Direktur Utama PSM Makassar Sadikin Aksa mengungkapkan kegelisahannya akibat Liga 1 masih dihentikan sementara akibat Tragedi Kanjuruhan. Sadikin mengatakan tidak jelasnya kelanjutan kompetisi ini sangat merugikan tim Ramang.
"Kami para owner-owner klub udah pernah ngerasain tidak ada liga selama 2 tahun. Dua kali loh, waktu kita di-banned sama satu kali waktu pandemi. Siapa yang rugi di situ, pemain rugi, sponsor ngak ada," tegas Sadikin Aksa kepada detikSulsel, Selasa (25/10/2022).
"Jadi untuk menuju KLB, kami dari PSM desak dulu adalah kapan liga mulai. Siapa yang paling rugi sekarang kalau liga belum mulai, itu adalah klub," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tanpa adanya kompetisi memang sangat berpengaruh terhadap pendapatan klub. Selain tidak adanya aliran dana dari sponsorship, termasuk tidak adanya penjualan tiket pertandingan akan sangat berdampak terhadap keuangan klub.
Imbasnya, manajemen akan kesulitan untuk membayarkan gaji staf pelatih dan pemain selama kompetisi tidak bergulir. Kondisi ini bisa jadi bumerang bagi klub dan pemain melihat sumber pendapatan mereka dari sepak bola tersendat.
Dengan kondisi itu, Sadikin meminta agar kompetisi ada kejelasan kembali bisa dilanjutkan sehingga status pemain dan para sponsor dapat diperjelas. Pasalnya, pemilik klub peserta Liga 1 sulit memutuskan jika kompetisi belum menemui titik terang.
"Kalau saya fokus liga kapan mau mulainya karena apa kalau liga mulai itu artinya kita ada kejelasan dengan pemain kita, ada kejelasan dengan sponsor," jelasnya.
"Kalau sekarang mau dijelasin mau jalan (Liga 1) ya jalan, kalau nggak yah nggak, gitu loh. Jadwal kita di musim ini aja itu udah padat, kita ketinggalan 5 (sampai) 6 game sekarang," sambungnya.
Sementara soal Kongres Luar Biasa (KLB), Sadikin mengaku sangat mendukung revolusi sepak bola Indonesia. Hal tersebut sesuai arahan Presiden RI Joko Widodo dan Presiden FIFA Gianni Infantino.
"Kalau untuk revolusi sepakbola, kami setuju, nggak ada masalah itu. Itukan sudah sesuai dengan arahan presiden (Jokowi) yang sudah ketemu dengan Presiden FIFA (Gianni Infantio), itu sudah sesuai," paparnya.
Menurutnya, jika KLB dipaksakan untuk diselenggarakan dengan melanggar statuta PSSI pasti akan berdampak pada Liga. Seperti saat PSSI harus terkena banned dari FIFA yang mengharuskan kompetisi dihentikan.
"Mengenai revolusi sepakbola itu pasti, sudah jalan, kami juga pengen revolusi sepakbola. Tapi kalau mengenai KLB bukannya kami tidak mendukung, ingat kejadian kemarin yang PSSI di-banned sama FIFA itu gara-gara KLB," ujar Sadikin.
"Karena KLB kita tidak sesuai dengan statuta, apalagi kita mau lakukan itu lagi. Sedangkan kalau kita mengikuti rekomendasinya tim (TGIPF) kemarin melakukan KLB dulu berarti tidak ada liga dong," tambahnya.
Sementara jika kompetisi juga tidak bergulir maka konsekuensinya ujung-ujungnya sepakbola Indonesia juga akan di ban atau kembali dibekukan FIFA.
"Jangan salah loh, kalau tidak ada liga kita bisa di-banned, kita bisa dicabut juga. Berarti kalau tidak ada liga, siapa yang rugi. Jadi yang penting sekarang adalah jalanin liga. Paling utama jalanin liga," tegasnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya!
Sikap Klub Liga 1 soal KLB PSSI
Persis Solo telah mengirim surat kepada PSSI. Laskar Sambernyawa mendesak untuk segera digelar Kongres Luar Biasa (KLB) paling lambat 30 hari ke depan.
Surat tersebut dikirim Persis ke Ketua Umum PSSI pada Selasa (25/10/2022). Sehari sebelumnya, Direktur Utama Persis Solo, Kaesang Pangarep, melakukan pertemuan dengan beberapa klub Liga 1 dengan membahas masa depan sepakbola Indonesia.
Dikutip dari situs resmi klub, Persis mendesak KLB dilakukan selambat-lambatnya 30 hari setelah surat dikirim. Ada pun Persis mengajukan enam poin dalam pembahasan KLB.
"Sebagai bentuk pertanggungjawaban, Persis meminta kepada PSSI untuk melakukan Kongres Luar Biasa (KLB) selambat-lambatnya 30 hari setelah surat ini dikirim," bunyi petikan surat dari Persis Solo.
Persebaya Surabaya juga menjadi klub yang lantang meminta KLB sebagai upaya mengganti personel federasi. Persebaya juga meminta digelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa PT Liga Indonesia Baru (LIB).
"Kita sama-sama sepakat ingin ada perbaikan di sepakbola Indonesia. Jadi intinya kita dalam waktu dekat akan sama-sama mengeluarkan surat dan statement tentang concern kita pada masa depan sepakbola, termasuk KLB, dan yang lebih urgen menurut kami adalah kelangsungan liga," kata Bos Persebaya, Azrul Ananda di Balai Kota Solo dilansir dari detikJateng, Senin (24/10).
Berbeda dengan Persis dan Persebaya, Persija dan Arema tak menuntut KLB PSSI maupun RUPS PT LIB. Kedua klub hanya meminta investigasi dan pengusutan Tragedi Kanjuruhan.
Soal investigasi dan pengusutan, pemerintah sudah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF). Hasil investigasi TGIPF juga sudah diserahkan ke Presiden RI Joko Widodo pada 14 Oktober lalu dengan berbagai rekomendasi, seperti KLB PSSI dan meminta Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan beserta jajaran Komite Eksekutif (Exco) PSSI untuk mundur.
Sementara PSIS sama seperti Persis dan Persebaya, yakni menuntut digelarnya RUPS PT LIB. Soal KLB PSSI, PSIS memilih menghormati suara klub lain yang menuntut hal tersebut.