin rahimakumullah ad Perjalanan dakwah Nabi Ibrahim di bulan Dzulhijjah menarik untuk diambil hikmah karena ketaatan dan kepasrahannya mengorbankan putra kesayangannya. Di samping itu, ada tiga siasat Nabi Ibrahim dalam memperjuangkan agama Allah sekaligus menjaga keselamatan dirinya.
Pertama, siasat Nabi Ibrahim saat hendak menghancurkan berhala kaumnya, sebagaimana yang dikisahkan dalam Al-Quran:
وَتَاللّٰهِ لَاَكِيْدَنَّ اَصْنَامَكُمْ بَعْدَ اَنْ تُوَلُّوْا مُدْبِرِيْنَ
Artinya: "Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya," (Q.S. al-Anbiya [21]: 57).
Dalam menjalankan siasatnya, Nabi Ibrahim memilih berada di rumah dan mengaku sakit saat diajak kaumnya ke tempat peribadatan mereka yang penuh dengan berhala. Pengakuan itu pun diabadikan Al-Quran:
فَقَالَ إِنِّى سَقِيمٌ
Artinya: "Kemudian ia berkata, 'Sesungguhnya aku sakit,'" (Q.S. al-Shaffat [37]: 89).
Menurut al-Qasthalani dalam Irsyâd al-Sârî Syarh Shahîh al-Bukhari, yang dimaksud "Aku sakit" dalam pernyataan Nabi Ibrahim AS pada ayat di atas bukan sakit secara fisik, melainkan sakit batin karena melihat kaumnya yang terus bercokol dalam kekufuran dan kesyirikan.
Mungkin pula pernyataannya itu memiliki makna waktu mendatang, sehingga bisa dimaknai "Aku akan sakit" sesuai dengan bentuk ungkapan Arabnya, innî saqîm, yang menggunakan bentuk isim fail. Sama halnya dengan makna hadis, "Annaka mayyitun" maksudnya adalah, "Engkau akan mati."
Sementara itu, Sufyan menafsirkan istilah saqim dengan 'tha'un'. Sehingga mengetahui ada orang yang terkena tha'un, mereka langsung pergi karena takut tertular. Ulama lain menandaskan, kendati memang berbeda dengan situasi yang sebenarnya, namun sebagai sebuah siasat, pernyataan itu tetap dibenarkan, bahkan diperlukan untuk menolak fitnah yang besar karena jika keluar bersama mereka, bukan mustahil Nabi Ibrahim dianggap mendukung aktivitas penyembahan berhala.
Namun yang jelas, Nabi Ibrahim sebelumnya telah memiliki rencana untuk menghabiskan berhala mereka, hanya saja perlu waktu yang tepat untuk mengeksekusinya. Hadirin rahimakumullah Kedua, siasat Nabi Ibrahim saat menjawab pertanyaan kaumnya yang menuding dirinya telah menghancurkan berhala.
Alih-alih menjawab sesuai keinginan mereka, beliau malah menuduh bahwa yang menghancurkan berhala-berhala itu adalah berhala paling besar. Nabi Ibrahim menghancurkan 72 berhala yang terbuat dari berbagai bahan seperti emas, perak, besi, timah, batu, dan kayu.
Satu-satunya yang tidak dihancurkan adalah berhala terbesar yang terbuat dari emas dengan campuran batu permata dan matanya dari batu yaqut. Setelah menghancurkan berhala-berhala kecil, Nabi Ibrahim lantas meletakkan kapak di leher berhala paling besar tersebut. Harapannya, agar di saat kembali, mereka bertanya-tanya, "Siapa sebenarnya yang menghancurkan berhala-berhala ini. Mengapa engkau (berhala besar) tidak apa-apa dengan kapak bergantung di lehermu." Benar saja, begitu kembali ke tempat berhala, mereka melihat semua berhala itu telah porak-poranda kecuali satu berhala besar saja. Akhirnya, mereka curiga bahwa Nabi Ibrahim-lah yang menghancurkannya.
Sebab, hanya Nabi Ibrahim satu-satunya orang yang membenci aktivitas mereka saat itu. Perbincangan itu pun dicatat dalam Al-Quran:
قَالُوا أَأَنْتَ فَعَلْتَ هَذَا بِآلِهَتِنَا يَا إِبْرَاهِيمُ ، قَالَ بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَذَا فَاسْأَلُوهُمْ إِنْ كَانُوا يَنْطِقُونَ
Artinya: "Mereka bertanya, apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim? Ibrahim menjawab, sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara," (Q.S. al-Anbiya [21]: 62-63).
Kendati apa yang dikatakan Nabi Ibrahim berbeda dengan yang diinginkan penanya, tetapi sesungguhnya beliau ingin menunjukkan kepada mereka bahwa berhala yang selama ini disembah tak bisa apa-apa. Buktinya, begitu berhala besar dituding sebagai penghancur berhala kecil di sekitarnya, mereka pun tak percaya. Di situlah Nabi Ibrahim ingin menunjukkan kebodohan mereka.
