Baron Rudolf Reding von Biberegg, wisatawan asal Swiss menjadi korban pertama serangan komodo di Pulau Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Baron dinyatakan menghilang hingga akhirnya dibuatkan makam meski jasadnya tak ditemukan.
Melansir detikBali, insiden kelam itu terjadi pada Juli 1974 silam. Saat itu, Baron sedang berwisata di Taman Nasional Komodo bersama rombongan yang berjumlah 30 orang.
Tanpa disangka, suasana tiba-tiba mencekam kala gerombolan komodo menyerang para wisatawan. Mereka akhirnya berlari dan berpencar hingga berhasil selamat. Namun tidak dengan Baron, ia tak ditemukan hingga dinyatakan hilang di Pulau Komodo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika itu, tim pencari hanya menemukan kamera dan kacamata milik pria berusia 70 tahun itu. Barang miliknya tercecer di puncak Pulau Komodo. Baron terakhir kali duduk di puncak itu sebelum insiden penyerangan terjadi.
Belakangan, di tempat penemuan kamera dan kacamata itu, dibuatkan pusara untuk Baron. Pusara tanpa jasad itu dibuat menjadi sebuah tugu peringatan kematian Baron. Di pusara itu tertancap sebuah salib berwarna putih.
"Lokasinya di puncak Pulau Komodo, di situ kamera Baron Rudolf Reding von Biberegg ditemukan tahun 1974. Tempat salibnya tertancap adalah tempat terakhir beliau duduk waktu mengeksplor Pulau Komodo," tutur Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Pramuwisata Indonesia (DPC HPI) Manggarai Barat Stanislaus Gusdin di Labuan Bajo, dilansir dari detikBali, Minggu (30/7/2023).
Sten menuturkan Baron bersama rombongan saat itu melakukan aktivitas treking di Pulau Komodo, salah satu habitat hewan buas tersebut. Mereka mulai treking dengan mengambil rute Loh Sabita-Loh Liang di Pulau Komodo.
"Di tengah perjalanan tepatnya di puncak setelah melewati Lembah Poreng, Baron terpisah dari rombongannya. Ketika rombongan tiba di Loh Liang, mereka baru sadar Baron tidak terlihat. Dilakukan pencarian dibantu warga lokal di Pulau Komodo," jelas Sten.
"Kurang dari seminggu pencarian Baron tak ditemukan. Spekulasi bermunculan Baron dimangsa Komodo. Karena satu-satunya barang yang ditemukan selama pencarian adalah kamera yang dipakai untuk mendokumentasikan liburannya," sambungnya.
Menurut Sten, lokasi pusara tanpa jasad itu cukup jauh dari Loh Liang. Jika ingin ke sana, harus melakukan treking selama kurang lebih dua jam.
"Kalau treking empat jam pulang pergi," ujarnya.
Keluarga Datang Berziarah
Keluarga Baron dari Swiss baru-baru ini datang untuk berziarah di pusara tanpa jasad itu. Keluarga datang setelah nyaris setengah abad atau 49 tahun sejak insiden kelam yang membuat Baron menghilang terjadi.
Kunjungan itu dilakukan keluarga Baron bernama Susane dan Lena pada 27 Juli 2023. Namun belum diketahui pasti apakah ada keluarga Baron yang sebelumnya datang untuk berziarah.
Sten bertemu Sunane dan Lena di sebuah hotel di Labuan Bajo. Pertemuan mereka secara kebetulan di sana. Susane dan Lena menginap di hotel tersebut, sementara Sten menghadiri kegiatan.
"Mereka awalnya tanya paket wisata ke Pulau Komodo," ucap Sten.
Mereka kemudian berbincang hingga Susane dan Lena mengaku sebagai keluarga Baron yang hilang di Pulau Komodo tersebut. Keduanya ingin berziarah ke pusara Baron itu.
"Akhirnya saya yang bawa mereka ke Pulau Komodo. Sampai di sana kami ditemani dua orang ranger ke sana (pusara Baron)," ujar Stanis.
Baron Dikenal sebagai Penyiar Radio
Baron selama ini dikenal sebagai seorang bangsawan asal Swiss. Susane dan Lena menyebut Baron adalah seorang penyiar radio terkenal di negaranya pada masanya.
"Dia jurnalis, penyiar radio terkenal di Swiss. Baron menyukai traveling dan adventure," ungkap Sten.
(asm/sar)