Gencatan senjata antara pasukan Israel dan Hamas berlaku selama empat hari sejak Jumat (24/11/2023). Kesempatan itu dimanfaatkan warga Gaza untuk kembali ke tempat tinggal mereka yang ada di bagian utara Jalur Gaza. Namun, pasukan Israel mencegah warga sipil untuk masuk ke area tersebut.
Dikutip detikcom dari Al Jazeera, upaya pencegahan itu bahkan memakan korban. Setidaknya ada dua warga sipil yang tewas serta 11 luka-luka akibat serangan tentara Israel. Para korban itu diketahui berusaha kembali ke rumah mereka di area Beit Lahiya.
Pihak militer Israel dengan tegas memperingatkan warga sipil Palestina untuk tidak masuk ke wilayah utara meski gencatan senjata sedang berlangsung. Sebab, wilayah tersebut merupakan daerah tempur dan terdapat kamp militer.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Warga Gaza, pergerakan penduduk dari selatan Jalur Gaza ke utara tidak diizinkan dengan cara apa pun. Kami mengimbau Anda untuk tidak mendekati pasukan militer dan area-area sebelah utara Lembah Gaza," imbau juru bicara militer Israel, Avichay Adraee dalam pernyataan di X seperti dikutip detikcom.
"Area utara Jalur Gaza adalah zona pertempuran dan dilarang untuk tinggal di sana. Perang belum berakhir dan kami mengimbau Anda untuk mematuhi instruksi dan peringatan demi keselamatan Anda," imbuhnya.
Koresponden Al Jazeera, Mohammed Jamjoom melaporkan bahwa militer Israel memperkirakan Hamas akan berusaha menyerukan agar warga sipil kembali ke bagian utara Jalur Gaza. Untuk mencegah hal itu, pihak Israel memberi peringatan melalui selebaran ke warga sipil di selatan Jalur Gaza.
Sementara itu, jurnalis Associated Press melaporkan bahwa memang ada dua mayat dan sejumlah korban luka akibat serangan pasukan Israel berkaitan dengan pencegahan tersebut. Para korban telah dibawa ke rumah sakit setempat.
Gencatan senjata ini menjadi yang pertama kali dilakukan dalam dua bulan terakhir konflik Israel-Hamas.
(des/des)