Siswa SD 238 Ujung Tanah, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) berjuang keras untuk mengenyam pendidikan. Mereka harus membuat rakit dari batang pisang untuk bisa menyeberangi sungai kemudian berjalan kaki lagi sejauh 1,5 kilometer untuk sampai di sekolah.
"Betul itu, siswa harus menyeberangi sungai dengan membuat rakit dari batang pisang untuk ke sekolah. Kemudian setelah menyeberang jalan kaki lagi sekitar 1,5 kilometer untuk bisa sampai di sekolah," ujar Sekcam Mare Sainal Abidin kepada detikSulsel, Jumat (30/8/2024).
SD 238 Ujung Tanah terletak di Desa Ujung Tanah, Kecamatan Mare, Kabupaten Bone. Sebagian besar siswa tersebut berasal dari Dusun Useng.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Sainal, Dusun Useng merupakan daerah yang terisolir karena satu-satunya akses untuk keluar harus melintasi Sungai Useng. Tidak ada jembatan penyeberangan di Sungai Useng tersebut.
"Dusun terisolir itu. Itu murid SD 238 berasal dari Dusun Useng. Ketika banjir siswa meliburkan diri karena takut menyeberang menggunakan rakit," katanya.
Sainal berharap Pemkab Bone memperhatikan daerah tersebut. Dia pun menyinggung pemerintah Desa Ujung Tanah setiap tahun mengusulkan jembatan di musrembang kecamatan.
"Kami berharap Pemkab Bone dan tokoh nasional dari Bone memberikan atensi untuk pembangunan infrastruktur jembatan, ini juga demi anak-anak kita yang tengah berjuang dalam pendidikan. Karena sejak ada namanya Indonesia, tidak pernah ada jembatan di situ," harapnya.
Sementara itu, Kepala SDN 238 Ujung Tanah Andi Aswar juga menuturkan bahwa sebagian besar muridnya berasal dari Dusun Useng. Para siswa harus berjalan kaki dari pinggir sungai Useng jika tidak ada guru yang menjemput.
"Kami para guru kadang harus menunggu di pinggir sungai Useng menanti murid menyeberang menggunakan rakit batang pisang, jika tidak ada guru mereka jalan kaki sekitar 1,5 kilometer. Jika hujan, sekolah seperti tidak ada murid, sebab murid kami lebih banyak dari Dusun Useng,"ucapnya.
(hmw/ata)