Ungkap Kasus Inses Ibu-Anak di Bukittinggi, Begini Penjelasan Walkot Erman

Ungkap Kasus Inses Ibu-Anak di Bukittinggi, Begini Penjelasan Walkot Erman

Tim detikSumut - detikSumbagsel
Jumat, 23 Jun 2023 20:30 WIB
Wali Kota (Walkot) Bukittinggi, Erman Syafar (Jeka Kampai/detikcom)
(Foto: Wali Kota (Walkot) Bukittinggi, Erman Syafar (Jeka Kampai/detikcom)
Jakarta -

Wali Kota Bukittinggi Erman Safar membuat heboh dengan mengungkap kasus inses atau persetubuhan sedarah antara ibu dan anak di wilayahnya. Ia memberikan penjelasan.

Erman mengaku pihaknya sangat fokus terhadap persoalan seks menyimpang tersebut. Ia ingin publik mengetahuinya agar menjadi perhatian bersama berbagai pihak.

"Begitulah faktanya. Kami, Kota Bukittinggi fokus ke permasalahan ini. Sudah lama terjadi dan tidak ada yang mengungkap. Kami ingin semua pihak menyadarinya. Kalau urusan (seperti) ini tidak akan selesai kalau hanya di pemerintahan dan Niniak Mamak saja. Butuh peran semua pihak sampai lingkungan terdekat," ungkap Erman.

Ia merasa miris masih banyak pihak yang tidak peduli dengan masalah ini. Lingkungan terdekat punya peran penting dalam mencegah hal serupa terjadi.

"Seharusnya, semua lini bergerak untuk menumpas penyakit masyarakat, termasuk daerah lain di Ranah Minang ini. Kalau kami diam, tak ada yang peduli. Sampai perilaku menyimpang menerpa keluarga terdekatnya, mereka baru sadar," katanya.

Erman berharap orang berperan lebih aktif mengedukasi tentang perilaku menyimpang, sejak dini kepada anak-anak. Pendidikan agama sudah harus tertanam lebih awal sebelum anak mengenal gadget.

"Kalau tidak, nanti kita akan menyesal seumur hidup. Mana yang dilarang, mana yang boleh dalam agama, sudah harus lebih awal diketahui oleh anak anak sebelum mereka mengakses media sosial termasuk youtube dan game. Ayo kita bergerak bersama. Masalah ini kalau disembunyikan, ibarat gelindingan bola salju," tutur dia.

Pemko Bukittinggi, kata Erman, sejak dua tahun terakhir gencar mengkampanyekan bahaya perilaku menyimpang. Seluruh SD dan SMP negeri diberikan tambahan muatan lokal. Mulai dari pelajaran BAM dan 4 pelajaran agama, Bahasa Arab, Aqidah Akhlak, Fiqih dan Sejarah Islam.

"Ini untuk benteng anak anak kita. Tapi bagaimana dengan kota kabupaten lain? Sampai kapan mau seperti ini? Orang berpikir di Minang ini baik baik saja. Padahal ngeri sekali," ungkapnya.




(mud/mud)


Hide Ads