Fenomena aneh batu bisa berjalan sendiri di Racetrack Playa, dasar danau kering di Taman Nasional Death Valley, California, Amerika Serikat yang sempat membuat ilmuwan bingung bertahun-tahun akhirnya terpecahkan. Apa penyebabnya?
Selama bertahun-tahun perpindahan bebatuan melintasi area Death Valley dan meninggalkan jejak menakjubkan saat dilihat dari udara. Misteri ini baru terpecahkan pada 2014 lalu, setelah dipelajari sejak awal 1900-an.
Peneliti menemukan batu-batu itu digerakkan oleh panel-panel es tipis yang meleleh, dan didorong oleh angin sepoi-sepoi, di musim dingin. Namun ada sejumlah teori yang lebih fantastis yang menyebutkan ada keterlibatan medan magnet, hingga tanda-tanda kedatangan alien dari luar angkasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dikutip dari Earth Sky, Rabu (19/7/2023) pada Agustus 2014, sekelompok peneliti dibantu oleh Scripps Institution of Oceanography, NASA, dan sejumlah ilmuwan lainnya mengumumkan telah memecahkan misteri tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, Richard D. Norris dan sepupunya James M. Norris mengatakan bahwa pergerakan batu terjadi selama kombinasi kondisi yang langka di musim dingin.
![]() |
Untuk memungkinkan batu bergerak, harus ada lapisan air yang dangkal di dasar danau yang kering dan suhu malam hari yang cukup dingin untuk membentuk lapisan es yang tipis. Pada hari-hari cerah, pencairan menyebabkan es pecah menjadi panel-panel terapung besar yang didorong oleh angin sepoi-sepoi, kemudian mendorong bebatuan untuk memindahkannya, lalu meninggalkan jejak di gurun. Studi ini kemudian dipublikasikan di jurnal editor dan peer-review Plos One.
Norris bersaudara meluncurkan penyelidikan mereka terhadap batu berlayar. Saat itulah mereka mendirikan apa yang mereka sebut Slithering Stones Research Initiative. Mereka mendirikan stasiun cuaca di dekat Racetrack Playa dan sengaja menempatkan 15 batu yang telah dipasangi GPS.
Kemudian, mereka mengawasi bebatuan itu. Pada 4 Desember hingga 20 Desember 2013, bebatuan diketahui meluncur melintasi Racetrack Playa dengan kecepatan 3-5 meter per menit. Mereka juga melihat banyak contoh batu berlayar lainnya. Berkat penelitian ini, keduanya menjadi yang pertama di dunia menyaksikan secara langsung batu bergerak.
(mud/mud)