Penampilan musik Marawis dalam peresmian Gereja Katolik Paroki Santo Yoseph, Muara Enim menuai pro dan kontra. Polisi menganggap sebagai bentuk kerukunan antarumat beragama, sementara MUI menyesalkan.
Video peresmian sebuah gereja di Lawang Kidul, Tanjung Enim, Muara Enim pada Rabu (19/7) sempat membuat heboh jagad maya.
Dalam video berdurasi 39 detik itu nampak beberapa pria dan wanita berpakaian putih sedang berada di atas panggung memainkan alat musik jenis rebana. Terdengar juga suara lantunan musik Marawis yang dimainkan pemuda-pemudi tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polisi Menilai Bentuk Kerukunan Umat Beragama
Kapolres Muara Enim AKBP Andi Supriadi mengaku juga hadir dalam kegiatan tersebut. Menurutnya musik Marawis yang mengiringi kegiatan itu merupakan bentuk toleransi.
"Iya benar, jadi kegiatan ini tujuannya murni meningkat kerukunan (toleransi) antarumat beragama bagian menjaga kerukunan persatuan NKRI," kata AKBP Andi dikonfirmasi detikSumbagsel, Minggu (23/7/2023).
Ia menjelaskan acara ini bukan bagian dari kegiatan ibadah umat Nasrani, melainkan hanya seremonial peresmian gereja yang selesai direnovasi. Selain itu, yang hadir dalam acara itu ada tokoh lintas agama hingga pejabat.
"Acara ini, juga bukan kegiatan ibadah Nasrani, hanya peresmian pemugaran Gereja yang selesai dipugar yang dihadiri oleh Anggota DPR - RI, Forkopimda Muara Enim, Tokoh-tokoh agama Islam, Pemuka Agama Nasrani, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan insan pers, dan undangan lainnya," ungkap Andi.
Andi memastikan kegiatan tersebut digelar di halaman gereja, bukan dalam aula tempat umat Nasrani biasanya beribadah. Ia berharap tidak ada kesalahpahaman terkait keberadaan musik Marawis.
"Kami berharap, agar kegiatan peresmian tersebut ini tidak digoreng, karena tidak ada kegiatan ibadah maupun mencampuradukkan kaidah ajaran agama masing-masing. Marilah kita menjadi bagian yang menjaga dan memperkokoh kerukunan antar umat beragama, Bhinneka Tunggal Ika. Bukan malah menjadi pemicu oknum yang tidak bertanggung jawab," jelas Andi.
Seperti apa sikap MUI Sumatera Selatan, simak halaman selanjutnya...
MUI Sumatera Selatan Menyesalkan
Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumsel KH Ayik Farid Alay Idrus menyesalkan musik Marawis mengiringi peresmian gereja di Muara Enim. Ia menilai sudah di luar batas toleransi.
"Seharusnya itu tidak harus terjadi karena setiap Marawis pasti menyebut nama Allah SWT," kata , Senin (24/7/2023).
Menurutnya Marawis itu bersifat religius, sehingga tidak seharusnya dilantunkan di rumah ibadah umat agama lainnya.
"Kami pun menyesalkan kalau itu ada, tapi untuk yang akan datang dan ke depannya jangan sampai terjadi lagi," ungkapnya.
Menurutnya, toleransi antarumat beragama ada batasannya. Selama itu mengandung nilai-nilai syariah serta ibadah dan pemujaan kepada Allah, tidak bisa dijadikan alasan toleransı.
"Kalau dia mengandung tiga nilai tersebut, menurut pendapat kami tidak boleh (jadi media toleransi). Jadi diharapkan jika itu adalah hal yang khilaf. Ke depannya jangan terjadi lagi. Yang sudah terjadi jadikan suatu pelajaran dan jangan diulang lagi di waktu yang akan datang," ujarnya.