Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) membeberkan alasan penyebab tokoh spiritual Bissu tidak hadir dan terlibat dalam ritual Hari Jadi Bone (HJB) ke-692. Pemkab berdalih Bissu undur diri karena merasa kecewa tugasnya diambil alih, dan diberikan kepada kelompok lain.
"Mereka (Bissu) sendiri yang mengundurkan diri, bukan kami yang menolak mereka," Kepala Dinas Kebudayaan Bone Andi Ansar Amal kepada detikSulsel, Minggu (27/3/2022).
Dia berdalih, Pemkab sudah membagi tahapan ritual yang khusus dijalankan kelompok Bissu. Namun tidak disetujui, hingga akhirnya undur diri dari semua tahapan ritual yang dilakukannya tiap tahun itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka sendiri yang tidak mau kalau tidak dipercayakan membawakan baki (benda-benda kerajaan)," lanjut dia.
Dalam peringatan HUT Bone ada tahapan ritual yang dilaksanakan tiap tahun, di antaranya Mallekke Wae (mengambil air), massimang (minta izin), mattompang arajang (membersihkan benda pusaka), membawa baki (benda-benda kerajaan), serta maggiri. Namun Andi Ansar mengklaim, tidak semua tahapan ritual itu ada kewajiban dilakukan kelompok Bissu.
"Mereka menuntut agar mereka membawa baki yang isinya benda pusaka. Padahal kami dari pemda bersama dewan adat sudah memberikan tugas 100% sama seperti tahun lalu, mulai proses pengambilan air di tujuh sumur kami serahkan kepada mereka," bebernya.
Namun belakangan, Bissu ingin agar tahapan ritual membawa baki juga diambil alih. Sementara Pemkab sudah memberi tugas itu ke kelompok lain.
"Tetapi tuntutan mereka adalah kalau tidak melakukan yang membawa itu baki semua kegiatan akan undur diri. Apa boleh buat karena saya pikir tidak ada juga kewajiban hukum bahwa yang membawa baki itu harus kelompok Bissu," sambungnya.
Ansar menambahkan, prosesi mattompang itu juga akan dilakukan pada puncak perayaan HJB ke-692, Senin (28/3). Pihaknya akan menampilkan tari tradisional yang mendapat pengakuan nasional sebagai warisan budaya tak benda, dan menampilkan juga tari pabbarani makkunrai.
"Memang jarang sekali kami tampilkan dan besok akan kami tampilkan, karena Bone sangat kaya akan budaya," jelasnya.
Sebelumnya beredar rumor tidak dilibatkannya Bissu dalam HJB Bone-ke-692 karena penolakan Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman. Hal ini menjadi pertama kali dalam sejarah pendeta Bugis yang disucikan dan disakralkan itu tidak ikut dalam ritual peringatan HUT Bone.
"Terkait rumornya gubernur yang tidak menginginkan Bissu, saya tidak bisa berkomentar soal itu, karena Bissu sendiri yang menolak," ucap Andi Ansar.
Dia menambahkan, untuk prosesi maggiri yang selama ini dilakukan oleh kelompok Bissu, akan digantikan oleh kelompok wanita remaja Senin besok (28/3). Sedangkan yang membawa baki adalah purna paskibra Bone.
"Karena kami menganggap bahwa yang dibawa ini adalah benda sakral peninggalan Raja Bone ke XV Arung Palakka dan yang harus ditampilkan adalah sosok pemberani. Maka kami tampilkan purna paskibra," beber Andi Ansar.
Dikonfirmasi terpisah, Ketua Dewan Adat Bone Andi Baso Hamid pun enggan menanggapi rumor yang beredar itu. Dia menyerahkan sepenuhnya kepada Pemkab Bone.
"Yang jelas tidak ada Bissu tahun ini. Kalau mau ki' tau kenapa, tanya ki' kepala Dinas (Kebudayaan Bone). Saya hanya memberi kepastian tidak ada Bissu," singkat Ketua Dewan Adat Bone Andi Baso Hamid.
Selama ini, peran Bissu dalam peringatan HJB cukup besar. Mereka kerap melakukan sejumlah ritual mulai dari mallekke wae (mengambil air), massimang (minta izin), mattompang arajang (membersihkan benda pusaka), dan membawa baki atau benda-benda kerajaan.
"Bissu dulu dilibatkan dalam ritual-ritual agama. Kalau sekarang sudah menjadi budaya. Tetapi bagi pelaku Bissu bukan hanya budaya saja, tapi merasa itu bagian dari ritual-ritual mereka," jelasnya.
(sar/asm)