Eks pelatih PSM Makassar Syamsuddin Umar turut buka suara soal PSSI memutuskan akan mempercepat Kongres Luar Biasa (KLB) imbas Tragedi Kanjuruhan. Dibalik keputusan tersebut, Syamsuddin Umar mengakui jika Mochamad Iriawan merupakan ketua umum PSSI yang terbaik sejauh ini.
"Kalau kita lihat ketua (Mochamad Iriawan) sekarang adalah ketua yang terbaik, karena dialah yang bisa meloloskan dua tim untuk Piala Asia dan menjadi tuan rumah Piala Dunia (U-20)," kata Syamsuddin Umar saat berbincang dengan detikSulsel, Sabtu (29/10/2022).
Melirik rekor Tim Nasional (Timnas) Indonesia sejauh ini, beberapa prestasi ditorehkan Timnas Indonesia baik di kelompok umur hingga tim senior. Seperti saat Garuda senior mampu melaju ke partai final Piala AFF 2020 serta ke putaran final Piala Asia 2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara di kelompok usia muda, di bawah tangan dingin Bima Sakti, Timnas U-16 baru-baru ini meraih gelar juara usai menaklukkan Vietnam di partai puncak Piala AFF U-16 2022. Namun gagal melaju ke Piala Asia U-17.
Sedangkan U-20, timnas juga akan berlaga di Piala Asia U-20. Terakhir di era Iwan Bule Piala Dunia U-20 2023 juga akan diselenggarakan di Indonesia.
Dengan capaian tersebut, Syam menilai Iriawan bisa saja kembali terpilih sebagai ketua umum PSSI.
"Oleh karena itu kalau KLB dilaksanakan kemudian terjadi pemilihan secara organisasi secara aturan dan voter menunjuk kembali Iwan Bule itu tidak masalah," papar Syam.
Pelatih yang juga sukses mengantarkan PSM meraih gelar juara Liga Indonesia 1999-2000 ini menjelaskan, rekomendasi Pemerintah Pusat dan FIFA agar federasi sepakbola tertinggi Indonesia menyelenggarakan KLB bukan karena tidak menyukai Iwan Bule.
"Oleh karena itu pemerintah kalau saya melihat bahwa dia berkeinginan untuk melakukan KLB, penilaian pelaksanaan KLB jangan ditafsirkan macam-macam bahwa ini ada yang tidak senang sama ketua (PSSI Mochamad Iriawan)," sambung pria yang biasa disapa Syam.
Rekomendasi tersebut lanjut Syam sejatinya untuk memberikan efek jera kepada para pengurus PSSI, yang dinilai tidak menjalankan roda organisasi dengan maksimal.
"Oleh karena itu ambil efek jeranya saja, efek jera itu yah jadikan ini supaya yang mengelola sepakbola atau pemerintah mau perbaiki sepakbola," tuturnya.
Sementara itu, Kehadiran presiden FIFA Gianni Infantino ke Indonesia dan bertemu langsung dengan Presiden Joko Widodo dianggap, menjadi langkah awal untuk membenahi sepakbola Indonesia yang tidak mengalami perkembangan signifikan.
"Saya berpikir seperti ini bahwa perhatian FIFA yang langsung di respons oleh Presiden (Joko Widodo) sebagai pemerintah untuk bagaimana kemudian sepakbola itu sangat pasif (tidak berkembang). Karena selama ini Tim Nasional (Indonesia) dari dulu begitu-begitu saja tidak pernah berubah," paparnya.
Pemerintah yang melihat masalah tersebut lanjut Syam, kemudian mencoba untuk melakukan revolusi pengurus PSSI agar mekanisme sepakbola yang seharusnya berjalan sesuai regulasi FIFA dan AFC dapat diterapkan dengan maksimal.
"Nah ini akar masalahnya ini dimana. Mungkin akar masalahnya di sini (pengurus PSSI) seperti tata pengelolaan kompetisi, tata kelola bagaimana persyaratan yang di persyaratkan untuk menjaga keamanan, kemudian sarat sebagai suatu stadion tertentatif untuk melakukan pertandingan itu semua harus jadi catatan," pungkasnya.
(afs/hmw)