Bangunan SD Negeri 2 Rantau Lurus (Filial) yang siswanya viral memakai payung saat belajar dalam kelas saat hujan akan segera diperbaiki bulan depan. Hal itu diungkapkan Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Purnomo.
Diketahui, sekolah itu berada di Dusun 5 SP5, Desa Simpang Tiga Abadi, Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten OKI, Sumatera Selatan (Sumsel).
Purnomo mengatakan bahwa pada tahun 2023 sudah ada alokasi dana untuk pembangunan sekolah tersebut. Namun, pembangunan atau perbaikannya sendiri belum dilaksanakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk pembangunan sekolah itu, jika tidak ada halangan bulan depan sudah mulai dilakukan. Pembangunan dua bulan sampai tiga bulan dari nol sampai finishing. Perbaikan pakai dana APBD," katanya dihubungi detikSumbagsel, Rabu (21/6/2023).
Saat pembangunan, kata Purnomo, murid-murid masih tetap bisa belajar karena ada satu lokal (ruang kelas) yang masih dapat dipakai. Jam belajar-mengajar akan diatur atau dibagi menjadi dua gelombang antara pagi dan siang. Harapannya, anak-anak masih bisa mengikuti proses belajar-mengajar sesuai target.
"Saat ini satu lokal sesuai dengan standar 28 siswa untuk satu kelas. Kalau lokalnya cukup, kita usahakan pagi semua. Jika tidak, maka kita siasati dengan (jam) siang," ujarnya.
Saat ini, tim dari Disdik OKI sudah menuju ke lokasi sekolah yang viral tersebut untuk melakukan verifikasi. "Sudah menugaskan tim ke lokasi untuk memverifikasi situasi yang ada di sana tentang kondisi di lapangan dan besok pagi sudah di sana," katanya.
Purnomo mengungkapkan bahwa SDN 2 Rantau Lurus merupakan sekolah filial atau sekolah jarak jauh. Induknya ada di SDN 3 Simpang Tiga, Desa Laya. Jarak sekolah induk dengan sekolah filial sejauh 35 kilometer.
Sekolah itu, kata Purnomo, dibangun pada tahun 2015, berbarengan dengan berdirinya desa di sana. Saat ini jumlah siswa di sekolah tersebut berjumlah 66 siswa dari kelas I hingga kelas VI.
"Untuk menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, kita wajib mengakomodir dan menampung seluruh murid di mana pun mereka berada, termasuk di daerah-daerah pelosok dan sebagainya. Maka dari itu, kita bentuk filial pecahan dari SD induknya untuk menampung 66 siswa itu," ujarnya.
Dia mengatakan bahwa jumlah guru ada 12 termasuk sekolah di induknya dengan PNS 3, dan yang lainnya honorer. "Untuk di SDN 2 itu ada 6 guru. Satu PNS dan sisanya honorer. Cukuplah untuk guru mengajar di sana," ungkapnya.
(des/des)