Dijelaskan oleh al-Qusthulani, meski Nabi Ibrahim mengaku sebenarnya bahwa pada hakikatnya yang menghancurkan berhala itu adalah Allah, mereka juga tak mungkin percaya, sebab mereka adalah kaum yang kufur. Karenanya, ketika tindak penghancuran itu disandarkan kepada berhala besar, bukanlah sebuah kebohongan, melainkan sebagai ejekan guna memperlihatkan kedangkalan dan kesesatan pikiran mereka.
Walau sekilas terlihat seperti berbohong hanyalah di mata orang-orang yang kufur. Hadirin rahimakumullah Ketiga, siasat Nabi Ibrahim kepada utusan Raja Shaduq yang menginginkan istrinya yang cantik Sarah. Beliau mengaku, "Dia adalah saudara perempuanku." Tujuannya agar dirinya selamat dari kekejaman si raja.
Sebelumnya, Nabi Ibrahim menyampaikan kepada istrinya, "Wahai Sarah, tidak ada lagi yang beriman di muka bumi selain aku dan engkau". Sehingga, ketika sang raja bertanya kepadaku tentangmu, "Siapakah wanita itu?" aku menjawab, "Dia adalah saudara perempuanku. Aku berharap engkau pun tidak mendustaiku."
Alhasil, yang dimaksud "saudara" di sana adalah saudara seakidah atau saudara seagama karena memang tidak ada orang yang beriman di muka bumi saat itu kecuali mereka berdua. Adapun ungkapan "Aku sakit" merupakan rasa sakit batin melihat kemusyrikan dan kekufuran kaumnya.
Ia juga menyadari bahwa ungkapan "Patung yang besar itu yang menghancurkannya" adalah siasat untuk menunjukkan kebodohan mereka. Pada akhirnya, beliau akan meminta maaf kepada umat manusia di hari kiamat karena tidak dapat memberikan syafaat atau bantuan kepada mereka untuk diadili oleh Allah.
Ia mengaku ketiganya sebagai kebohongan yang pernah diperbuatnya. (Lihat: Umar Sulaiman, Shahîh al-Qashash al-Nabawi, Darun Nafis, 2007, hal. 53). Namun perlu ditekankan bahwa pengakuan tersebut tidak berarti beliau itu berbohong, karena seorang nabi tidak mungkin berbohong.
Tindakan tersebut hanyalah siasat untuk memperjuangkan agama Allah, menegakkan tauhid, membuktikan kesesatan kaumnya, dan menjaga keselamatan diri. Adapun pengakuannya pada hari Kiamat, "Aku telah berbuat tiga kebohongan," semata lahir dari kerendahan hati, kepasrahan sebagai hamba, dan ketakutannya yang sangat besar terhadap murka Allah.
Sebab, di mata syariat sendiri dan juga di mata Allah, ketiganya bukanlah sebagai kekeliruan. Hal itu telah ditegaskan sendiri oleh Rasulullah saw. dalam haditsnya.
مَا مِنْهَا كَذِبَةٌ إِلاَّ مَا حَلَّ بِهَا عَنْ دِينِ اللَّهِ
Artinya: "Tidak satu pun di antara kebohongan itu kecuali demi membela agama Allah." (HR. al-Tirmidzi [3148]).
Demikianlah strategi menarik, sekaligus siasat unik yang dijalankan Nabi Ibrahim demi memperjuangkan agama Allah, menunjukkan kesesatan kaumnya, dan memperjuangkan keselamatan dirinya.
Adapun pelajaran penting yang dapat kita petik darinya adalah tatkala tiga muslihat yang dibenarkan syariat saja diakui Nabi Ibrahim (dengan kerendahan dan ketakutannya) sebagai kebohongan, lantas bagaimana dengan kebohongan murni yang sengaja diproduksi dan disebarkan demi kepentingan pribadi dan golongan yang sama sekali tak dibenarkan oleh kaca mata apa pun? Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang terjadi, termasuk peristiwa yang pernah menimpa para nabi.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، اَللَّهُمَّ يَا مُيَسِّرَ كُلِّ عَسِيْرٍ ، وَيَا جَابِرَ كُلِّ كَسِيْرٍ ، وَيَا صَاحِبَ كُلِّ فَرِيْدٍ ، وَيَا مُغْنِيَ كُلِّ فَقِيْرٍ ، وَيَا مُقَوِّيَ كُلِّ ضَعِيْفٍ ، وَيَا مَأْمَنَ كُلِّ مَخِيْفٍ ، يَسِّرْ عَلَيْنَا كُلَّ عَسِيْرٍ ، فَتَيْسِيْرُ الْعَسِيْرِ عَلَيْكَ يَسِيْرُ ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
(Ustadz M Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat)
2. Ibadah Haji Sebagai Momentum Persatuan
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمْ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، اَلعَلِيْمِ الَّذِيْ لَايَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ. أَحْمَدُهُ حَمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانَ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ
أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الرَّحْمَنِ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ الْمَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْانِ: وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالاً وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah ad Mari kita awali khutbah Jumat ini dengan senantiasa berterimakasih dan bersyukur kepada Allah swt, dengan senantiasa melafalkan alhamdulillahi rabbil âlamin, atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita semua, terkhusus nikmat Islam dan iman yang terus tertanam dalam sanubari kita semua, sehingga menjadikan kita terus terpanggil untuk menunaikan kewajiban untuk bermunajat kepada-Nya.
