Tradisi 'Bantai Adat' Merangin Sambut Ramadan dengan Sembelih 84 Kerbau

Jambi

Tradisi 'Bantai Adat' Merangin Sambut Ramadan dengan Sembelih 84 Kerbau

Ferdi Almunanda - detikSumbagsel
Minggu, 10 Mar 2024 19:30 WIB
Tradisi Bantai Adat
Foto: Tradisi Bantai Adat (Dok. Diskominfo Jambi)
Merangin -

Pemerintah Kabupaten Merangin Jambi terus melestarikan tradisi 'Bantai Adat' atau sembelih kerbau dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan 1445 hijriah. Tradisi lama sejak masa nenek moyang dulu itu terus dijaga dan dilestarikan oleh warga dan Pemkab Merangin Jambi.

Tradisi ini dilaksanakan oleh warga di Kecamatan Tabir, Merangin Jambi. Dalam tradisi itu, ada sebanyak 84 ekor kerbau disembelih dan dagingnya dijual ke seluruh warga di sana dengan harga yang terjangkau.

"Jadi 84 kerbau ini berasal dari berbagai desa di Kecamatan Tabir. Tradisi membantai adat merupakan tradisi masyarakat di kawasan Tabir yang mana sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang ratusan tahun lalu dalam menyambut bulan Ramadan," kata Sekretaris Daerah Merangin, Fajarman, Sabtu (10/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fajarman menyebut, tradisi lama sambut Ramadan itu sudah dilakukan sejak masa lampau sebagai bentuk meriahkan kedatangan bulan penuh berkah. Bahkan dalam tradisi ini sudah lebih diperbarui hingga dijadikan oleh Pemkab Merangin sebagai festival tahunan jelang Ramadan.

"Karena tradisi ini sudah diakui jadi festival tahunan menjadi agenda budaya yang semakin berkembang di masyarakat. Ini juga sudah diusulkan menjadi agenda tahunan nasional," ujar Fajarman.

ADVERTISEMENT

Nantinya, kata Fajarman, kerbau yang disembelih itu akan dijual dengan harga yang terjangkau buat warga untuk memenuhi kebutuhan sahur hingga berbuka puasa selama Ramadan. Tradisi lama ini kini juga sudah semakin berkembang di era zaman sekarang.

Dulunya, tradisi ini banyak dihadiri oleh kalangan usia tua. Namun kini, tradisi ini sudah dipopulerkan menjadi festival tahunan yang dibalut dengan pertunjukan seni budaya, dan melestarikan kuliner tradisional serta parade pakaian tradisional.

"Menariknya pada festival ini baik anak-anak maupun orang tua yang hadir, semuanya mengenakan baju baru seperti saat merayakan Hari Raya Idul Fitri begitu. Namun yang pasti festival ini hanya sebagai wujud rasa kegembiraan masyarakat setempat dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan," terang Fajarman.

Dia berharap agar masyarakat di Merangin bisa terus menjaga tradisi tersebut, karena ini juga menjadi bagian suka cita menyambut Ramadan bagi masyarakat setempat.




(dai/dai)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads