Salah satu peninggalan Pallipa Pute'e atau Pallipa Pute di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang masih bisa dijumpai yakni pakaian serba putih miliknya. Pakaian itu dipercaya dikenakan Pallipa Pute semasa hidup.
Pallipa Pute'e merupakan sosok ulama penyebar Islam di Desa Samaenre Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang. Ia dijuluki Pallipa Pute karena dipercaya sehari-harinya selalu berpakaian serba putih.
Pakaian yang diyakini merupakan pakaian sehari-hari sosok serba putih tersebut, kini masih disimpan rapi oleh keturunannya yang menjadi pengelola cagar budaya makam Pallipa Pute. Meskipun warna pakaian telah luntur menjadi kuning, kondisinya masih cukup bagus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pakaian beliau masih kami simpan. Itu pakaian yang serba putih," ungkap pengelola makam Pallipa Pute'e, Aminah saat ditemui detikSulsel, Kamis (3/11/2022).
![]() |
Aminah menyebut pakaian tersebut termasuk sakral sehingga tidak bisa sembarang dibuka. Pakaian tersebut hanya dibuka pada momen tertentu yakni saat pesta panen yang biasanya dilakukan setiap tahun.
"Hanya dibuka itu pakaian saat acara pesta adat. Kalau sekarang tidak bisa dibuka," jelasnya.
Pakaian serba putih itu sangat disakralkan karena dianggap kepunyaan orang yang suci dan bersih. Seringkali, aura mistis yang menunjukkan keberadaan Pallipa Pute'e akan terasa tatkala pakaian tersebut dibuka.
"Namanya dia pakaian, tentu yang punya (Pallipa Pute'e) berharap dijaga sehingga itu kalau dibuka ada aura-aura keberadaannya," imbuhnya.
![]() |
Dalam 'Laporan Pengumpulan Data Pendaftaran Cagar Budaya Kab, Pinrang Tahun 2014', Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pinrang yang ditulis oleh Hamjan dkk, disebutkan bahwa pakaian Pallipa Pute'e ada dua pasang dengan ukuran yang sama. Panjang pakaian celana 100 cm sedangkan baju 120 cm.
Bahan utama pakaian berupa kain namun tidak dijabarkan secara spesifik jenis kainnya. Namun, disebutkan bahwa baju dan celana tersebut berwarna putih dan memudar seiring waktu.
Model celana maupun baju Pallipa Pute terbilang sangat sederhana, tanpa variasi apapun alias polos. Model baju itu lurus dan hanya diberi lubang pada bagian depan-atas untuk memasukkan kepala. Model baju seperti ini lazim digunakan oleh para pemuka agama Islam hingga sekarang.
Dalam laporan tersebut, disebutkan juga bahwa baju ini diyakini dijahit secara manual atau dijahit tangan. Ciri khas baju ini dianggap mirip pakaian khas Timur Tengah.
Dari pakaian (baju dan celana) peninggalan La Tola (nama asli Pallipa Pute'e), nampak ada kesamaan dengan baju yang lazim digunakan oleh pemuka-pemuka agama Islam. Baju tersebut panjang dan longgar, sehingga tidak bisa menampakkan lekuk tubuh pemakainya serta dilengkapi celana panjang.
(urw/asm)