Calon gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Andi Sudirman Sulaiman memamerkan penurunan angka kemiskinan selama memimpin Sulsel, meski sempat dilanda pandemi COVID-19. Sudirman menjelaskan strategi mengintervensi daerah dengan tingkat kemiskinan ekstrem.
"Ini masalah kemiskinan, masalah terkait koordinasi provinsi dan kabupaten/kota. Memang leading di dalam penanganan kemiskinan dan ekstrem itu adalah di gubernur untuk wilayah provinsi. Kami waktu menjabat kami selalu melakukan rapat koordinasi," kata Sudirman dalam debat perdana Pilgub Sulsel 2024 di Hotel Four Point by Sheraton, Senin (28/10/2024).
Dia menjelaskan, dalam mengatasi masalah tersebut, dirinya melakukan penetapan wilayah terlebih dahulu. Sudirman mencontohkan pada 2023 dirinya memberikan bantuan keuangan dan intervensi ke daerah yang dimaksud.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi pertama kita melakukan intervensi daerah yang termasuk wilayah miskin ekstrem. Dan ada delapan kategori yang dimasukkan dan dimasukkanlah bantuan keuangan menuju kabupaten/kota," bebernya.
"Setelahnya, kita berdiskusi dengan kabupaten/kota intervensi jenis apa yang harus kita lakukan. Pendekatannya seperti itu. Kemudian di pemerintahan, di budget kita di provinsi juga, kita melakukan bagaimana intervensi anggaran juga menyasar daerah-daerah termasuk kemiskinan untuk padat karya," terangnya.
Menurut Sudirman, dengan adanya program padat karya maka bisa membuka lapangan pekerjaan. Dia lantas menyinggung data kemiskinan termasuk ketika menghadapi pandemi COVID-19.
"Di masa-masa COVID waktu itu akhirnya kita dapatkan kondisi dari waktu kami masuk sebagai penjabat, itu 9 menuju 8,70 dan terakhir 8,07. Ini artinya, tren perubahan kemiskinan di Sulawesi Selatan selama kami menjabat turun, dan ini termasuk ekstrem, kita termasuk diapresiasi oleh nasional bagaimana untuk menurunkan miskin ekstrem dengan pendekatan intervensi yang kami lakukan," paparnya.
"Dengan waktu singkat dan data yang akurat dan kerja sama seluruh forkopimda, tentu membuahkan hasil yang maksimal. Intinya adalah bagaimana kita berkoordinasi, bagaimana meletakkan data yang benar, dan bagaimana kemudian mengintervensi daerah yang tepat sasaran sehingga penurunan kemiskinan akan terjadi lebih baik dan lebih optimal," imbuh Sudirman.
(asm/hsr)