Shalawat dan salam tidak henti-hentinya kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw. Insan terbaik, insan sempurna dan insan teladan sepanjang zaman, yang telah berhasil membawa visi-misi Islam tersebar ke seluruh penjuru dunia. Semoga kita semua diakui sebagai umatnya, dan mendapatkan syafaatnya kelak pada hari kiamat. Amin ya rabbal alamin.
Selanjutnya, sudah merupakan kewajiban bagi kami selaku khatib pada kesempatan salat Jumat ini, untuk terus mengajak kepada diri sendiri, keluarga dan semua jamaah yang hadir, untuk terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. Sebab hanya inilah yang akan menjadi penyelamat dan bekal kita semua kelak di akhirat.
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah. Persatuan merupakan salah satu nilai utama dalam ajaran Islam dan harus kita upayakan bersama. Ajaran Islam mendorong kita semua untuk bersatu dan saling mendukung dalam hal-hal kebaikan.
Persatuan dalam Islam pun tidak hanya terbatas pada hubungan antar sesama muslim, namun juga meluas kepada semua umat manusia. Al-Qur'an mengajarkan pentingnya persatuan ini dalam surat Ali 'Imran, Allah swt berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
Artinya: "Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara." (QS Ali 'Imran [3]: 103).
Pentingnya persatuan tidak bisa kita abaikan. Persatuan merupakan fondasi yang kuat untuk meraih kemajuan, stabilitas, dan kesejahteraan kita bersama. Ketika masing-masing dari kita yang memiliki latar belakang berbeda dan keyakinan yang beragam bisa bersatu, hal ini akan menciptakan kekuatan yang luar biasa, dan mampu mengatasi berbagai tantangan serta memperkuat hubungan antar manusia.
Berkaitan dengan pentingnya persatuan ini, mari kita bersama-sama melihat umat Islam ketika menunaikan ibadah haji. Ibadah haji merupakan momentum bagi kita semua untuk melihat betapa indahnya persatuan. Meski berbeda suku, bangsa, ras, pemahaman dan hal-hal lainnya, namun mereka semua tetap bersatu.
Mereka melakukan ibadah di tempat yang sama, tujuan yang sama serta ritual yang juga sama. Tidak hanya itu, orang-orang yang sedang menunaikan ibadah haji tidak diperkenankan untuk mengatakan perkataan yang tidak baik, tidak diperkenankan melakukan keburukan, serta tidak diperkenankan pula untuk saling berdebat.
Hal ini menjadi pelajaran yang sangat penting bagi kita semua, bahwa ibadah haji harus benar-benar menjadi momentum untuk membangun persatuan dan kerukunan antar sesama manusia. Berkaitan dengan ini, Allah swt berfirman dalam Al-Qur'an:
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلا رَفَثَ وَلا فُسُوقَ وَلا جِدَالَ فِي الْحَجِّ
Artinya: "(Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barangsiapa mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia berkata jorok (rafats), berbuat maksiat dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji." (QS Al-Baqarah [2]: 197).
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah Syekh Muhammad Mutawalli asy-Sya'rawi dalam kitab kumpulan fatwanya, Fatawa Kulli ma Yahimmul Muslim, menjelaskan bahwa ibadah haji yang dilakukan oleh umat Islam ini memiliki banyak dampak positif, salah satunya adalah membangun kesadaran bahwa ibadah ini menjadi momentum persatuan umat Islam di seluruh penjuru dunia.
Dalam momentum ini, kita bisa melihat umat Islam berdatangan dari mana-mana, dengan warna kulit yang berbeda, bahasa yang berbeda dan negara yang berbeda. Hal ini seharusnya menjadi momentum untuk membangun kesadaran, bahwa semua manusia itu sama, yaitu sama dalam satu naungan agama Islam.
Karena sama, maka tidak ada alasan untuk saling bercerai-berai, tidak ada alasan untuk tidak bersatu, dan tidak ada alasan untuk tidak saling cinta antar sesama. Syekh Mutawalli Sya'rawi mengatakan:
وَفِي جَلاَلِ هَذِهِ الْوَحْدَةِ، تَنْصَهَرُ الْأَجْنَاسُ وَالْأَلْوَانُ وَاللُّغَاتُ، فَلَا نَسَبَ اِلَّا اِلىَ الْاِسْلَامِ وَلَا حَسَبَ اِلَّا اِلَى الْاِيْمَانِ
Artinya: "Dan di tengah-tengah persatuan (ibadah haji) ini, maka jenis-jenis, warna kulit, dan bahasa akan melebur (menjadi satu), sehingga tidak ada yang pantas untuk dijadikan atribusi selain Islam, dan tidak ada yang perlu diperhitungkan kecuali iman."
Tidak hanya itu, mari kita ingat salah satu perumpamaan yang Rasulullah sampaikan kepada kita semua perihal hubungan umat Islam dengan yang lainnya. Dalam perumpamaan itu, Rasulullah menggambarkan umat Islam seperti bangunan yang harus sama-sama saling melengkapi, dan masing-masing bagiannya saling menopang dan memperkuat satu sama lain.
Ini menunjukkan betapa pentingnya persatuan dan kekompakan umat Islam. Nabi bersabda:
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
Artinya, "Orang mukmin dengan mukmin lainnya seperti satu bangunan yang saling menguatkan antara sebagian dengan bagian yang lain." (HR Muslim).
