Curhat Anak Penyapu Jalan soal Gaji Ibunya Dipungli Pengawas DLHK Palembang

Sumatera Selatan

Curhat Anak Penyapu Jalan soal Gaji Ibunya Dipungli Pengawas DLHK Palembang

Welly Jasrial - detikSumbagsel
Senin, 12 Jun 2023 13:29 WIB
Penyapu Jalan Berbagi Sarapan dengan Pemulung Tuna Netra
Ilustrasi penyapu jalan (Foto: NetEase)
Palembang -

Seorang anak penyapu jalan curhat di media sosial mengenai gaji ibunya yang dipotong pengawas dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Palembang.

Dalam curhatannya yang di posting akun instagram @palembanginformasii dilihat Senin (12/6/2023), ia mengirimkan bukti percakapan dengan pengawas "R". Awalnya ia menanyakan apakah bisa saudaranya menggantikan pekerjaan Ibu nya sebagai penyapu jalan setelah sang ibu meninggal.

Ia pun mengaku memiliki bukti pesan percakapan permintaan oknum pengawas yang meminta uang potongan sebesar Rp100 ribu per minggu dari upah ibunya bekerja sebagai penyapu jalan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala DLHK Kota Palembang, Ahmad Mustain mengaku sudah mengetahui adanya curhatan tersebut di media sosial. Pihaknya akan menindaklanjuti temuan tersebut.

"Hari ini oknum tersebut kita panggil ke DLHK untuk dimintai keterangan terkait berita yang viral di Sosmed," ujarnya saat, Senin (12/6/2023).

ADVERTISEMENT

Ia menuturkan akan memberikan sanksi berat berupa pemberhentian apabila terbukti melakukan pungli terhadap penyapu jalan tersebut.

"Kita akan tetap pada pembuktian apakah ada pungli yang dilakukan oknum R tersebut. Jika memang terbukti maka akan diberikan sanksi berat berupa pemberhentian," ujarnya.

Menurutnya pengawas tersebut statusnya bukan PHL (pekerja harian lepas) melainkan non PNSD. Sehingga, perlu koordinasi lebih lanjut ke depannya kalau terbukti melanggar.

"Status nya yang pengawas ini non PNSD, dan ada SK Wali Kota nya, makanya tidak bisa langsung diputuskan oleh DLHK. Kalau PHL ya bisa kami langsung putuskan," Ujarnya.

Mustain mengaku sulit menghubungi anak korban untuk meminta bukti-bukti dugaan pungli tersebut.

"Dapat informasi dari tim yang bersangkutan susah dihubungi. Karena kita juga butuh bukti, kapan dan dimana kejadian. Karena kan kita tidak tahu kapan kejadian dan di mana," pungkasnya.




(mud/mud)


Hide Ads