Budiman Sudjatmiko menyebutkan bahwa saat ini Ganjar merupakan pemimpin yang populis. Di poros yang lain, Anies Baswedan cenderung intelektualistik. Sedangkan Prabowo, berbeda dengan Pilpres 2014, kini tak elitis lagi.
"Pak Ganjar bukan politikus buruk ya. Pak Ganjar juga punya magnetic power. Dia punya kebaikan yang mempesona dan memikat. Bukan, ini bukan soal baik atau buruk, ini soal tepat tidaknya. Kalau Pak Ganjar muncul di tahun 2014, itu mungkin tepat," katanya seperti dilansir dari detikX.
Politisi yang telah dipecat oleh Megawati Soekarnoputri dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tersebut menilai bahwa keputusan PDIP mengusung Ganjar Pranowo merupakan tindakan yang keliru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya, itu keliru. Mungkin pendekatan populistik di 2014 cocok. Karena memang lawannya waktu itu Pak Prabowo itu agak-agak elitis ya. Sehingga mencari antitesisnya ya yang populis, itu cocok. Makanya muncul Pak Jokowi," ujarnya.
Menurut eks Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik tersebut, saat ini Ganjar merupakan pemimpin yang populis. Di poros yang lain, Anies Baswedan cenderung intelektualistik. Sedangkan Prabowo, berbeda dengan Pilpres 2014, kini tak elitis lagi.
"Pak Prabowo itu sosok yang strategis. Saya pikir, dalam menghadapi seperti ini, ya kita butuh kepemimpinan strategis. Bahwa kemudian ternyata bukan dari partai saya, it's okay," tuturnya.
Atas sikapnya ini, Budiman merasa biasa saja diserang dengan julukan sebagai 'pembelot', 'kader kaleng-kaleng', atau bahkan 'celeng'. Pada 1990-an, dia pernah merasakan beban yang lebih berat. Bahkan risikonya adalah kehilangan nyawa. Namun, yang banyak orang tak tahu, ada beberapa kader PDI Perjuangan yang diam-diam mendukungnya.
"Ada diskusi dengan beberapa teman. Nggak perlu saya sebutkan siapa. Dan ketika terjadi pun, banyak juga teman PDI Perjuangan di DPR RI secara diam-diam bilang bahwa keputusan saya sudah benar," ujarnya.
Artikel ini dilansir dari detikX dengan judul "Keputusan Megawati Memilih Ganjar Itu Keliru"
(bpa/bpa)