.webp)
Israel menyerang kompleks gereja tertua di Gaza. Gereja Ortodoks Yunani Saint Porphyrius itu dimanfaatkan sebagai tempat pengungsian warga Jalur Gaza. Akibat serangan ini, korban tewas pun berjatuhan.
Dikutip detikcom dari AFP dan Reuters, saksi mata menyebutkan bahwa Israel menyerang sasaran yang memang sangat dekat dengan gereja tersebut pada Kamis (19/10/2023) waktu setempat. Serangan udara itu pun menghancurkan bagian depan gereja dan beberapa bangunan di sekitarnya.
 Gereja Ortodoks Saint Porphyrius Gaza. REUTERS/Mohammed Al-Masri Foto: REUTERS/STRINGER |
"Menargetkan gereja-gereja dan lembaga-lembaganya, serta tempat perlindungan yang mereka sediakan untuk melindungi warga yang tidak bersalah terutama anak-anak dan perempuan yang kehilangan rumah mereka akibat serangan udara Israel di wilayah permukiman selama 13 hari terakhir, merupakan kejahatan perang yang tidak dapat diabaikan," ungkap Patriarkat Ortodoks Yerusalem dalam pernyataan resmi, Jumat (20/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Gereja Ortodoks Saint Porphyrius Gaza. REUTERS/Mohammed Al-Masri Foto: REUTERS/STRINGER |
Gereja Saint Porphyrius sendiri diketahui merupakan gereja tertua di Gaza dan masih digunakan hingga saat ini. Selama rentetan serangan Israel, gereja itu digunakan sebagai tempat pengungsian oleh warga dari berbagai latar belakang, baik keluarga Muslim maupun Kristiani.
 Gereja Ortodoks Saint Porphyrius Gaza hancur diserang. Foto: ABC Australia |
Sementara itu, mengutip Al Jazeera, para korban yang selamat dari ledakan itu pun kebingungan mencari tempat berlindung lain. Apalagi melihat kenyataan bahwa tempat pengungsian mereka di gedung gereja itu, yang seharusnya aman, ternyata tak luput juga dari serangan udara.
"Ke mana saya harus pergi sekarang? Tidak ada tempat tinggal," ratap salah seorang warga yang tak disebutkan namanya.
Diketahui sebanyak 8 orang tewas dalam kejadian itu. Sementara puluhan lainnya mengalami luka-luka. Terdapat anak-anak di antara korban tewas dan luka-luka tersebut.
(des/des)
