Pesawat buatan Haerul, montir lulusan SD asal Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel) tengah disempurnakan Universitas Hasanuddin (Unhas). Kini sisa menunggu terbang setelah melalui berbagai tahapan penelitian.
"Insya Allah paling lambat bulan depan (uji coba terbang)," tegas Ketua Tim Pendampingan Pesawat Haerul (PPH) Unhas Prof Nasaruddin Salam kepada detikSulsel, Senin (7/3/2022).
Sosok Haerul diketahui viral lewat videonya di media sosial yang membuat pesawat pada Januari 2020 lalu. Pemuda yang menerbangkan pesawat yang dirakit selama tiga bulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menariknya, pesawatnya itu dibuat dengan peralatan terbatas dan dari barang bekas, seperti roda gerobak pengangkut pasir. Mesinnya menggunakan mesin motor Kawasaki Ninja RR 150 cc.
Motivasi Haerul ini lantas mendapat perhatian publik. Tidak hanya pemerintah setempat, namun juga secara nasional. Kepala Staf Presiden (KSP) hingga Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) sempat mengundangnya secara khusus di Jakarta.
Setelah itu, Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Unhas mengambil peluang hingga mengembangkannya sejak 2022 lalu. Potensi dan motivasi pemuda Haerul tidak boleh diabaikan.
"Kita kan Unhas selalu berharap bagaimana membantu masyarakat untuk pengembangan. Dan ini nanti bisa memotivasi bukan hanya kalangan kampus, tapi generasi kita secara keseluruhan," tutur Nasaruddin.
Tunggu Alat-Uji Coba Sebelum Terbang
Dia mengatakan progres pengembangan pesawat Haerul sudah sekitar 90 %. Tersisa pemasangan sistem kontrol di kokpit yang instrumen atau alatnya didatangkan dari Singapura.
"Kalau (alat) itu sudah ada, nanti uji coba. Sudah ada juga pilot yang bersedia uji coba," kata dia.
Nasaruddin mengaku pesawat jenis ultralight yang dikembangkan sudah jauh dari model awal yang dirakit Haerul. Namun pihaknya tetap berkoordinasi dengan Haerul, pengerjaannya dalam pengawasan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Federasi Aerosport Seluruh Indonesia (FASI).
"Kita kan harus sesuai standar, baik itu Kementerian Perhubungan, dan tentu dalam hal ini FASI bagian dari Angkatan Udara," ucapnya.
Sebelum uji coba terbang pun harus melalui berbagai tahapan. Ada uji coba daya dorong mesin di laboratorium, lalu diterbangkan dengan ketinggian secara bertahap.
"Setelah itu (uji coba terbang), naik bertahap 10 meter, (lalu) 100 meter, begitu," terang Nasaruddin.
Pesawat Haerul yang dikembangkan Unhas diklaim punya kemampuan jarak terbang yang cukup jauh. Dengan jarak tempuh penerbangan 300-400 kilometer.
Harapan Jadi Industri Agar Lanjut Produksi
Pengembangan pesawat ultralight diharap jadi pijakan untuk mimpi hadirnya industri pesawat. Produksinya dikerjasamakan dengan pemerintah, di samping ada komunitas pecinta aersoport yang bisa disasar.
"Jadi kalau ini layak dan tentu kami berharap seperti itu, ya bisa dia akan memesan nantinya. Kedua izinnya dipastikan karena ini harus safety," terang Nasaruddin.
Apalagi pesawat ultralight bisa dimanfaatkan di sektor pertanian. Semisal untuk kegiatan pemupukan lahan dan penyemprotan hama dari udara. Hingga pemetaan lahan kawasan perhutanan.
"Jadi banyaklah hal-hal yang bisa digunakan. Di samping itu memang karena kita kerja sama FASI, maka ini juga menjadi komunitas olahraga," jelas Nasaruddin.
Tidak sedikit pesawat jenis ultralight dicari. Ada komunitas aerosport yang bahkan kesulitan mendatangkannya dari luar negeri. Momen ini harus dimanfaatkan untuk bisa memproduksi sendiri.
"Orang kalau mau beli dari luar itu mahal, hampir Rp 3 miliaran. Nah ini kita nanti main sekitar Rp 600-700 juta. Itu kalau sudah dibuat berikutnya," beber Nasaruddin.
Menurutnya harga itu normal-normal saja untuk menyasar kalangan menengah ke atas. Harganya murah dari produksi luar negeri, namun produksi tetap sesuai standar. Pesawat yang dikembangkan pun punya ciri khas.
Jadi misalnya dari faktor ketinggian fisik kami beda. Kami lebih tinggi. Kemudian panjang-lebar, dari fisik dimensi ada sedikit perbedaan," urai dia.
Bukti Warisan Sejarah dari Pinrang
Ketua Tim PPH Unhas Prof Nasaruddin Salam mengaku pesawat Haerul yang dikembangkannya akan jadi warisan sejarah. Usai disempurnakan, pesawat itu nantinya akan diserahkan kembali ke Pinrang.
"Kalau ini jadi, nanti akan stay di Pinrang. Ini akan kita serahkan ke Pinrang sebagai satu tanda sejarah bawah di Pinrang," beber Nasaruddin.
"Ini juga sebagai tanda bahwa pernah ada generasi muda mengembangkan pesawat. Kemudian dilanjutkan pengembangannya oleh Unhas," sambung dia.
Dia berharap pesawat jenis ultralight yang dikembangkan itu menjadi pemicu generasi muda. Bahwa Haerul dengan pendidikan terbatas justru punya motivasi dan potensi yang sangat tinggi di bidang teknologi.
(sar/sar)