Sosok Pallipa Pute, Penyebar Islam di Pinrang yang Berpakaian Serba Putih

Sosok Pallipa Pute, Penyebar Islam di Pinrang yang Berpakaian Serba Putih

Muhclis Abduh - detikSulsel
Senin, 07 Nov 2022 14:45 WIB
Makam Pallipa Pute
Makam Pallipa Pute (Foto: Muhclis Abduh)
Pinrang -

Kabupaten Pinrang merupakan salah satu daerah di Sulawesi Selatan (Sulsel) dengan penduduk mayoritas Islam. Salah seorang sosok yang dianggap cukup berpengaruh dalam penyebaran agama Islam di Kabupaten Pinrang adalah Pallipa Pute'e atau Pallipa Pute.

Nama Pallipa Pute'e cukup populer di Kabupaten Pinrang, khususnya di Desa Samaenre, Kecamatan Mattiro Sompe yang diyakini menjadi tempat tinggal Pallipa Pute'e. Di desa tersebut juga terdapat makam Pallipa Pute yang ramai dikunjungi hingga saat ini.

Pallipa Pute'e merupakan nama julukan yang diberikan karena sosoknya identik dengan serba putih. Seluruh pakaiannya mulai dari sorban, baju, hingga sarung yang dikenakan semua berwarna putih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari informasi yang saya juga dapatkan secara turun temurun, beliau memakai sorban putih, sarung putih, dan ada juga kudanya berwarna putih," ungkap pengelola makam Pallipa Pute'e, Aminah saat ditemui detikSulsel, Kamis (3/11/2022).

Makam Pallipa PuteMakam Pallipa Pute tampak dari luar (Foto: Muhclis Abduh)

Aminah menjelaskan, nama asli Pallipa Pute'e yang diketahui dan menjadi referensi hingga saat ini yakni La Tola. Namun, dia mengaku tidak punya referensi terkait kapan tepatnya Pallipa Pute'e datang dan menetap di Desa Samaenre, Kabupaten Pinrang.

ADVERTISEMENT

"Yang kami tahu dia datang menyebarkan Islam ke Katteong atau Desa Samaenre ini dan wafat di sini juga," jelasnya.

Menurut penjelasan Aminah, referensi soal kedatangan Pallipa Pute sulit didapatkan sebab ia dipercaya merupakan seorang wali, sehingga tidak bisa disamakan dengan manusia biasa pada umumnya.

Dia pun menjelaskan, keturunan dari Pallipa Pute'e masih ada hingga saat ini, mereka yang melanjutkan menjaga makam dan juga benda peninggalan lainnya. Hanya keturunan Pallipa Pute'e juga yang boleh memandu untuk berziarah dan mengambil air dari sumur yang dibuat Pallipa Pute'e.

Makam Pallipa PuteMakam Pallipa Pute tampak dari dalam (Foto: Muhclis Abduh)

Terdapat beberapa peninggalan Pallipa Pute'e yang hingga kini masih bisa dijumpai, salah satunya adalah sumur yang berada di dekat makam Pallipa Pute. Selain itu juga ada benda lain seperti Alquran kuno yang dipercaya merupakan tulisan tangan dari Pallipa Pute'e.

"Saya sudah membuka dan membaca isinya. Itu Alquran yang masih merupakan tulisan tangan Pallipa Pute'e," bebernya.

Selain itu, juga ada pakaian dari Pallipa Pute'e. Pakaian tersebut disimpan dengan rapi dan hanya dibuka di saat-saat tertentu, begitu juga dengan Alquran kuno peninggalan Pallipa Pute'e.

"Alquran dan baju putih tersebut dibuka saat acara maddoa. Selain itu, kami tidak berani buka karena ini disakralkan," tuturnya.

Dalam 'Laporan Pengumpulan Data Pendaftaran Cagar Budaya Kab, Pinrang Tahun 2014', Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pinrang yang ditulis oleh Hamjan dkk, dijelaskan bahwa Pallipa Pute adalah seorang tokoh Agama Islam di Kabupaten Pinrang, khususnya di Kecamatan Mattiro Sompe. Namun, diperkirakan Pallipa Pute bukan penduduk asli di sana.

Konon Pallipa Pute'e sebenarnya berasal dari Mandar, Sulawesi Barat. Dia meninggalkan daerah Mandar saat terjadi kekacauan.

Dalam laporan tersebut, dijelaskan bahwa banyak tokoh agama Islam yang meninggalkan kampung halamannya saat Belanda masuk, termasuk Pallipa Pute'e. Mereka meninggalkan kampung halaman karena dikejar-kejar oleh Belanda.

Para tokoh agama yang sangat berpengaruh kepada masyarakat menjadi sasaran, karena dianggap sebagai penghalang bagi ambisi Belanda yang ingin menguasai daerah Sulawesi.




(urw/asm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads