Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyoroti banyak tenaga kesehatan masih enggan membagikan ilmunya. Imbasnya, kualitas dan mutu tenaga kesehatan antar daerah belum merata.
"Masalah-masalah itu mungkin tidak dialami di kota besar, tetapi di kota-kota pinggiran kan jauh, harusnya sikap yang baik dari KTKI (Konsil Tenaga
Kesehatan Indonesia) adalah diajarin. Saya minta KTKI cari cara bagaimana bisa melayani masyarakat dengan mengatur dan menata ulang supaya kompetensi ini merata," terangnya seperti dilansir detikNews.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misalnya, kasus pada dokter spesialis obgyn. Tidak semua puskesmas memiliki dokter spesialis obgyn, sehingga diperlukan 'shared competency' agar bidan dan tenaga kesehatan lain bisa melakukan sejumlah praktik yang biasa dilakukan obgyn, termasuk USG, agar pelayanan masyarakat tidak terhambat tanpa mengesampingkan keselamatan pasien.
Menkes meminta adanya perlakuan pembinaan serta pengembangan kompetensi tenaga kesehatan dengan lebih sistematis, terstruktur dan rutin. Tenaga kesehatan yang ada saat ini memiliki pengalaman dan standar kompetensi berbeda-beda. Karenanya, perlu dilakukan pembinaan dan pengembangan dari KTKI agar kualitas nakes meningkat.
"Sekarang pemerintah sedang menyiapkan caranya supaya bisa terus menerus meningkatkan kompetensi dan kualitasnya, karena mereka garda terdepan pelayanan kesehatan," tegas Menkes.
Hal mendasar lain yang disoroti Menkes yakni fasilitas kesehatan di daerah terpencil yang tidak sama dengan perkotaan. Secara khusus, Budi Gunadi Sadikin menyinggung soal tenaga kesehatan yang tidak merata menjadi tantangan pemerintah ke depan.
Penyebaran dokter dan dokter spesialis yang tidak merata menjadi tantangan pemerintah dalam menyiapkan fasilitas kesehatan bagi seluruh warga Indonesia. Ketidakmerataan ini disebut Menkes juga dipicu oleh minimnya jumlah dokter spesialis di Tanah Air, banyak puskesmas bahkan tidak memiliki dokter spesialis gigi.
"Di Puskesmas misalnya, ada Puskesmas yang tidak ada dokter gigi, adanya asistennya saja. Kemudian, Puskesmas di daerah seperti Nias dan Kalimantan itu baru 50 persen yang punya dokter gigi. Dokternya juga kurang. Kalau terjadi kecelakaan atau patah tulang susah, mereka sulit buat mendapatkan layanan kesehatannya. Tak jarang harus ke luar daerah yang jaraknya jauh," terangnya.
Artikel ini dilansir dari detikHealth dengan judul "Titah Menkes untuk Atasi Minimnya Dokter Spesialis di RI"
(bpa/bpa)