PSSI memutuskan untuk menyelenggarakan Kongres Luar Biasa (KLB) sesuai saran yang diberikan pemerintah pusat dan FIFA setelah Tragedi Kanjuruhan. Legenda PSM Makassar Syamsuddin Umar mengatakan rekomendasi tersebut jangan disalahartikan karena pemerintah tidak suka dengan Ketua Umum (Ketum) PSSI Mochamad Iriawan.
"Sesuai kesepakatan dari transformasi PSSI rekomendasi daripada FIFA yang ditujukan kepada pemerintah," kata Syamsuddin Umar saat berbincang dengan detikSulsel, Sabtu (29/10/2022).
"Oleh karena itu pemerintah kalau saya melihat bahwa dia berkeinginan untuk melakukan KLB, penilaian pelaksanaan KLB jangan ditafsirkan macam-macam bahwa ini ada yang tidak senang sama ketua (PSSI Mochamad Iriawan)," sambung pria yang biasa disapa Syam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Syam bahkan menilai jika Iriawan memiliki prestasi selama menjabat sebagai ketua umum PSSI. Terbukti di eranya Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-20 dan senior kembali berlaga di ajang Piala Asia serta Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.
"Karena kalau kita lihat ketua sekarang adalah ketus yang terbaik karena dialah yang bisa meloloskan dua tim untuk Piala Asia dan menjadi tuan rumah Piala Dunia," tuturnya.
Bahkan, Menurutnya Iriawan bisa saja kembali terpilih sebagai ketua umum PSSI jika pemilik hak suara (voters) masih mempercayakannya untuk menduduki jabatan Ketum PSSI.
"Oleh karena itu kalau KLB dilaksanakan kemudian terjadi pemilihan secara organisasi secara aturan dan voter menunjuk kembali Iwan Bule itu tidak masalah," tegas Syam.
Namun, Syam menekankan penting kiranya pemerintah melakukan tekanan seperti ini kepada PSSI guna memberikan efek jerah. Melihat, sejauh ini pengelola federasi tertinggi Indonesia tersebut tidak berjalan baik.
"Oleh karena itu ambil efek jeranya saja, efek jera itu yah jadikan ini supaya yang mengelola sepakbola atau pemerintah mau perbaiki sepakbola," pungkasnya.
Pelatih yang sukses membawa PSM juara Liga Indonesia era 2000-an ini menilai, kehadiran presiden FIFA Gianni Infantino ke Indonesia dan bertemu langsung dengan Presiden Joko Widodo merupakan langkah awal untuk membenahi sepakbola Indonesia yang dianggap tidak mengalami perkembangan yang signifikan.
"Saya berpikir seperti ini bahwa perhatian FIFA yang langsung di respons oleh Presiden (Joko Widodo) sebagai pemerintah untuk bagaimana kemudian sepakbola itu sangat pasif (tidak berkembang). Karena selama ini Tim Nasional (Indonesia) dari dulu begitu-begitu saja tidak pernah berubah," ungkapnya.
Pemerintah yang melihat masalah tersebut lanjut Syam, kemudian mencoba untuk melakukan revolusi pengurus PSSI agar mekanisme sepakbola yang seharusnya berjalan sesuai regulasi FIFA dan AFC dapat diterapkan dengan maksimal.
"Nah ini akar masalahnya ini dimana. Mungkin akar masalahnya disini (pengurus PSSI) seperti tata pengelolaan kompetisi, tata kelola bagaimana persyaratan yang di persyaratkan untuk menjaga keamanan, kemudian sarat sebagai suatu stadion ter tentatif untuk melakukan pertandingan itu semua harus jadi catatan," pungkasnya.
(afs/hmw)