Cerita Wanita Kehilangan Suami yang Terinjak-injak saat Tragedi Kanjuruhan

Cerita Wanita Kehilangan Suami yang Terinjak-injak saat Tragedi Kanjuruhan

Tim detikJatim - detikSulsel
Selasa, 04 Okt 2022 10:19 WIB
Police officers and soldiers stand amid tear gas smoke after clashes between fans during a soccer match at Kanjuruhan Stadium in Malang, East Java, Indonesia, Saturday, Oct. 1, 2022. Panic following police actions left over 100 dead, mostly trampled to death, police said Sunday. (AP Photo/Yudha Prabowo)
Foto: AP/Yudha Prabowo
Malang -

Laga Derby Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan menjadi momen terakhir kebersamaan Sulastri (50) dan suaminya Ahmad Wahyudi (40). Keduanya sempat bergandengan tangan erat-erat sebelum Ahmad Wahyudi jatuh pingsan terinjak-injak suporter lain yang panik karena gas air mata.

Dilansir dari detikJatim, Sulastri dan suaminya sedang berusaha keluar stadion saat kerusuhan maut. Namun keduanya berhadapan dengan situasi gas air mata di Tribun 12.

"Kami mau pulang. Mau sampai tangga sudah ada gas air mata di depan kami, di Tribun 12. Waktu mau turun aku pegangan sama suami. Tapi lepas. Terus saya sudah nggak ingat apa-apa lagi. Sudah pingsan saya," ujar Sulastri di Kantor Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Senin (3/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sulastri merupakan 1 dari sejumlah korban tragedi terburuk sepak bola nasional yang menerima bantuan dari Kementerian Sosial. Saat kembali menceritakan momen itu kepada wartawan, Sulastri tak kuasa menahan air mata.

Ternyata malam itulah momen terakhir dirinya menggandeng tangan suaminya. Kini Ahmad Wahyudi telah tiada. Pria itu menjadi 1 dari 125 korban tewas Tragedi Kanjuruhan yang sangat memilukan.

ADVERTISEMENT

"Iya enggak nyangka, itu (pertemuan) terakhir dengan bapak," kata Sulastri.

Sulastri dan Ahmad Wahyudi adalah Aremania dan Aremanita sejati. Sebelum menikah mereka berdua selalu menonton Arema FC bertanding baik di Malang maupun saat laga away di luar kota.

Selain momen menggandeng tangan suaminya untuk terakhir kalinya itu, Sulastri hanya mengingat selama beberapa menit matanya menjadi perih dan dadanya sesak akibat gas air mata sebelum akhirnya pingsan.

Sulastri saat menerima bantuan dari Mensos di Kantor Kecamatan LowokwaruSulastri saat menerima bantuan dari Mensos di Kantor Kecamatan Lowokwaru Foto: Deny Prastyo Utomo/detikJatim

Untung saja suporter lain menolongnya. Begitu siuman, dia sempat masih mengalami sejak napas hingga tidak bisa berjalan karena kakinya sempat terinjak-injak oleh suporter lain ketika peristiwa di tribun 12 itu terjadi.

"Aku juga enggak tahu kalau bapak dibawa ke rumah sakit. Soalnya aku pingsan. Tahu-tahu dikasih kabar dari keponakan, sudah dibawa ke rumah sakit Wafa," ujar Sulastri.

Kini Sulastri yang sehari-hari bekerja sebagai pembantu rumah tangga hidup sebatang kara. Ahmad Wahyudi yang sehari-hari bekerja sebagai tukang parkir telah meninggalkan dirinya untuk selamanya. Perempuan itu mengaku masih trauma.

"Semoga enggak terjadi lagi, kami ini suka sepak bola, kalau lihat begini kan trauma. Sudah kehilangan suami, banyak teman-teman meninggal juga. Kasihan. Semoga tidak terjadi lagi. Istri menjadi janda, anak-anak jadi yatim piatu. Jangan terulang lagi ada gas air mata. Banyak korban jiwa!" Katanya.




(hmw/hmw)

Hide Ads