Mengenal Ki Hajar Dewantara, Pejuang di Bidang Pendidikan Indonesia

Mengenal Ki Hajar Dewantara, Pejuang di Bidang Pendidikan Indonesia

Dian Fadilla - detikSumbagsel
Rabu, 01 Mei 2024 23:00 WIB
ilustrasi ki hajar dewantara
Foto: Ki Hajar Dewantara, pejuang di bidang pendidikan Indonesia (Fuad Hasyim/detikcom)
Palembang -

Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tak lepas dari peran Ki Hajar Dewantara. Ia juga dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Berikut profil Ki Hajar Dewantara, pejuang di bidang pendidikan Indonesia yang wajib diketahui.

Sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasanya terhadap dunia pendidikan Indonesia, maka setiap tahun akan diperingati Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 2 Mei. Tanggal tersebut diambil dari hari lahirnya Ki Hajar Dewantara yaitu 2 Mei 1889.

Profil Ki Hajar Dewantara

Dikutip buku Ki Hajar Dewantara "Pemikiran dan Perjuangannya" karya Suhartono Wiryopranoto dkk, nama lahir Ki Hajar Dewantara adalah RM Soewardi Soerjaningrat pada 2 Mei 1889, di Yogyakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia merupakan putra dari GPH Soerjaningrat atau cucu Sri Paku Alam III yang merupakan keluarga bangsawan Pakualaman. Meski demikian, Soewardi Soerjaningrat merupakan sosok yang sedergana dan sangat dekat dengan rakyat.

Kemudian, ia memutuskan untuk mengganti namanya menjadi Ki Hajar Dewantara dan melepas gelar bangsawannya agar ia dapat lebih mendekatkan diri dengan masyarakat.

ADVERTISEMENT

Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Sebagai seseorang yang lahir di keluarga bangsawan, Soewardi Soerjaningrat bersekolah di ELS (Europeesche Lagere School), yaitu Sekolah Rendah untuk anak-anak Eropa. Lalu Soewardi Soerjaningrat sempat mengenyam pendidikan di Sekolah Dokter Jawa, atau STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Artsen). Namun karena masalah kesehatannya, Ki Hajar Dewantara tidak sempat menamatkan pendidikannya di sekolah ini.

Karirnya sebagai Jurnalis

Soewardi Soerjaningrat sempat menggeluti bidang jurnalisme. Ia berkarir pada beberapa surat kabar dan majalah yaitu: Sediotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.

Ia memuncaki karirnya sebagai jurnalis ketika tulisannya yaitu "Als ik eens nederlander was" diterbitkan pada Juli 1913. Tulisan itu berisi sindiran kepada pemerintahan Belanda dan tercetak 5.000 eksemplar.

Diasingkan ke Belanda

Karena tulisannya yang tajam kepada pemerintahan Belanda, Soewardi Soerjaningrat bersama rekannya yaitu dr. Cipto Mangunkusumo, dan Dr. E.F.E. Douwes Dekker akan dibuang oleh Belanda. Soewardi Soerjaningrat ke Bangka, dr. Cipto Mangunkusumo ke Banda Neira, dan Dr. E.F.E Douwes Dekker ke Timor Kupang. Namun mereka bertiga menolak dan meminta agar dibuang ke Belanda.

Dalam masa pembuangannya, Soewardi Soerjaningrat banyak mengikuti kursus-kursus untuk memperdalam ilmunya dan berhasil mendapatkan Akte Guru Eropa dalam pendidikan Paedagogie pada Juni 1915.

Di Belanda, Soewardi Soerjaningrat mempelajari masalah pendidikan dan pengajaran dan dari sinilah ia mendapatkan semangat dan pencerahan mengenai pendidikan.

Mendirikan Taman Siswa

Setelah melalui berbagai rintangan seperti pembuangan dan dipenjara, Soewardi Soerjaningrat berhasil menimbulkan pemikiran baru tentang bagaimana cara dan jalannya untuk menuju Kemerdekaan Indonesia.

