Kerusuhan yang terjadi usai laga Arema FC Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang diwarnai dengan tembakan gas air mata dari pihak kepolisian. Polisi beralasan gas air mata ditembakkan karena penonton sudah anarkis.
Dilansir dari detikNews, Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta menuturkan kekalahan Arema FC membuat suporternya kecewa sehingga turun ke lapangan. Para suporter ini mencari para pemain dan official Arema FC.
"Oleh karena pengamanan melakukan upaya-upaya pencegahan dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke dalam lapangan mengincar para pemain," kata Nico dalam konferensi pers di Polres Malang, Minggu (2/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam prosesnya itu untuk melakukan upaya-upaya pencegahan sampai dilakukan (penembakan) gas air mata karena sudah anarkis, sudah menyerang petugas, merusak mobil, dan akhirnya kena gas air mata," sambungnya.
Akibat tembakan gas air mata, para suporter itu berhamburan ke satu titik keluar stadion. Imbasnya terjadi penumpukan suporter yang mengakibatkan kekurangan oksigen.
"Di dalam proses penumpukan itulah terjadi.. kurang oksigen yang oleh tim medis dan tim gabungan ini dilakukan upaya penolongan yang ada di dalam stadion kemudian juga dilakukan evakuasi ke beberapa rumah sakit," jelasnya
127 Korban Tewas Akibat Tragedi Kanjuruhan
Nico mengungkapkan kerusuhan itu menewaskan 127 orang. Para korban tewas ini antara lain dua anggota polisi dan 125 orang suporter Arema.
"Yang meninggal di stadion ada 34 kemudian yang lain meninggal di rumah sakit pada saat upaya proses pertolongan," tuturnya.
Selain itu, ada 180 korban luka-luka masih dirawat di rumah sakit. Ada juga 13 mobil yang disebut dirusak massa suporter Arema.
"Kemudian masih ada 180 orang yang masih dalam proses perawatan," jelasnya.
(tau/sar)