Seorang wali murid di Bengkulu mengeluh lantaran anaknya menjadi korban perundungan (bullying) di sekolah. Perundungan itu tidak hanya dilakukan oleh sesama siswa, tetapi juga oleh oknum guru.
Pelajar perempuan kelas XII IPA di sebuah SMA Negeri di Kota Bengkulu itu mengalami perundungan sejak duduk di bangku kelas X. Korban berinisial K itu sudah mengalami perundungan selama 3 tahun. Parahnya, perundungan dilakukan juga oleh oknum guru.
"Anak saya mengalami perundungan sehingga mengakibatkan anak saya takut ke sekolah. (Perundungan) membuat kesehatan anak saya jadi menurun, karena sejak 2017 lalu didiagnosa autoimun," ungkap HM, orang tua K, kepada detikSumbagsel, Senin (31/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
HM mengatakan, perundungan itu terungkap setelah anaknya harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit akibat autoimun serta dampak bullying yang diterimanya.
"Karena khawatir kondisi kesehatan psikologis anak, kami melaporkan ke pihak sekolah dan meminta pihak sekolah untuk menyelesaikan persoalan anak kami yang mengalami perundungan oleh oknum guru serta kawan-kawan anak kami," jelas HM.
Sementara itu, terungkap bahwa sekolah yang dimaksud adalah SMA Negeri 9 Bengkulu. Kepala SMAN 9 Bengkulu Basuki Dwiyanto mengakui adanya perundungan yang dilakukan 4 oknum pengajar serta belasan siswa-siswi terhadap korban K.
Atas kejadian itu, Basuki mengaku bahwa pihak sekolah telah melakukan mediasi antara orang tua korban dengan oknum yang diduga merundung korban.
"Dia (K) ingin menyampaikan keinginan yang baik, tapi mungkin caranya yang kurang pas. Dari teman-teman guru atau teman-teman staf usaha ketika memperlakukan anak (K) kurang pas, sebenarnya tidak ada niatan untuk membullying anak-anak kita," ujar Basuki, Senin (31/7/2023).
Dengan adanya peristiwa perundungan ini, Basuki berharap pihak sekolah, baik tenaga pendidik maupun anak didik di lingkungan SMAN 9 Bengkulu, menjadikannya pelajaran agar tidak diulangi kembali. Ia menegaskan, tidak boleh ada tindakan perundungan atau kegiatan yang dapat merugikan atau bahkan mengakibatkan dampak sosial yang tidak baik bagi anak didik.
"Hasil mediasi ini kita lakukan dengan mempertemukan kedua belah pihak, yang kemudian diakhiri dengan permohonan maaf dari oknum guru maupun siswa-siswi yang diduga melakukan bullying," tutup Basuki.
Kendati sudah ada permintaan maaf dari pelaku, pihak sekolah tetap berencana melakukan pembinaan terhadap 4 orang tenaga pendidik berikut dengan belasan siswa yang terlibat dalam perundungan pada korban K.
(des/mud)