Pakar politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Muhammad Hasyim membeberkan elektabilitas pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Selatan (cagub-cawagub Sulsel) nomor 2, Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi (Andalan Hati) sulit terkejar. Hasyim menilai pengalaman pemerintahan menjadi modal ASS mendapat kepercayaan yang tinggi dari masyarakat.
"Dalam teori indeksikalitas semiotis, seorang pemimpin dalam hal ini Andi Sudirman yang berstatus incumbent (gubernur Sulsel) memiliki kinerja yang luar biasa dan telah dirasakan manfaat berarti bagi masyarakat, salah satunya pembangunan infrastruktur," kata Hasyim dalam keterangannya dikutip, Minggu (3/11/2024).
Hasyim menyebut tren elektabilitas Andalan Hati yang konsisten tinggi dalam berbagai survei merupakan indikator kepercayaan masyarakat terhadap calon yang dianggap paling layak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hasil survei juga dapat memberi arahan bagi warga yang belum memiliki pilihan akan memilih calon yang tingkat persentasi elektabilitasnya tinggi," ucap Guru Besar Ilmu Linguistik dan kajian Semiotika di Fakultas Ilmu Budaya Unhas ini.
Menurut Hasyim, elektabilitas yang stabil di atas 60% menunjukkan kinerja dan reputasi baik pasangan Andalan Hati. Hal ini menjadi dasar kuat bagi masyarakat untuk memberikan dukungan.
"Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat pemilih menginginkan suara mayoritas dari suatu calon dan tentu mengikuti suara mayoritas," tambah Hasyim.
Senada, pengamat politik Universitas Negeri Makassar (UNM), Muhammad Rheza menuturkan, hasil survei tinggi untuk pasangan Andalan Hati tidak lepas dari kredibilitas lembaga-lembaga survei yang melakukan penelitian.
"Jika dalam situasi normal, bisa kita sebutkan bahwa capaian elektabilitas Andalan Hati sulit dikejar sebab tren yang ada saat ini kedua paslon mengalami peningkatan rata-rata 3% setiap bulan," ucap Rheza.
Rheza mengaku situasi politik di Pilgub Sulsel memang dinamis. Namun dia beranggapan elektabilitas ASS-Fatma dinilai sulit disusul rivalnya, paslon nomor urut 1 Danny Pomanto dan Azhar Arsyad (DIA).
"Semua bisa terjadi dalam politik, tapi tren pergerakan elektoral 3% per bulan tadi menjadi paling realistis untuk menjadi rujukan saat ini," tambah Rheza.
Sebelumnya, Indikator Politik Indonesia merilis survei untuk Pilgub Sulsel 2024. Survei tersebut digelar pada periode 26 September-3 Oktober 2024 dengan 800 responden yang berasal dari seluruh kabupaten/kota di Sulsel dengan oversample di Kabupaten Bone menjadi 400 responden.
Survei menggunakan metode multistage random sampling. Toleransi kesalahan atau margin of error pada penelitian ini sekitar Β±3,5% pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Dalam simulasi 2 pasangan calon, Andi Sudirman-Fatmawati unggul dengan 63,1%, sementara Danny-Azhar meraih 17,9%. Selain itu, responden tidak akan memilih atau golput 0,2% dan tidak tahu/rahasia 18,9%.
Sementara, Parameter Publik Indonesia juga sempat menggelar survei pada periode 3-13 Oktober 2024 dengan jumlah sampel 2.000 responden yang memiliki hak pilih. Survei ini khusus memotret elektabilitas calon di Kota Makassar.
Penelitian survei ini menggunakan multistage random sampling. Toleransi kesalahan atau margin of error sekitar Β±2,2% dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasilnya, Danny-Azhar 31,2% unggul atas ASS-Fatma 29,2% dalam simulasi terbuka saat responden diajukan pertanyaan, 'Seandainya Pilgub Sulsel 2024 dilaksanakan hari ini, siapa paslon yang akan Bapak/Ibu pilih?'. Sementara, lainnya 1,0%, rahasia 7,4%, belum menentukan 20,5%, dan tidak menjawab 10,7%.
Danny-Azhar 35,6% juga unggul atas ASS-Fatma 33,0% dalam simulasi tertutup saat responden diajukan pertanyaan, 'Pada Pilgub Sulsel 2024 mendatang, siapa paslon yang akan Bapak/Ibu pilih?'. Sementara, rahasia 7,3%, belum menentukan 18,1%, dan tidak menjawab 6,0%.
(sar/ata)