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah Demikian adanya khutbah Jumat perihal pelajaran berharga dari ibadah haji tentang pentingnya persatuan. Sudah tiba saatnya sesama muslim menumbuhkan sikap saling tolong-menolong, saling mendukung dan membantu dengan yang lainnya, kendati pun berbeda pemahaman, ras dan suku.
Semoga khutbah ini bermanfaat dan membawa keberkahan bagi kita semua. Amin ya rabbal alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ.
وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ.
اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
(Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur)
3. Ibadah Haji Sebagai Momentum Persatuan
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الْقَهَّارِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى نِعَمٍ تَتَوَالَى كَالْأَمْطَارِ وَأَشْكُرُهُ عَلَى مُتَرَادِفِ فَضْلِهِ الْمِدْرَارِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْ قَائِلَهَا مِنَ النَّارِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْمُخْتَارُ.
اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ أَفْضَلَ مَنْ حَجَّ وَاعْتَمَرَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الأَبْرَارِ أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْكُمْ عِبَادَ اللهِ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah, pertama sekali marilah kita bersyukur ke hadirat Allah yang telah memberikan berjuta-juta kenikmatan kepada kita sekalian. Sehingga kita masih bisa melaksanakan Salat Jumat di masjid yang mulia ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad yang telah membimbing kita menuju dinul Islam. Semoga kita selalu mencintainya dan bershalawat kepadanya sehingga kita diakui sebagai umatnya yang mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti, amin.
Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah, selaku khotib kami mengajak kepada hadirin sekalian dan diri kami pribadi, marilah selalu berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah dengan terus berusaha menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Semoga Allah selalu memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kita sehingga selalu dalam keimanan dan ketakwaan kepada-Nya. Amin.
Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah, beberapa hari lagi, kita akan kehadiran hari yang mulia, yaitu Hari Raya Idul Adha. Bukan sekadar perayaan, Hari Raya Idul Adha juga menjadi momentum bagi setiap Muslim yang mampu untuk berbagi pada sesama melalui hewan kurban yang disembelih.
Selain berbagi, makna Idul Adha juga mengajarkan setiap umat Islam untuk bisa memberi pengorbanan secara ikhlas atas segala sesuatu yang dilakukan dan dicintai. Begitu spesialnya Idul Adha, kita sebagai umat Islam sangat penting untuk memberikan apresiasi dan memuliakan Idul Adha. Beberapa amalan yang baik dilaksanakan dalam rangka menyambut dan memuliakan Idul Adha:
Pertama: Memperbanyak Takbir, Tahmid, dan Tahlil
Takbir, tahmid, dan tahlil merupakan kalimat thayyibah yang baik dikumandangkan dalam rangka menyambut kehadiran hari raya, baik Idul Adha maupun Idul Fitri. Kalimat tersebut dikumandangkan sebagai bentuk kegembiraan dan terima kasih kita kepada Allah atas kehadiran Hari Raya Idul Adha.
Tak hanya menjelang 10 Dzulhijjah saja, akan tetapi sunnah dikumandangkan hingga 13 Dzulhijjah. Dari Umar, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ، فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنَ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ
"Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir, dan tahmid." (HR Ahmad No 6154)
Kedua, Berpuasa Sunah Tarwiyah dan Arafah
Puasa tersebut menjadi salah satu ibadah yang sebaiknya dilakukan tiap Muslim di Dzulhijjah. Puasa Arafah dilaksanakan pada 8 Dzulhijjah. Sedangkan Arafah pada 9 Dzulhijjah. Puasa ini juga sangat dianjurkan bagi orang-orang yang tidak melaksanakan ibadah haji. Rasulullah SAW bersabda:
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
"Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu." (HR Muslim)
Ketiga: Menunaikan Haji dan Umrah
Menunaikan ibadah haji bagi yang mampu atau dimampukan oleh Allah. Bagi Muslim yang mampu, haji menjadi amalan yang dilakukan pada Dzulhijjah. Haji dan umrah juga merupakan panggilan bagi orang tertentu sehingga harus datang memenuhi panggilan Allah.
Haji hukumnya wajib dan dilaksanakan sekali seumur hidup bagi yang mampu. Keutamaan haji tercantum dalam hadits yang dijelaskan Nabi Muhammad:
سُئِلَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - أَىُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ « إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ » . قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ « جِهَادٌ فِى سَبِيلِ اللَّهِ » . قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ « حَجٌّ مَبْرُورٌ
"Rasulullah SAW ditanya, amalan apa yang paling utama? Beliau menjawab, Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Ada yang bertanya lagi, Kemudian apa lagi? Beliau menjawab, Jihad di jalan Allah. Ada yang bertanya kembali, Kemudian apa lagi?" Haji mabrur, jawab Rasulullah." (HR Bukhari)
Lalu ibadah umrah?
