Supriono mengaku tidak mengetahui adanya persoalan kekerasan dan dugaan pungli tersebut. "Nggak tahu aku (kalau ada pungli). Kalau kekerasan mungkin ada, tapi akan saya panggil dulu kasatnya (Kasatpol PP). Nggak bisa sepihak," kata Supriono ditemui detikSumbagsel di Kantor Gubernur Sumsel, Rabu (7/6/2023).
Supriono menegaskan bahwa belum bisa dipastikan apakah Kasatpol PP memang melakukan pungli atau tidak. Sebab, belum ada bukti yang diterimanya.
"Sekarang kalau mau dibilang pungli, pembuktiannya apa? Nggak bisa kan, harus ditanya dulu," sambungnya.
Untuk mencegah keresahan di kalangan anggota Satpol PP, Supriono mengaku sudah bertemu dengan para kepala bidang (kabid) untuk meminta seluruh personil tenang.
"Sudah bertemu dengan kabid-kabid, dan meminta jangan terlalu membuat resah dan menenangkan stafnya terlebih dahulu sebelum kasatnya pulang. Dipanggil dulu dan ditanya," ungkapnya.
Jika memang terjadi kekerasan, lanjutnya, maka para staf Satpol PP akan dimintai keterangan, khususnya yang mengalami penganiayaan dan pungli itu sehingga jelas duduk perkaranya.
"Jika terbukti, maka akan ditanya dulu dengan yang dikerasin. Jadi kita panggil dulu," tegas Supriono.
Terkait tuntutan anggota Satpol PP yang meminta Kasatpol PP untuk mundur, Supriono mengatakan bahwa keputusan itu tidak bisa serta-merta diambil sebelum ada pemeriksaan lebih lanjut. "Mau turun kayak apa? Tidak semudah itu. hanya kekeliruan kecil, nanti diselesaikan juga," katanya.
Sebelumnya, diberitakan bahwa anggota Satpol PP Sumsel menggeruduk Kantor Gubernur Sumsel. Mereka meminta Kasatpol PP Sumsel Aris Saputra dicopot dari jabatannya karena diduga telah melakukan penganiayaan dan pungli terhadap bawahan.
"Ada ratusan yang demo. Kami anggap selama ini dia (Kasatpol PP) arogan terhadap bawahan sering main tangan, mengeluarkan kata-kata kotor, kata-kata yang tidak pantas, tidak enak didengar itu membuat anggota resah," kata Ruzi Samsaris, salah seorang anggota Satpol PP kepada detikSumbagsel, Rabu (7/6/2023).
(des/des)