Tipu-tipu via SMS tak mengenal status korban dan lokasi. Seperti dialami pengusaha katering asal Californa, Amerika Serikat, Deborah Moss. Dia kehilangan uang hingga 160 ribu dolar AS atau setara dengan Rp 2,38 miliar.
Dilansir dari detikFinance, Sabtu (287/5/2023), penipuan berawal dari SMS dari nomor yang mengaku pihak bank dan menginformasikan biaya bulanan kartu debet sebesar 35 dolar AS per bulan. Sebetulnya Moss mengabaikan SMS itu, namun seseorang yang mengaku karyawan Chase Bank, tempat dia menyimpan uang, menelepon.
Karyawan itu mengaku bernama Barbara. Barbara menyebut ada dugaan penipuan yang dilakukan Moss. Karena itu Barbara meminta data-data diri Moss untuk verifikasi. Kemudian Moss diminta membacakan nomor yang masuk melalui pesan singkat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya menuruti dan menyebut angka-angka itu. Dia mengucapkan terima kasih," kata Moss dikutip dari situs cbsnews.
Setiap harinya dalam satu minggu, Barbara terus menelepon dan menyampaikan ada masalah pada pengiriman kartu. Moss diminta untuk menyebutkan nomor-nomor yang masuk melalui SMS-nya.
Hingga kemudian Moss mendatangi kantor cabang terdekat. Lalu pegawai bank di kantor itu menyebut jika rekeningnya berkurang 160.000 dolar AS. Jika dirupiahkan dengan asumsi 1 dolar AS sama dengan Rp 14.900, maka total kerugian mencapai Rp 2,38 miliar.
"Semua uang saya hilang, tabungan selama 12 tahun hilang," ujar Moss.
Moss telah melapor ke kepolisian dan berharap uangnya bisa kembali. Namun pihak bank menolak pengajuan klaimnya.
Chase Bank menyebut selama investigasi yang dilakukan, bank tidak menemukan upaya perlindungan Moss untuk rekeningnya sendiri. Bank menyebut tidak akan ada pengembalian uang, karena bank menilai itu murni kelalaian nasabah.
"Duniaku rasanya hancur," kata Moss.
JPMorgan Chase memberikan tanggapan kepada CBS News. Mereka menyebut akun bank Moss disusupi scammer dan penipu berhasil mendapatkan informasi rahasia. Pihak Chase Bank menyebut telah menghubungi Moss melalui telepon dan email. Namun Moss mengaku tak pernah mendapatkan pesan apapun.
Kejadian seperti Moss dialami banyak warga AS. Pemerintah mencatat kerugian akibat pembobolan rekening mencapai 8,8 miliar dolar AS pada 2022 lalu, naik 30% dibandingkan tahun sebelumnya.
(trw/trw)