تَابِعُوا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوبَ كَمَا يَنْفِى الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ وَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَلَيْسَ لِلْحَجَّةِ الْمَبْرُورَةِ ثَوَابٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
"Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak. Sementara tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga." (HR An-Nasai)
Keempat: Sebaiknya Tidak Makan Sebelum Salat Idul Adha
Dalam rangka menyambut Idul Adha sampai sampai nabi tidak makan pagi duluan sehingga salat dalam kondisi perut belum terisi. Hal ini juga merupakan penghargaan kepada Idul Adha dan juga lantaran akan adanya daging sembelihan daging kurban setelah salat id. Dari Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَلاَ يَأْكُلُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَّتِهِ
"Rasulullah SAW biasa berangkat salat id pada hari Idul Fitri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari salat id baru beliau menyantap hasil kurbannya." (HR Ahmad 5: 352)
Kelima: Melaksanakan Salat Idul Adha
Dalam Mazhab Imam Abu Hanifah rahimahullah dan riwayat dari Imam Ahmad rahimahullah, diwajibkan kepada seluruh orang Islam untuk melaksanakan salat id, dan orang yang meninggalkannya tanpa ada udzur, maka berdosa.
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ .فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Rabbmu; dan berkorbanlah." (QS Al-Kautsar/108: 1-2)
Sedangkan menurut Mazhab Syafi'i, Salat Idul Adha bukan merupakan kewajiban, akan tetapi merupakan ibadah sunnah. Rasulullah bersabda:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الفِطْرِ وَالأَضْحَى إِلَى المُصَلَّى، فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلاَةُ
"Rasûlulâh shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu berangkat pada hari 'Îdul Fitri dan Adha ke musala. Beliau memulai dengan salat." (HR Muttafaqun 'Alaihi).
Keenam: Menyembelih Hewan Kurban
Ibadah kurban merupakan ibadah sosial dari kaum muslimin di Dzulhijjah. Kurban atau menyembelih hewan kurban sangat baik dilakukan tiap muslim yang mampu di Dzulhijjah sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Kurban merupakan ibadah yang sangat baik jika dilakukan dengan ikhlas yang sudah dicontohkan oleh keluarga Nabi Ibrahim. Dan kurban adalah salah satu amalan yang dicintai Allah. Rasulullah bersabda:
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا »
"Dari Aisyah, Rasulullah mengatakan, tidaklah pada hari nahr manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai Allah daripada mengalirkan darah dari hewan kurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, rambut hewan kurban tersebut. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban." (HR Tirmidzi).
Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah, demikian khutbah yang singkat ini, semoga bisa dipahami dan dapat melakukannya.
بَارَكَ اللَّهُ لِىْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَاِيَّاكُمْ تِلاَ وَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ.
Khutbah II
الحمد للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ .وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى اُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ. وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللّٰهِ وَرَسُولُهُ، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ اجْمَعِيْن .
أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ وَاتَّقُوا اللّٰهَ تَعَالَى فِي هٰذَا الْيَوْمِ الْعَظِيمِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّيِّبِيْنَ، وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الصَّالحينَ
اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، اللّٰهُمَّ اجْعَلْ عِيْدَنَا هٰذَا سَعَادَةً وَتَلَاحُمًا، وَمَسَرَّةً وَتَرَاحُمًا، وَزِدْنَا فِيهِ طُمَأْنِينَةً وَأُلْفَةً، وَهَنَاءً وَمَحَبَّةً، وَأَعِدْهُ عَلَيْنَا بِالْخَيْرِ وَالرَّحَمَاتِ، وَالْيُمْنِ وَالْبَرَكَاتِ، اللّٰهُمَّ اجْعَلِ الْمَوَدَّةَ شِيمَتَنَا، وَبَذْلَ الْخَيْرِ لِلنَّاسِ دَأْبَنَا، اللّٰهُمَّ أَدِمِ السَّعَادَةَ عَلَى وَطَنِنَا، وَانْشُرِ الْبَهْجَةَ فِي بُيُوتِنَا، وَاحْفَظْنَا فِي أَهْلِينَا وَأَرْحَامِنَا، وَأَكْرِمْنَا بِكَرَمِكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ.
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ،
4. Keistimewaan Hari Arafah dan Berqurban pada Hari Idul Adha
Jamaah Jum'ah Rahimakumullah. Pertama mari kita panjatkan puji syukur kita kepada Allah subhanahu wata'ala atas segala karunia kenikmatan yang diberikan kepada kita semua. Sehingga pada hari ini kitab bisa Bersama-sama melaksanakan salat Jum'at di Masjid Istiqlal yang kita cintai ini.
Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, penghulu para Nabi dan Rasul, yang kita semua nanti nantikan syafaatnya pada hari akhir nanti.
Jemaah jumah yang dirahmati Allah subhanahu wata'ala, selaku khatib kami berpesan untuk diri sendiri dan kita semua, marilah senantiasa kita tingkatkan derajat taqwa kita kepada Allah subhanahu wata'ala dengan sebenar-benarnya kita laksanakan semua perintah perintah Allah subhanahu wata'ala dan kita jauhi semua larangan larangan Allah subhanahu wata'ala.
Jemaah haji akan melaksanakan wukuf di Padang Arafah, tempat yang sangat dimuliakan oleh Allah subhanahu wata'ala dalam langka melaksanakan rangkaian ibadah haji. Seraya mengumandangkan kalimat talbiyah:
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ
Sebagai jawaban atas undangan Allah melalui lisan Nabi Ibrahim sebagai mana disebutkan dalam surat al-Hajj ayat 27:
وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ ۙ
Artinya: "(Wahai Ibrahim, serulah manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh." (QS. al-Hajj [22]: 27)
Kita doakan semoga mereka yang hari ini sedang berkumpul bermunajat kepada Allah di Padang Arafah, diberikan kekuatan, kesabaran, ketabahan, kekhusyu'an sehingga mereka dapat melaksanakan ibadah haji dengan baik dan mendapatkan predikat haji mabrur.
Bagi yang memperoleh haji Mabrur, Allah sediakan pahala yang amat besar yaitu Surga. Sedangkan kita yang kali ini tidak atau belum berkesempatan melaksanakan ibadah haji, kita pun dapat memperoleh keutamaan keutamaan hari Arafah, yaitu keutamaan sepuluh hari awal Dzulhijjah. Karena Allah subhanahu wata'ala memberikan keagungan serta mengangkat derajatnya sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
"Tidak ada satu amal shaleh yang lebih dicintai Allah subhanahu wata'ala melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah)." Para sahabat bertanya: "Tidak pula jihad di jalan Allah subhanahu wata'ala?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Tidak pula jihad di jalan Allah subhanahu wata'ala, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak ada suatu apapun yang dibawa pulang kembali."
Kita telah menjalani dari awal hingga tanggal Sembilan dari sepuluh hari mulia ini, bagi siapa yang telah memanfaatkannya dengan melaksanakan kebaikan-kebaikan sejak hari pertama, maka teruskan dan tambahkan kebaikan lainnya. Hari Arafah, hari agung, dimana Allah telah mengatakannya sebagai hari kesempurnaan agama Islam, sebagaimana disebutkan dalam ayat terakhir diturunkan yaitu ayat tiga surat al-Maidah:
اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ
Artinya: "...Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah aku ridhoi Islam sebagai agamamu..." (QS. Al-Maidah [5]: 3)
Hari Arafah merupakan hari yang sangat istimewa bagi umat Islam, ia menjadi bagian utama dari pelaksanaan ibadah haji, sebagaimana sabda Nabi SAW: احلج عرفة
Pada hakikatnya Haji adalah wukuf di Arafah. Barangsiapa melaksanakan ibadah haji namun tidak melakukan wukuf di Arafah maka hajinya dianggap tidak sah. Pada hari Arafah Allah mengampuni dosa-dosa hambaNya yang memohon ampunan, Allah singkirkan segala keburukan, dan Allah subhanahu wata'ala bebaskan hamba-hambaNya yang Dia kehendaki dari api neraka.
Diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu anha, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
Artinya: "Tiada hari di mana Allah banyak membebaskan hambanya dari api neraka lebih banyak dari hari Arafah. Sesungguhnya Allah mendekati hamba-Nya lalu memamerkan dan membangga-banggakan mereka di hadapan malaikat seraya berfirman apa yang mereka inginkan?" (HR. Muslim dari Aisyah radhiallahu anha).
Pada hari Arafah, para jamaah haji dan juga yang tidak sedang melaksanakan haji diperintahkan untuk memperbanyak doa sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan doa yang diutamakan adalah kita membaca:
لا إلهَ إلَّا اللهُ وحدَهُ لَا شرِيكَ لَهُ، لَهُ الملْكُ، ولَهُ الحمْدُ، وهُوَ عَلَى كُلِّ شيءٍ قديرٌ
Artinya: "Tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu."
Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda:
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Sebaik baik doa adalah doa pada hari Arafah, dan sebaik baik doa yang aku baca dan juga para Nabi sebelum aku adalah:
لا إلهَ إلَّا اللهُ وحدَهُ لَا شرِيكَ لَهُ، لَهُ الملْكُ، ولَهُ الحمْدُ، وهُوَ عَلَى كُلِّ شيءٍ قديرٌ
Pada hari Arafah, kita juga disunahkan untuk berpuasa bagi yang tidak sedang melaksanakan wukuf di Arafah. Karena puasa pada hari Arafah dapat menghapus dosa-dosa selama dua tahun, yaitu setahun sebelumnya dan setahun setelahnya. Hadis Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam menyatakan :
Artinya : "Puasa hari Arafah aku berharap kepada Allah dapat menghapuskan (dosa) tahun sebelum dan tahun sesudahnya. Dan puasa hari Asyura aku berharap kepada Allah dapat menghapus (dosa) tahun sebelumnya" (HR. Muslim, no. 1162).
Jamaah jumat yang dirahmati Allah. Mari kita sama sama camkan empat keutamaan hari Arafah ini, mari jangan kita lewatkan puasa pada hari Arafah yaitu tanggal Sembilan Dzulhijjah dan hari Asyura, yaitu tanggal sepuluh Muharram. Karena fadhilahnya sangat besar dan agar kita mendapatkan kemulyaan-kemulyaan dari Allah subhanahu wata'ala.
Jamaah jumah yang dimuliakan Allah SWT. Betapa agungnya peristiwa hari Arafah ini. Kita dapat saksikan pada hari yang sama, waktu yang sama, jamaah haji dari seluruh penjuru dunia berkumpul ditempat yang sama yaitu padang Arafah. Mereka mengenakan pakaian ihram yang hanya terdiri dari dua helai kain putih, baik yang kaya atau miskin, yang raja atau rakyat jelata, yang bergelar profesor atau yang berprofesi tukang bubur.