Soewardi Soerjaningrat mempercayai bahwa kemerdekaan dapat diraih dengan bangsa yang memiliki jiwa merdeka dan jiwa nasional, maka dari itu perlu penanaman jiwa merdeka sejak masa anak-anak.

Lalu pada 3 Juli 1922, Soewardi Soerjaningrat dan rekan-rekannya mendirikan "Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa" dan membuka bagian Taman Anak atau Taman Lare, yaitu pendidikan setingkat Taman Anak-Anak. Lalu pada 7 Juli 1924 menyusul mendirikan pendidikan tingkat SMP yaitu "Mulo Kweekshool". Pada tahun 1928, anak-anak yang tamat dari Muloo Kweekshool dapat masuk ke AMS (Algemee Middelbare School) yang setingkat SMA Negeri hampir mencapai 70%.

Taman Siswa yang didirikan sukses mengajarkan dasar-dasar pendidikan yang memerdekakan dan meletakkan dasar-dasar sistem pendidikan di Indonesia.

Perjuangan dan Peran Ki Hajar Dewantara

Berikut merupakan perjuangan Ki Hajar Dewantara pada masa Pemerintahan Balatentara jepang hingga Pemerintahan RI.

  • Anggota "Empat Serangkai" bersama Bung Karno, Bung Hatta, dan K.H. Mas Mansyoer, mendirikan dan memimpin "Pusat Tenaga Rakyat" (Oktober 1942).
  • Anggota "Tjuo Sangiin" yaitu Badan Pertimbangan Dai Nippon (Oktober 1943) dan sebagai "Kenkoku Gakuin Kyozu" (22 April 1944).
  • "Naimubu Bunkyo Kyoku Sanyo (Penasehat Departemen Pendidikan Pemerintah Balatentara Jepang)-1 Desember 1944.
  • Anggota "Dokuritzu Jumbi Chosakai" atau "Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia" disingkat BPUPKI, kemudian menjelma menjadi "Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia" disingkat PPKI (29 April 1945) dan "Naimubu Bunkyu Kyokucho (15 Juli 1945).
  • Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan pada Kabinet RI yang pertama (19 Agustus-15 November 1945).
  • Ketua Panitia Penyelidikan Pendidikan dan Pengajaran RI (15 Februari 1946).
  • Ketua Panitia Pembantu Pembentukan Undang-Undang Pokok Pendidikan (1946).
  • Mahaguru Sekolah Polisi RI, Mertoyudan, Magelang (1 Agustus 1946).
  • Dosen Akademi Pertanian Yogyakarta (1 Februari 1947).
  • Anggota Dewan Pertimbangan Agung RI (23 Maret 1947).
  • Anggota Majelis Pertimbangan Pengajaran Agama Islam di Sekolah Rakyat Negeri Yogyakarta (10 April 1947).
  • Anggota Dewan Kurator Akademi Pertanian/Kehutanan RI (27 Maret 1948).
  • Pencetus dan Ketua Panitia Pusat Peringatan 40 Tahun Hari Kebangunan Nasional di Yogyakarta (20 Mei 1948).
  • Ketua Dewan Pertimbangan Agung RI (6 Juni 1949).
  • Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung RI (1 Juli 1949).
  • Ketua Panitia Asahan-Selatan dan Labuhan Ratu (21 November 1949).
  • Anggota Panitia Perencana Lambang Negara RIS (16 Januari 1950).
  • Anggota Badan Pertimbangan RI (6 November 1951) .
  • Anggota DPR RIS-DPRS RI (17 Agustus 1950-1 April 1954).
  • Anggota Kehormatan Dewan Guru Besar Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (6 Februari 1957).
  • Ketua Panitia Pusat Peringatan Hari Kebangkitan Nasional di Jakarta (20 Mei 1952).

Itulah profil Ki Hajar Dewantara, sang Tokoh Pendidikan Indonesia serta perjuangannya dalam dunia pendidikan di Indonesia. Semoga bermanfaat.

Artikel ini ditulis oleh Dian Fadilla, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(dai/dai)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads