Pemkab Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel), dituding mengabaikan usulan pembangunan jembatan di Dusun Useng, Desa Ujung Tanah. Hal tersebut yang membuat siswa SD 238 Ujung Tanah harus menggunakan rakit dari batang pisang menyeberangi sungai untuk sampai ke sekolah.
Kepala Desa (Kades) Ujung Tanah, Andi Rahman mengaku setiap musyawarah perencanaan pembangunan (Musrembang) pihaknya selalu mengusulkan pembangunan jembatan. Namun usulan tersebut belum mendapat respons positif dari Pemkab Bone.
"Setiap musrenbang selalu saya usulkan jembatan agar anak sekolah dan masyarakat tidak sulit untuk mengakses. Tetapi tetap nihil sampai sekarang, padahal hanya itu jalan satu-satunya warga kami di Useng untuk keluar," kata Andi Rahman kepada detikSulsel, Sabtu (31/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rahman mengungkapkan ada 30 kartu keluarga (KK) yang tinggal di Dusun Useng. Daerah tersebut termasuk terisolir lantaran tidak ada jembatan untuk akses warga dalam menjalankan aktivitas sehari-hari termasuk bagi siswa ke sekolah.
"Makanya jembatan itu penting bagi kami untuk meningkatkan perekonomian warga agar dapat dipasarkan serta dapat menghubungkan dengan Desa Lappaupang dan Desa Tellongeng. Anak-anak juga dapat mengenyam pendidikan tanpa rasa takut," katanya.
Hal senada juga disampaikan Kadis Pendidikan Bone Andi Fajaruddin. Menurutnya infrastruktur jembatan memang dibutuhkan di Desa Ujung Tanah agar siswa dari Dusun Useng tidak lagi naik rakit berangkat ke sekolah.
"Di Ujung Tanah itu persoalan jembatan saja tidak ada. Anak-anak melewati sungai ke sekolah," ucapnya.
"SD di Ujung Tanah ada 1, cuman aksenya yang tidak ada yang menghubungkan itu. Jembatannya tidak ada, beberapa kali pemerintah kecamatan yang mengusulkan ke musrenbang," sambung Fajaruddin.
Siswa Naik Rakit-Jalan Kaki 1,5 Km
Sekretaris Camat Mare, Sainal Abidin mengatakan siswa yang naik rakit ke sekolah berasal dari Dusun Useng. Dia menuturkan siswa dari dusun tersebut juga harus berjalan kaki sejauh 1,5 kilometer untuk sampai di sekolah.
"Betul itu, siswa harus menyeberangi sungai dengan membuat rakit dari batang pisang untuk ke sekolah. Kemudian setelah menyeberang jalan kaki lagi sekitar 1,5 kilometer untuk bisa sampai di sekolah," jelas Sainal Abidin kepada detikSulsel, Jumat (30/8).
Menurut Sainal, Dusun Useng termasuk daerah yang terisolir karena satu-satunya akses untuk keluar harus melintasi Sungai Useng. Siswa dari dusun tersebut bahkan meliburkan diri jika banjir terjadi sebab tidak ada jembatan.
"Dusun terisolir itu. Itu murid SD 238 berasal dari Dusun Useng. Ketika banjir siswa meliburkan diri karena takut menyeberang menggunakan rakit," katanya.
Pemkab Bone Tak Punya Anggaran
Kadis Bina Marga Cipta Karya dan Tata Ruang (BMCKTR) Bone, Askar mengaku akan memperhatikan usulan di Musrenbang yang bisa menjadi prioritas. Hanya saja tidak ada anggaran saat ini.
"Tentu ini menjadi perhatian kami. Mudah mudahan keuangan daerah memungkinkan," katanya.
(hsr/hsr)