Bersama-sama memohon ampunan dari Allah subhanahu wata'ala, bermunajat menengadahkan tangan mereka sambil berlinang air mata, menangis rindu kepada Allah, merasakan betapa Agungnya Allah subhanahu wata'ala.
Fudhail ibn 'Iyyad tatkala menyaksikan situasi di padang Arafah yang dipenuhi oleh hamba Allah bertanya kepada para santrinya: Apakah kalian tahu, sekiranya mereka datang kepada seseorang, meminta uang recehan, apakah kira-kira akan diberi? mereka menjawab tidak.
Sesungguhnya ampunan Allah lebih mudah didapatkan dari pada uang recehan dari seseorang. Abdullah ibn Umar radhiallahu anhu juga berkata: Apakah pada hari Arafah yang Agung ini kalian meminta kepada selain Allah?
Karena itu wahai kaum muslimin yang dimuliakan Allah. Mari jangan sia-siakan waktu yang sangat berharga ini, untuk memohon ampunan dari Allah subhanahu wata'ala. Memohon segala kebaikan kita dan keluarga, agama dan bangsa serta umat Islam dimanapun berada, agar kita termasuk orang-orang yang mendapatkan kemenangan dunia dan akhirat.
Jamaah jumah yang dirahmati Allah, tanggal 10 Dzulhijjah adalah hari raya kita, hari Idul Adha. Dimana kita diperintahkan untuk melaksanakan salat Idul Adha dan mensyi'arkannya. Selepas itu kita diperintahkan menyembelih hewan qurban.
Artinya : "Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah, sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah)."
Pada hari Idul Adha dan tiga hari Tasyriq berikutnya, kita gunakan kesempatan ini untuk berkurban bagi yang lapang. Menyembelih hewan qurban merupakan syiar agama Islam. Sehingga kaum dhuafa yang kesehariannya kesulitan untuk mengkonsumsi daging, pada hari Idul Adha ini dapat merasakan lezatnya daging segar. Agar tambah kuat iman mereka serta bersyukur kepada Allah atas kenikmatan-kenikmatan tersebut.
Sudah barang tentu, menyembelih hewan Qurban ada tuntunan syariatnya. Karena itu sebelum melaksanakan penyembelihan, wajib hukumnya kita mengetahui syarat rukunnya. Jika hewan yang kita sembelih adalah unta, maka wajib telah berusia lima tahun. Jika yang kita sembelih adalah sapi, maka wajib telah berusia dua tahun, dan jika yang kita sembelih adalah domba, maka harus telah berusia satu tahun penuh.
Hewan-hewan yang kita sembelih itu juga harus sehat, tidak sedang sakit, utamanya saat ini sedang mewabah penyakit hewan yang dikenal dengan Penyakit Mulut dan Kuku. Maka pastikan hewan yang akan kita sembelih terbebas dari PMK ini. Hewan qurban juga harus selamat dari cacat. Seluruh anggota badannya utuh tidak ada yang kurang. Ada empat hal yang harus kita hindari sebagaimana tuntunan dari Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam:
Artinya: "Ada empat macam hewan ternak yang tidak boleh dijadikan hewan kurban: yang buta sebelah yang jelas butanya, yang sakit, yang jelas sakitnya, yang retak (tulang), yang tidak ada sumsumnya, dan yang pincang yang jelas kepincangannya."
Jamaah jumah yang dimuliakan Allah SWT. Mudah mudahan khutbah singkat ini dapat memberi manfaat utamanya bagi diri khatib sendiri dan bagi kita semuanya.
(FAJR/Humas dan Media Masjid Istiqlal)
5. Mari Berkurban Raih Pahala dan Keutamaannya
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ وَالْاِحْسَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمِ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَايَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ، اَلْكَرِيْمِ الَّذِيْ تَأَذَّنَ بِالْمَزِيْدِ لِذَوِي الشُّكْرَانِ. أَحْمَدُهُ حُمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانِ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ
أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ، عَالِمُ الظَّاهِرِ وَمَا انْطَوَى عَلَيْهِ الْجَنَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah ad Syukur alhamdulillah mari kita tanamkan dalam hati dan kita ucapkan dengan lisan, sebagai kata kunci pertama atas segala nikmat dan karunia yang Allah swt berikan kepada kita semua, khususnya nikmat iman dan sehat, sehingga kita bisa terus istikamah dalam mengerjakan ibadah wajib satu pekan satu kali ini, yaitu salat Jumat.
Semoga ibadah yang kita lakukan menjadi ibadah yang diterima oleh-Nya. Shalawat dan salam mari kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala alihi wa sahbihi, yang telah sukses menjalankan visi misi dakwahnya dalam menyebarkan ajaran Islam yang penuh dengan kedamaian dan kasih sayang dalam bingkai rahmatan lil 'alamin, beserta para sahabat, keluarga, dan semua pengikutnya yang senantiasa berusaha untuk mengikuti seluruh jejak langkahnya.
Selanjutnya, melalui mimbar yang mulia ini, khatib mengajak kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang turut hadir pada pelaksanaan salat Jumat ini, untuk terus berusaha dan berupaya dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, karena hanya dengan modal takwa, kita semua bisa menjadi hamba yang selamat di dunia dengan karunia-Nya, dan selamat di akhirat dengan rahmat-Nya.
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah. Salah satu media untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt adalah dengan cara terus berusaha untuk meriah cinta dan kasih sayang-Nya. Caranya adalah dengan istiqamah melakukan semua yang diperintahkan, baik perintah yang wajib, seperti salat, puasa, zakat, dan lainnya, ataupun yang sunnah, seperti berkurban pada hari raya idul Adha.
Dengan cara itulah, maka Allah akan cinta kepada kita semua. Hal ini sebagaimana yang disebutkan oleh nabi dalam salah satu hadisnya, yaitu:
مَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ
Artinya: "Tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang telah aku wajibkan baginya. Dan tidaklah mendekatkan diri kepada-Ku dengan perbuatan-perbuatan sunnah hingga Aku mencintainya." (HR Bukhari).
Perbuatan sunnah yang bisa kita lakukan sangat banyak macamnya, dan salah satunya adalah dengan cara berkurban. Berkurban merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan dalam Islam (sunnah muakkad). Hal ini sebagaimana telah ditegaskan dalam Al-Qur'an, Allah swt berfirman:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2)
Artinya: "Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)." (QS Al-Kautsar [108]: 1-2).
Berdasarkan ayat ini, kita semua sangat dianjurkan untuk berkurban setelah menunaikan salat hari raya idul Adha, baik dengan unta, sapi, kambing, ataupun domba. Adanya anjuran itu tidak lain selain sebagai bentuk syukur kepada Allah swt atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita semua.
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah Berkurban pada hari raya Idul Adha memiliki nilai keutamaan dan kemuliaan yang sangat tinggi, dan merupakan salah satu perbuatan yang sangat disenangi oleh Allah swt. Karenanya, Allah segera mempersiapkan pahala kepada orang-orang yang berkurban, walaupun pisau baru digesekkan pada leher hewan tersebut, bahkan sebelum darahnya membasahi tanah.
Hal itu merupakan balasan atas ketaatan orang-orang yang berkurban dalam memenuhi seruan dari Allah. Dalam salah satu haditsnya, nabi bersabda:
مَا عَمِلَ آدَمِىٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِى فَرْثِهِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ فِى الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
Artinya: "Tidak ada amalan yang dilakukan oleh manusia pada hari raya kurban, yang lebih dicintai oleh Allah selain menyembelih hewan (berkurban). Sesungguhnya, hewan kurban itu pada hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulu, dan kuku-kukunya. Dan sungguh, sebelum darah kurban itu mengalir ke tanah, pahalanya telah diterima di sisi Allah. Karenanya, lapangkanlah jiwa kalian untuk melakukannya." (HR at-Tirmidzi).
Selain keutamaan ini, Syekh Abdul Qadir al-Jilani dalam salah satu karyanya, yang berjudul al-Ghunyah li Thalibi Thariqi al-Haq, menjelaskan bahwa suatu saat Nabi Daud pernah bertanya kepada Allah perihal pahala atau balasan yang akan didapatkan oleh umat Nabi Muhammad yang berkurban. Kemudian Allah menjawab:
ثَوَابُهُ أَنْ أَعْطِيَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ عَلىَ جَسَدِهَا عَشْرَ حَسَنَاتٍ وَأَمْحُوْ عَنْهُ عَشْرَ سَيِّئَاتٍ وَأَرْفَعُ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ. أَمَّا عَلِمْتَ يَا دَاوُدَ أَنَّ الضَّحَايَا هِيَ الْمَطَايَا وَأَنَّ الضَّحَايَا تَمْحُوْ الْخَطَايَا
Artinya: "Pahalanya adalah bahwa pada setiap bulu dari hewan kurbannya, Aku beri dia sepuluh kebaikan, Aku hapus sepuluh dosa-dosanya, dan Aku angkat dia dengan sepuluh derajat. Ketahuilah wahai engkau Daud, bahwa sesungguhnya hewan kurban itu adalah kendaraan dan sungguh hewan kurban itu adalah penghapus kesalahan-kesalahan."
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah Itulah beberapa kemuliaan dan pahala yang akan diberikan oleh Allah kepada kita semua jika berkurban. Oleh karenanya, mari pada momentum hari raya Idul Adha kali ini kita jadikan ajang untuk sama-sama berkurban dalam rangka memenuhi seruan Allah.
Selain karena kemuliaan dan pahala yang sangat banyak, juga agar tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, karena anjuran ini hanya satu kali dalam setiap tahunnya, yaitu setelah salat salat idul Adha (10 Dzulhijjah) hingga terbenamnya matahari pada tanggal 13 Dzulhijjah.
Demikian khutbah Jumat perihal keutamaan dan pahala yang akan didapatkan oleh orang-orang yang berkurban. Semoga bisa membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua, dan digolongkan sebagai hamba yang istikamah dalam menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya. Amin ya rabbal alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
(Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur)
Demikian kumpulan khutbah Jumat tema Idul Adha dan perayaan kurban yang bisa menjadi referensi bagi petugas Salat Jumat. Semoga membantu ya!
(csb/csb)